Sering Merasa Gatal Setelah Pakai Produk Karet? Kenali Alergi Lateks, 3 Jenis Reaksi, dan Strategi Penanganannya
Sarung tangan berbahan lateks (Dok. Freepik)
17:49
9 Oktober 2025

Sering Merasa Gatal Setelah Pakai Produk Karet? Kenali Alergi Lateks, 3 Jenis Reaksi, dan Strategi Penanganannya

- Alergi lateks merupakan reaksi alergi terhadap zat yang terkandung dalam karet alam, yang paling sering terjadi akibat kontak langsung dengan sarung tangan lateks. Meskipun terlihat sederhana, kondisi ini bisa menimbulkan berbagai gejala, mulai dari ringan hingga mengancam jiwa. Reaksi alergi ini muncul ketika sistem kekebalan tubuh salah mengenali zat yang sebetulnya tidak berbahaya sebagai ancaman, sehingga memicu respons imun berlebihan terhadap lateks.

Lateks adalah getah berwarna putih yang dihasilkan oleh beberapa jenis tanaman, terutama pohon karet tropis. Zat ini terdiri dari campuran air, gula, dan protein yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tanaman terhadap serangga. Selain dalam bentuk alami, lateks juga dapat diproduksi secara sintetis untuk berbagai keperluan industri.

Dalam kehidupan sehari-hari, lateks banyak ditemukan pada produk seperti sarung tangan, balon, kondom, kateter, dan berbagai peralatan medis. Bahkan, diperkirakan lebih dari 40.000 jenis produk di dunia menggunakan bahan dasar lateks. Namun, karena kandungan proteinnya, sebagian orang mengalami reaksi alergi setelah terpapar, terutama mereka yang sering menggunakan sarung tangan karet di lingkungan kerja medis.

Penyebab dan Proses Terjadinya Alergi Lateks

Menurut Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, sekitar 8–12 persen tenaga medis dan hingga 68 persen pasien spina bifida memiliki alergi terhadap lateks, karena sering terpapar selama prosedur medis. Meski begitu, secara keseluruhan, kurang dari 1 persen populasi umum mengalami alergi ini.

Melansir dari Medical News Today, reaksi alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menganggap protein dalam lateks sebagai patogen berbahaya. Tubuh kemudian memproduksi antibodi untuk melawannya. Saat seseorang terpapar kembali, antibodi ini memicu pelepasan zat kimia seperti histamin yang menyebabkan gejala alergi. Semakin sering seseorang terpapar lateks, semakin besar kemungkinan terjadinya reaksi alergi berat, proses ini disebut sensitisasi.

Selain itu, selama proses pembuatan, lateks sering kali dimodifikasi dan tidak dicuci dengan sempurna, meninggalkan partikel “lateks bebas” yang menempel di permukaan produk. Partikel ini mudah berpindah ke udara, terutama ketika sarung tangan dilepas dengan cepat, sehingga dapat terhirup dan menyebabkan reaksi alergi pernapasan pada orang yang sensitif.

Ada tiga jenis utama alergi lateks dengan tingkat keparahan yang berbeda, yaitu: 

1. Hipersensitivitas Lateks (Tipe 1)

Ini adalah bentuk alergi yang paling berat dan jarang terjadi, di mana reaksi tubuh muncul segera setelah kontak dengan lateks. Gejalanya meliputi hidung tersumbat, gatal di mata, iritasi kulit, kram perut, dan gangguan pencernaan. Dalam kasus yang parah, gejalanya bisa berkembang menjadi jantung berdebar cepat, nyeri dada, tekanan darah rendah, hingga sesak napas yang dapat mengancam nyawa. Penderita alergi tipe ini sangat sensitif; bahkan hanya menghirup partikel lateks dari balon yang ditiup orang lain sudah cukup memicu reaksi berat.

2. Dermatitis Kontak Alergi

Reaksi ini muncul beberapa jam setelah kulit bersentuhan dengan lateks. Gejalanya berupa kulit bersisik, terasa panas, melepuh, dan kadang mengeluarkan cairan. Alergi jenis ini disebabkan oleh bahan kimia tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan karet. Kini tersedia tes khusus untuk menentukan bahan kimia mana yang menjadi pemicu, sehingga penderita dapat menghinkatdarinya.

