Penyakit Gusi, “Silent Killer” yang Sering Diabaikan Masyarakat
Indonesian Hygiene Forum 2025 yang digelar oleh Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent, mengangkat tema penyakit gusi yang sering disebut sebagai silent killer, Jakarta Selatan, Rabu (17/12/2025).(dok. Unilever Indonesia)
07:30
19 Desember 2025

Penyakit Gusi, “Silent Killer” yang Sering Diabaikan Masyarakat

- Indonesian Hygiene Forum (IHF) 2025 mengangkat tema penyakit gusi, yaitu penyakit pembunuh senyap alias “silent killer” yang sebenarnya penting untuk diketahui karena memengaruhi kesehatan gigi dan mulut.

“Banyak banget yang memengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Salah satunya adalah karies gigi, dan yang nomor dua adalah kasus-kasus periodontitis (infeksi gusi serius),” ungkap Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PBPDGI), drg. Usman Sumantri, M.Sc., dalam IHF 2025 yang digelar oleh Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent, di Jakarta Selatan, Rabu (17/12/2025).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, sebanyak 74,1 kasus periodontitis terjadi Indonesia. Periodontitis adalah penyakit inflamasi atau pembengkakan yang terjadi pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh infeksi bakteri, yang dibiarkan menumpuk di gigi dan gusi.

“(Di antara) kelekatan gigi dan gusi, ada kantung yang gampang makanan masuk, yang itu jadi infeksi,” kata drg. Usman.

Guru Besar Ilmu Periodonsia di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Amaliya, drg., M.Sc., Ph.D., mengungkapkan alasan penyakit gusi disebut sebagai “silent killer”.

“Karena di tahap awal peradangan gusi atau gingivitis, umumnya gejalanya muncul secara samar dan tidak menimbulkan rasa sakit,” tutur drg. Amaliya.

Guru Besar Ilmu Periodonsia di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Amaliya, drg., M.Sc., Ph.D., dalam IHF 2025 yang digelar oleh Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent, di Jakarta Selatan, Rabu (17/12/2025).kompas.com / Nabilla Ramadhian Guru Besar Ilmu Periodonsia di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Amaliya, drg., M.Sc., Ph.D., dalam IHF 2025 yang digelar oleh Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent, di Jakarta Selatan, Rabu (17/12/2025).

Di tahap lanjutan alias periodontitis, kondisinya sudah lebih parah karena kerusakan sudah sampai ke tulang, yang mana gigi menjadi goyang dan akhirnya tanggal.

Temuan Cek Kesehatan Gratis

Direktur Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas Kemenkes RI, dr. Elvieda Sariwati, M.Epid, mengungkapkan bahwa masalah gigi dan gusi berada dalam lima besar penyakit yang dialami oleh para peserta program tersebut.

“Dari data kami yang sudah melakukan Cek Kesehatan Gratis, yang di dalamnya ada pemeriksaan gigi mulai usia balita sampai lansia, masalah gigi termasuk dalam lima besar hasil Cek Kesehatan Gratis,” ucap dr. Elvieda.

“Mulai dari gigi berlubang, gigi hilang, gigi goyang, dan gusi melorot. Dan proporsinya, semakin meningkat usianya, semakin tinggi (jumlah pengidapnya). Ini memang perlu diedukasi kepada masyarakat tentang bagaimana caranya untuk memelihara gigi, menggosok gigi yang benar, dan cek gigi secara rutin yang perlu dilakukan,” kata dr. Elvieda.

Penyakit gusi, produktivitas masyarakat, dan kerugian ekonomi

Personal Care Community Lead Unilever Indonesia, drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., mengungkapkan, penyakit gusi sengaja diangkat menjadi tema IHF 2025 karena data dari Cek Kesehatan Gratis senada dengan jurnal yang telah diterbitkan.

“Penyakit gusi sudah banyak yang tahu berhubungan dengan kesehatan secara keseluruhan, tapi ternyata juga berhubungan dengan produktivitas. Ini yang masih belum diketahui masyarakat,” ujar drg. Ratu.

Menurut dia, hal ini penting karena berdasarkan prediksi dari World Health Organization (WHO), akan ada 1,5 miliar orang di dunia yang mengalami masalah periodontitis pada tahun 2050.

“Dan itu menyebabkan sekitar 600 juta orang kehilangan gigi. Itu sangat berpengaruh ke produktivitas dan kesehatan secara keseluruhan,” lanjut drg. Ratu.

Personal Care Community Lead Unilever Indonesia, drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., dalam IHF 2025 yang digelar oleh Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent, di Jakarta Selatan, Rabu (17/12/2025).kompas.com / Nabilla Ramadhian Personal Care Community Lead Unilever Indonesia, drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc., dalam IHF 2025 yang digelar oleh Unilever Indonesia melalui brand Pepsodent, di Jakarta Selatan, Rabu (17/12/2025).

Menurut perhitungan WHO, beban kerugian produktivitas akibat masalah gigi dan mulut di Indonesia, termasuk penyakit gusi, mencapai sekitar Rp 53,3 triliun per tahun.

Total pengeluaran negara untuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut tercatat sudah mencapai sekitar Rp 4,46 triliun per tahun. Di sisi lain, pengeluaran per tahun masyarakat Indonesia untuk perawatan gigi dan mulut hanya sekitar Rp 16.600 per kapita.

WHO juga melihat bahwa Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Vietnam, adalah wilayah dengan prevalensi periodontitis tertinggi secara global, dengan penambahan kasus sekitar 6,6 juta per tahun.

Menurut drg. Amaliya, ada beberapa faktor risiko yang memengaruhi tingginya angka penyakit gusi di Indonesia.

“Antara lain adalah rendahnya literasi kesehatan gigi dan mulut, kebiasaan merokok yang masih tinggi, pola makan buruk seperti defisiensi vitamin E, vitamin C, dan zinc, konsumsi gula tinggi, dan tantangan sistem kesehatan,” tutur drg. Amaliya.

Kesadaran yang rendah membuat kebanyakan penderita penyakit gusi datang ke dokter gigi dalam tahap periodontitis, sehingga membutuhkan perawatan yang lebih kompleks dan mahal.

Padahal, mencegah penyakit gusi bisa dilakukan dengan beberapa cara yang sederhana, seperti menyikat gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride, zinc, dan vitamin E, serta rutin periksa ke dokter gigi setiap enam bulan sekali, atau setidaknya setahun sekali.

IHF 2025 adalah wadah kolaborasi para pemangku kepentingan untuk membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan kebersihan dan kesehatan.

Ini merupakan diskusi yang berangkat dari sebuah jurnal medis bertajuk “The burden of periodontal disease in Southeast Asia (Indonesia and Vietnam): A call to action”, yang merupakan hasil kolaborasi antara Unilever Oral Care bersama beberapa pakar kesehatan gusi dari Inggris, Vietnam, dan Indonesia.

Tag:  #penyakit #gusi #silent #killer #yang #sering #diabaikan #masyarakat

KOMENTAR