Gejala Penyakit Empty Sella Syndrome yang Wajib Diketahui, Pahami Juga Penyebab agar Bisa Dihindari
Ilustrasi mengalami penyakit empty sella syndrome (katemangostar/freepik.com)
07:36
14 Oktober 2024

Gejala Penyakit Empty Sella Syndrome yang Wajib Diketahui, Pahami Juga Penyebab agar Bisa Dihindari

Empty sella syndrome (ESS) adalah hal yang jarang terjadi di mana kelenjar pituitari menjadi pipih atau menyusut akibat masalah pada isi di dalam sella turcica.

Sella turcica merupakan struktur tulang di dasar otak yang mengelilingi dan melindungi kelenjar pituitari.

Sella turcica mempunyai bentuk seperti pelana dan namanya dalam bahasa Latin berarti kursi Turki. ESS mampu menyebabkan berbagai gejala, seperti ketidakseimbangan hormon, sakit kepala yang sering, dan perubahan dalam penglihatan.

Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak tepat di bawah hipotalamus adalah kelenjar kecil yang merupakan bagian dari sistem endokrin. Kelenjar ini berfungsi dalam memproduksi berbagai hormon penting yang mempengaruhi dan mengendalikan kelenjar lain dalam sistem endokrin.

Empty sella syndrome (ESS) merupakan kondisi yang jarang terjadi. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa kurang dari 1% individu dengan sella kosong mengalami gejala yang mengindikasikan sindrom tersebut. Sebaliknya, memiliki empty sella tanpa gejala jauh lebih umum.

Laporan menunjukkan bahwa antara 8% hingga 35% populasi mempunyai empty sella. Selain itu, hasil dari pengujian neuroimaging juga memperkirakan bahwa sekitar 12% orang memiliki empty sella.

Dilansir dari my.clevelandclinic.org, berikut ini beberapa gejala dan penyebab penyakit empty sella syndrome yang wajib diketahui.

Gejala Empty Sella Syndrome

Apabila kamu mengalami ESS, kemungkinan kamu mengalami salah satu gejala berikut ini:

- Keluarnya cairan dari puting susu yang tidak teratur (galaktorea).

- Disfungsi ereksi.

- Siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak mengalami menstruasi (amenore).

- Penurunan atau tidak adanya hasrat seksual (libido rendah).

- Kelelahan.

Dalam kasus yang jarang, beberapa orang dengan empty sella syndrome dapat mengalami gejala berikut:

- Meningkatnya tekanan di dalam tengkorak (tekanan intrakranial jinak).

- Kebocoran cairan serebrospinal dari hidung (rinorea serebrospinal).

- Pembengkakan pada cakram optik akibat tekanan kranial yang tinggi (papiledema).

- Perubahan penglihatan, seperti penurunan kejernihan penglihatan.

Perbedaan antara Empty Sella dan Empty Sella Syndrome

Menurut berbagai sumber, empty sella dan empty sella syndrome mempunyai perbedaan. Singkatnya, empty sella adalah temuan radiologis, sementara empty sella syndrome merupakan suatu kondisi medis. Empty sella ditandai dengan kelenjar pituitari yang tampak mendatar dalam pemindaian.

Saat kelenjar pituitari menyusut, penyedia layanan kesehatan mungkin tidak dapat melihatnya dalam hasil pencitraan, sehingga area sella turcica terlihat kosong di mana itulah sebabnya disebut dengan empty sella. Namun, sebenarnya sella turcica tidak benar-benar kosong.

Area ini seringkali diisi dengan cairan serebrospinal (CSF) yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Apabila sella terlihat kosong, kemungkinan besar CSF telah bocor ke dalamnya, memberikan tekanan pada kelenjar pituitari dan menimbulkan terjadinya penyusutannya.

Seringkali, penyedia layanan kesehatan menemukan kondisi ini secara kebetulan saat melakukan pemindaian CT atau MRI untuk tujuan lain. Beberapa orang mungkin mempunyai empty sella dalam hasil pemindaian tanpa merasakan gejala apa pun, dan kelenjar pituitari mereka masih berfungsi normal.

Apabila seseorang memiliki empty sella dan kelenjar pituitarinya tidak berfungsi dengan baik, kondisi tersebut disebut empty sella syndrome (ESS). Sindrom ini mencakup serangkaian tanda dan gejala medis yang berkaitan dan sering kali terkait dengan kondisi tertentu. Penderita ESS bisa mengalami ketidakseimbangan hormon, perubahan penglihatan, dan sering mengalami sakit kepala.

Penyebab Empty Sella Syndrome (ESS)

Sindrom sella kosong (ESS) bisa disebabkan oleh sella kosong primer (PES) atau sella kosong sekunder (SES), tetapi ESS lebih sering terjadi akibat sella kosong sekunder.

Penyebab Primary Empty Sella Syndrome (PES)

Primary empty sella syndrome (PES) terjadi saat lapisan arachnoid yang melindungi otak menonjol ke dalam sella turcica, menekan kelenjar pituitari. Penyebab pasti dari PES masih belum diketahui oleh para penyedia layanan kesehatan.

Salah satu teori menyatakan bahwa PES bisa muncul akibat cacat bawaan pada jaringan pelindung otak yang memungkinkan cairan serebrospinal masuk ke sella turcica, sehingga kelenjar pituitari menjadi datar. Walaupun kelenjar ini sulit terlihat pada pemindaian, fungsinya biasanya tetap normal dan tidak mengakibatkan empty sella syndrome.

Penyebab Empty Sella Sekunder (SES)

Empty sella sekunder (SES) terjadi ketika kelenjar pituitari atau sella turcica mengalami kerusakan akibat kondisi atau insiden lain. Banyak faktor yang dapat menyebabkan SES, dengan penyebab umum kerusakan meliputi:

- Tumor

- Terapi radiasi

- Operasi otak di area kelenjar pituitari

- Trauma kepala, seperti cedera otak traumatis

Beberapa penyebab spesifik dari SES yakni:

1. Tumor otak: Tumor dapat menyebabkan peningkatan tekanan di sekitar otak, yang berisiko mengakibatkan herniasi ruang subaraknoid dan kompresi kelenjar pituitari.

2. Hipertensi intrakranial idiopatik (IIH): IIH merupakan kondisi di mana terjadi peningkatan tekanan di tengkorak akibat penumpukan cairan serebrospinal yang bisa menekan kelenjar pituitari.

3. Adenoma hipofisis: Ini adalah pertumbuhan atau tumor pada kelenjar pituitari yang biasanya bersifat jinak dan bisa menekan serta merusak kelenjar.

4. Sindrom Sheehan: Kondisi ini terjadi pada individu yang mengalami kehilangan darah signifikan saat melahirkan yang memicu kekurangan oksigen dan kerusakan pada kelenjar pituitari.

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #gejala #penyakit #empty #sella #syndrome #yang #wajib #diketahui #pahami #juga #penyebab #agar #bisa #dihindari

KOMENTAR