3. Dermatitis Kontak Iritan

Ini merupakan bentuk alergi paling umum dan ringan, biasanya disebabkan oleh penggunaan sarung tangan lateks secara berulang, cuci tangan berlebihan, atau sisa bedak pada sarung tangan. Kulit tangan menjadi kering, gatal, dan bersisik akibat iritasi.

Siapa yang Berisiko Mengalami Alergi Lateks?

Tidak semua orang memiliki risiko yang sama terhadap alergi ini. Faktor genetik dapat berperan, namun paparan berulang terhadap lateks adalah penyebab utama berkembangnya alergi. Beberapa kelompok yang berisiko tinggi antara lain:

  • Tenaga kesehatan yang sering menggunakan sarung tangan karet.
  • Pasien yang menjalani banyak operasi sejak kecil.
  • Penderita spina bifida atau kelainan sumsum tulang belakang.
  • Orang dengan eksim, asma, atau alergi makanan tertentu.
  • Pekerja industri karet dan pabrik ban.
  • Pengguna kondom atau kateter berbahan lateks.

Selain itu, orang yang alergi terhadap makanan seperti pisang, kiwi, alpukat, mangga, dan kastanye lebih rentan mengalami reaksi silang terhadap lateks, karena kemiripan struktur protein dalam makanan tersebut.

Produk yang Mengandung Lateks dan Reaksi Silang

Lateks dapat ditemukan pada banyak produk sehari-hari, mulai dari sarung tangan, balon, kondom, alat kesehatan, dot bayi, karet gelang, hingga pakaian dengan pinggang elastis. Beberapa mainan anak, matras kamar mandi, dan alat laboratorium juga mengandung lateks. Oleh karena itu, penderita alergi harus selalu memeriksa label produk atau menanyakan langsung pada produsen.

Reaksi silang antara lateks dan makanan tertentu juga cukup umum. Misalnya, seseorang yang alergi terhadap pisang atau alpukat mungkin akan mengalami reaksi serupa ketika terpapar lateks. Buah-buahan seperti pepaya, stroberi, nanas, dan semangka, serta sayuran seperti tomat dan seledri, juga dapat memicu reaksi pada sebagian penderita.

Diagnosis dan Penanganan Alergi Lateks

Untuk menegakkan diagnosis, dokter biasanya melakukan patch test atau tes darah guna mendeteksi sensitivitas terhadap protein lateks. Namun, tes ini harus dilakukan dengan hati-hati karena risiko reaksi alergi berat.

Sayangnya, hingga kini belum ada terapi desensitisasi yang efektif untuk alergi lateks. Artinya, cara terbaik untuk mencegah reaksi adalah dengan menghindari paparan. Jika reaksi alergi sudah terjadi, pengobatan dapat mencakup antihistamin, kortikosteroid, atau suntikan adrenalin untuk kondisi darurat.

Penderita disarankan untuk mengenali produk bebas lateks, seperti bahan pengganti yang terbuat dari polimer sintetis (nitril, neoprene, atau elastane). Namun, perlu diingat bahwa produk "bebas lateks" terkadang masih mengandung jejak lateks karena diproduksi di pabrik yang sama.

Sebagian produsen mencantumkan label "safe latex", yang berarti kadar lateksnya rendah, tetapi produk tersebut tetap bisa menimbulkan reaksi pada orang yang sangat sensitif. Oleh sebab itu, penderita harus tetap waspada dan berkonsultasi dengan dokter mengenai produk yang aman untuk digunakan.

Secara keseluruhan, alergi lateks memang tidak umum, tetapi bagi mereka yang mengalaminya, dampaknya bisa serius. Meningkatkan kesadaran, membaca label produk dengan cermat, dan memilih alternatif non-lateks adalah langkah penting untuk mencegah reaksi alergi dan menjaga kualitas hidup tetap baik.

Editor: Candra Mega Sari

Tag:  #sering #merasa #gatal #setelah #pakai #produk #karet #kenali #alergi #lateks #jenis #reaksi #strategi #penanganannya

KOMENTAR