Di Forum Ekonomi Dunia, Kadin Sebut RI Ingin Jadi Acuan Standar Pengolahan Material Baterai Kendaraan Listrik
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie(screenshoot/WEF)
18:40
22 Januari 2025

Di Forum Ekonomi Dunia, Kadin Sebut RI Ingin Jadi Acuan Standar Pengolahan Material Baterai Kendaraan Listrik

- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan bahwa RI berambisi menjadi negara acuan standar pengolahan material baterai kendaraan listrik di dunia.

Komitmen itu diungkapkan Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, saat menjadi salah satu panelis diskusi Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Selasa (21/1/2025) waktu setempat.

Forum bertema “Mendapatkan Rantai Pasokan EV yang Tepat” ini juga dihadiri oleh Menteri Sains, Teknologi, dan Inovasi Afrika Selatan, Bonginkosi Emmanuel Nzimande, Co-Chairman Contemporary Amperex Technology Co., Limited, Pan Jian, Presiden Federasi Buruh AS dan Kongres Organisasi Industri, Elizabeth Shuler, Pemimpin Eksekutif Rio Tinto, Jakob Stausholm, serta dimoderatori oleh Pemimpin Redaksi Business Insider, Jamie Heller.

“Dalam konteks rantai pasok global, ambisi kami tidak hanya sebatas memproduksi material baterai untuk kendaraan listrik, tapi juga bagaimana cara memproduksinya,” kata Anindya dalam siaran pers, Rabu (22/1/2025).

Anindya mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang unik karena bisa memproduksi material baterai menggunakan energi hijau dengan tetap memperhatikan emisi karbon.

“Indonesia sudah membuktikannya. Banyak perusahaan Indonesia yang sudah memasok tidak hanya ke China dengan teknologi canggihnya, tapi juga ke Eropa melalui Eramet dan Volkswagen, serta ke Amerika Serikat melalui Ford,” ujar Anindya.

Anindya juga menyebutkan bahwa Indonesia terbuka untuk bekerja sama bisnis dengan semua pihak. “Kami optimistis pada September (2025) nanti Indonesia secara keseluruhan bisa memenuhi standar besar seperti EMA (Exponential Moving Average) 50,” kata Anindya.

Anindya menegaskan bahwa Indonesia saat ini sedang berusaha menciptakan keseimbangan kerja sama dengan negara-negara Barat.

Ia mencontohkan perusahaan miliknya, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk, yang memiliki Indo-Pacific Net-zero Battery-materials Consortium (INBC) dan fokus pada kerja sama dengan negara-negara Barat. “Kami memahami bahwa Eropa (termasuk) Inggris dan Amerika Serikat (AS) membutuhkan material baterai berbasis nikel,” kata Anindya.

Menurut Anindya, Indonesia bisa menjadi pemasok perangkat keras untuk industri electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik di AS.

Ia menyebutkan bahwa AS menjajaki investasi dalam industri EV. “Kita belum tahu bagaimana bentuknya nanti, apakah akan lebih mengarah ke kesepakatan bilateral, tetapi bagi Indonesia yang memulai dari posisi yang lebih rendah dan mengingat kita belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS, saya rasa ini bisa menjadi suatu potensi keuntungan dan kerja sama yang saling menguntungkan,” kata Anindya.

Anindya juga mengatakan bahwa dari sisi sumber daya alam, Indonesia memiliki cadangan mineral strategis, yakni sebanyak 22 persen cadangan nikel dunia ada di Indonesia. “Belum lagi ditambah dengan timah, tembaga, dan bauksit yang masuk dalam lima besar dunia. Dari sisi energi, kami memiliki potensi energi terbarukan yang luar biasa, mulai dari panas bumi, hidro, tenaga surya, hingga angin,” kata dia.

Editor: Nirmala Maulana Achmad

Tag:  #forum #ekonomi #dunia #kadin #sebut #ingin #jadi #acuan #standar #pengolahan #material #baterai #kendaraan #listrik

KOMENTAR