Mengapa AI Bisa Menghambat Kenaikan Karier bagi Banyak Pekerja Muda
- Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, mulai menggantikan banyak pekerjaan level pemula dengan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI). Pakar ketenagakerjaan dan AI menilai, fenomena ini bisa akan mengubah jalur tradisional pengembangan karier bagi para pekerja muda di sektor white collar.
Selama ini, fresh graduate biasanya memulai karier dengan pekerjaan dasar seperti riset, input data, atau tugas administratif lain. Dari pengalaman tersebut, mereka membangun keterampilan secara bertahap sambil belajar dari senior, hingga naik ke posisi ahli atau manajerial.
Biasanya, mereka yang baru masuk pasar kerja melakukan pekerjaan dasar dengan risiko yang relatif rendah — seperti riset atau entri data. Mereka membangun keterampilan selama bertahun-tahun saat bekerja bersama rekan yang lebih berpengalaman, hingga akhirnya menjadi ahli dan naik ke posisi manajerial.
"Pendekatan “ahli–pemula” dalam membangun keterampilan ini telah ada selama 160.000 tahun," kata Matt Beane, penulis “The Skill Code: How to Save Human Ability in an Age of Intelligent Machines” dan profesor di University of California, Santa Barbara, seperti dikutip dari CNBC. Jumat (21/11/2025).
Namun, menurut Beane, ekonomi saat ini sudah tidak berinvestasi pada hubungan ahli–pemula seperti dulu. Perusahaan mengurangi posisi entry-level dan menggantikannya dengan AI untuk meningkatkan efisiensi, memangkas biaya, dan meningkatkan keuntungan.
Sebuah laporan yang dulu memerlukan lima orang selama satu minggu kini bisa dikerjakan hanya dalam satu jam dengan bantuan AI. Hal ini sebut dia, merupakan nilai tambah yang disukai perusahaan dan pelanggan.
“Artinya secara praktis, analis junior, banker junior, atau pendidik junior tidak lagi mendapat kesempatan terlibat dalam pekerjaan itu karena mereka dianggap opsional,” kata Beane.
Akibatnya, promosi menjadi semakin sulit — dinamika yang menurut para ahli dapat menimbulkan masalah bagi perusahaan dan ekonomi dalam beberapa tahun ke depan.
Roda bantu untuk memulai karier
Analisis terbaru Revelio Labs melaporkan, posting lowongan untuk pekerjaan entry-level di AS anjlok 35 persen dari Januari 2023 hingga Juni 2025.
"AI bukan satu-satunya penyebab penurunan tersebut, tetapi menjadi kontributor utama, terutama untuk pekerjaan pemula yang sangat terekspos otomatisasi AI," tulis Lisa Simon, Kepala Ekonom Revelio.
Pekerjaan itu meliputi data engineer, software developer, customer service, compliance, penasihat keuangan, dan analis risiko.
“Pekerjaan di awal karier adalah roda bantu untuk memulai sebuah karier,” kata Alison Lands, Wakil Presiden Employer Mobilization di Jobs for the Future.
“Data menunjukkan bahwa AI mengganggu tangga karier tradisional yang selama ini kita kenal,” tambahnya.
Beberapa perusahaan yang telah mengumumkan pengurangan karyawan karena AI tahun ini termasuk Klarna, Duolingo, dan Salesforce.
"Ketika AI mampu mengerjakan sebagian besar tugas dalam suatu pekerjaan, jumlah pekerja manusia dalam posisi tersebut turun sekitar 14 persen," sebut studi tahun 2025 yang dilakukan oleh peneliti MIT, Northwestern University, dan Yale University.
“Cara mencetak karyawan senior bukan melalui sekolah. Caranya adalah dengan mengerjakan pekerjaan itu bersama seseorang yang lebih ahli — kamu belajar dengan melakukan. Dan di situlah sebagian besar keterampilan kita terbentuk,” kata Beane.
Laporan Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) menyampaikan bahwa perusahaan memperkirakan AI generatif akan mengganggu 35 persen keterampilan inti pekerja di AS pada 2030.
Menurut laporan itu, sebagian besar perusahaan akan meningkatkan pelatihan keterampilan, tetapi 40 persen perusahaan global berencana memangkas staf karena kemampuan mereka dianggap tidak relevan lagi.
“Bagaimana mungkin anak muda bisa mencapai ‘Level Tiga’ jika mereka belum pernah menjalani Level Satu dan Level Dua?” kata Molly Kinder, peneliti senior di Brookings Institution.
Jalur talenta bisa kolaps
Perusahaan juga berpotensi dirugikan. Mereka mungkin menghemat biaya hari ini dengan AI, tetapi akan kesulitan nanti jika tidak memiliki cukup orang berpengalaman untuk mengisi posisi manajer.
Apa jadinya bila beberapa tahun ke depan perusahaan tidak memiliki coder berpengalaman? Firma hukum tanpa pengacara yang terampil berdebat di pengadilan? Atau firma konsultan tanpa konsultan yang siap menghadapi klien?
“Dalam tiga sampai lima tahun, perusahaan yang selama ini mengandalkan tangga karier tradisional akan menghadapi masalah baru yang serius,” ujar Beane.
“Membersihkan kekacauan selalu lebih sulit daripada mencegahnya,” tambahnya.
Kinder menambahkan, perusahaan mungkin enggan melatih karyawan karena khawatir mereka akan dibajak kompetitor. Itu bisa membuat perusahaan semakin bergantung pada AI, bukan meningkatkan pelatihan.
“Jika semua perusahaan melakukan itu, seluruh jalur talenta akan mulai kolaps dan dalam beberapa tahun banyak sektor akan menghadapi masalah besar,” katanya.
Ilustrasi artificial intelligence (AI).
Tidak semuanya kiamat
Meski demikian, masih ada peluang karier bagi anak muda, kata Kinder.
“Ini tidak semuanya kiamat,” ujarnya.
Menurut WEF, teknologi AI diperkirakan menciptakan 11 juta pekerjaan dan menghilangkan 9 juta secara global. Dengan demikian secara bersih naik sekitar 2 juta.
Mahasiswa dan pekerja pemula dapat meningkatkan daya saing mereka dengan mempelajari AI, bahkan jika tidak bekerja di sektor teknologi.
Menurut laporan Lightcast, sebanyak 51 persen lowongan yang meminta keterampilan AI berada di luar sektor teknologi pada 2024.
Pekerja muda harus menguasai “kefasihan AI praktis”
Beane menyarankan pekerja muda untuk mempelajari “kefasihan AI praktis”. Perusahaan, katanya, sangat membutuhkan pekerja yang mampu memanfaatkan AI secara efektif.
Lowongan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan AI generatif di luar sektor teknologi meningkat sembilan kali lipat dari 2022 hingga 2024, mencapai lebih dari 29.000, menurut Lightcast.
“Gunakan AI untuk memecahkan masalah nyata — Anda akan gagal, Anda akan frustrasi, tetapi Anda akan menghasilkan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan,” kata Beane.
Menguasai platform seperti ChatGPT, Claude, atau Gemini juga membuat pekerja muda lebih “bankable”, kata Lands.
Menggabungkan kecerdasan manusia — seperti pemikiran strategis dan kemampuan interpersonal — dengan kekuatan AI dalam memproses data akan menghasilkan kombinasi yang kuat, katanya.
“Penting bagi Anda untuk mulai mendidik diri sendiri,” ujarnya. “Ini akan membantu Anda melompati anak tangga karier yang mulai hilang.”
Tag: #mengapa #bisa #menghambat #kenaikan #karier #bagi #banyak #pekerja #muda