Benarkah Es Bikin Amandel Meradang? Bongkar Fakta Tonsilitis dan Kapan Harus Segera Periksa!
Ilustrasi radang amandel (Dok. Freepik)
06:00
21 November 2025

Benarkah Es Bikin Amandel Meradang? Bongkar Fakta Tonsilitis dan Kapan Harus Segera Periksa!

  Bayangkan setelah seharian berkegiatan di cuaca yang panas, kamu akhirnya meneguk segelas es sambil ngemil ciki pedas favorit. Keduanya merupakan kombinasi yang luar biasa nikmat. Akan tetapi beberapa jam kemudian, tiba-tiba tenggorokanmu terasa gatal, perih diikuti nyeri yang menusuk setiap kali kamu menelan air liur.

Semakin lama rasanya makin mengganggu. Kamu pun mencoba bercermin, sambil membuka mulut lebar-lebar dan di situlah kamu melihat di bagian belakang tenggorokan  tampak merah, bengkak, bahkan muncul benjolan di area amandel. Sekilas mungkin kamu mengira ini hanya radang tenggorokan biasa. Tapi di hari-hari selanjutnya kamu mulai demam, menelan semakin sakit, dan suara berubah serak, kamu mulai khawatir dan segera memeriksakannya ke dokter.

Banyak orang nggak sadar kalau kondisi seperti ini bisa jadi tanda tonsillitis, yaitu peradangan pada amandel yang letaknya ada di bagian belakang tenggorokan. Amandel merupakan gabungan dari jaringan kecil yang sebenarnya bertugas untuk menyaring kuman yang masuk lewat mulut dan hidung. Nah, biasanya peradangan terjadi akibat amandel sering ikut terinfeksi, terutama setelah paparan bakteri atau virus dari makanan atau minuman yang kurang higienis, konsumsi makanan terlalu pedas, kebiasaan kurang minum, atau sistem imun yang sedang turun.

Penyebab Tonsilitis

Dilansir dari Cleveland Clinic, penyebab paling umum dari amandel meradang sebenarnya adalah infeksi virus. Jenis virus yang sama yang menyebabkan flu dan pilek sering kali menjadi pemicunya bahkan mencapai sebagian besar kasus yang terjadi. Biasanya, ketika amandel meradang karena virus, gejala yang muncul cenderung lebih ringan.

Namun, infeksi bakteri juga bisa menimbulkan kondisi yang sama. Salah satu bakteri yang paling sering menyebabkan radang amandel adalah Streptococcus grup A, yang dikenal luas sebagai penyebab "strep throat". Meski seseorang sudah tidak memiliki amandel karena operasi, infeksi jenis ini tetap bisa terjadi karena bakteri menyerang area tenggorokan lainnya. Dibandingkan infeksi virus, radang amandel akibat bakteri biasanya menimbulkan keluhan yang lebih berat.

Virus dan bakteri penyebab radang amandel ini sangat mudah berpindah dari satu orang ke orang lainnya. Penularannya bisa terjadi saat berbagi makanan atau minuman, berciuman, atau berada dekat dengan orang yang sedang sakit. Menyentuh permukaan yang terkontaminasi lalu tanpa sadar menyentuh hidung atau mulut juga dapat menjadi jalur masuknya kuman. Selain itu, percikan kecil dari batuk atau bersin seseorang yang terinfeksi dapat terhirup oleh orang di sekitarnya.

Beberapa faktor membuat seseorang lebih rentan mengalami radang amandel. Anak-anak usia 5–15 tahun paling sering mengalaminya karena sistem kekebalan mereka masih berkembang dan mereka lebih sering terpapar berbagai kuman. Orang-orang yang bekerja atau beraktivitas di lingkungan dengan banyak orang misalnya yaitu seperti guru atau siswa di sekolah juga memiliki risiko lebih tinggi karena lebih sering bersentuhan dengan berbagai sumber penularan.

Lalu, bagaimana dengan stigma yang bertebaran di masyarakat bahwa makanan dan minuman tertentu seperti es dan ciki bisa menyebabkan kambuhnya radang amandel? Faktanya, makanan atau minuman sendiri tidak secara langsung menyebabkan tonsilitis, tetapi dapat menjadi media penularan kuman atau memperburuk iritasi jika tonsil sudah meradang. Misalnya, berbagi alat makan dengan orang yang terinfeksi dapat meningkatkan risiko tertular kuman penyebab tonsilitis.Jadi, bukan karena jenis makanan atau minuman itu sendiri yang menjadi penyebab utamanya.

Gejala Tonsilitis

Gejala radang amandel biasanya muncul secara tiba-tiba. Awalnya, seseorang sering merasakan sakit tenggorokan yang mendadak seperti ada rasa perih atau mengganjal dan ini sering menjadi tanda pertama sebelum keluhan lain mengikuti. Tak lama kemudian, Alodokter menyebutkan menelan mulai terasa tidak nyaman bahkan bisa sangat menyakitkan. Jika dilihat, amandel tampak membesar, memerah, dan terkadang ada bercak putih, kuning, atau keabu-abuan yang menempel di permukaannya.

Selain itu, radang amandel juga kerap disertai demam, kadang mencapai lebih dari 38°C. Kelenjar getah bening di leher, terutama di bagian samping bawah telinga, bisa ikut membengkak dan terasa nyeri saat disentuh. Suara penderita sering terdengar berubah menjadi serak, berat, atau seperti tertahan karena peradangan membuat tenggorokan tidak nyaman digunakan untuk berbicara.

Mayo Clinic menambahkan sebagian orang juga mengalami bau mulut, batuk, sakit kepala, nyeri leher, hingga rasa tidak enak di perut, biasanya keluhan ini lebih sering muncul pada anak-anak. Pada anak yang belum bisa mengungkapkan rasa sakitnya, tanda-tandanya bisa berupa menolak makan, rewel tanpa sebab jelas, atau mengeluarkan air liur lebih banyak karena menelan terasa menyakitkan.

Semua gejala ini dapat bervariasi dari ringan hingga cukup berat, tergantung apakah penyebabnya berasal dari infeksi virus atau bakteri. Namun, kombinasi nyeri tenggorokan mendadak, amandel yang tampak bengkak dan memerah, serta demam adalah gambaran klasik dari tonsilitis.

Pencegahan dan Perawatan

Beberapa langkah pencegahan tonsilitis dapat dilakukan dengan mudah. Cuci tangan secara rutin, hindari berbagi alat makan atau minum dengan orang lain, dan selalu menutup mulut saat batuk atau bersin adalah tindakan sederhana yang efektif. Selain itu, mengganti sikat gigi setelah sakit tonsil dan mengajarkan anak tentang kebersihan pernapasan juga dapat membantu mengurangi risiko penularan.

Kemudian, tetap waspada terhadap semua gejala yang terjadi pada tubuh karena hal ini penting untuk memastikan diagnosis yang tepat dan mencegah komplikasi serius.

Segera hubungi tenaga kesehatan apabila anak mengalami:

  • Sakit tenggorokan yang disertai demam.
  • Sakit tenggorokan yang tidak membaik dalam 24–48 jam.
  • Rasa nyeri atau kesulitan menelan.
  • Badan lemas, tampak sangat kelelahan, atau menjadi lebih rewel dari biasanya.

Dapatkan pertolongan medis segera jika anak menunjukkan tanda-tanda berikut:

  • Kesulitan bernapas.
  • Kesulitan menelan yang sangat berat.
  • Mengeluarkan banyak air liur karena tidak bisa menelan dengan baik.

Radang amandel memang sering terlihat sepele karena gejalanya mirip flu atau sakit tenggorokan biasa. Namun, kondisi ini tetap perlu diperhatikan terutama jika disertai demam tinggi, sulit menelan, atau gejala berlangsung lebih dari satu hingga dua hari. Dengan mengenali penyebab, tanda-tanda, serta kapan harus mencari pertolongan medis, kamu bisa mencegah komplikasi dan memastikan penanganan yang tepat sejak awal.

Jika anak atau anggota keluarga menunjukkan gejala yang mencurigakan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Penanganan yang cepat dapat membantu mempercepat pemulihan dan mencegah infeksi semakin parah. Pada akhirnya, menjaga kebersihan diri dan menghindari paparan kuman tetap menjadi langkah sederhana namun efektif untuk mencegah tonsilitis. 

Editor: Candra Mega Sari

Tag:  #benarkah #bikin #amandel #meradang #bongkar #fakta #tonsilitis #kapan #harus #segera #periksa

KOMENTAR