Harga Bitcoin Sempat Anjlok, Indodax: Fundamental Kripto Masih Kuat
Ilustrasi bitcoin.(UNSPLASH/ERLING LOKEN ANDERSEN)
16:12
19 November 2025

Harga Bitcoin Sempat Anjlok, Indodax: Fundamental Kripto Masih Kuat

Harga bitcoin (BTC) sempat menyentuh 89.000 dollar AS pada Selasa (18/11/2025), menandai level terendah dalam tujuh bulan terakhir.

Harga bitcoin turun mencerminkan tekanan signifikan yang sedang dialami pasar kripto saat ini, terutama dari sisi arus keluar dana di ETF Bitcoin di Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya kekhawatiran geopolitik global.

Meski demikian, sejumlah pelaku pasar meyakini bahwa fundamental aset digital tetap kuat dan bahwa koreksi ini lebih sebagai fase penyesuaian jangka pendek.

Ilustrasi bitcoin.UNSPLASH/TRAXER Ilustrasi bitcoin.

Penyebab harga bitcoin turun

Salah satu penyebab utama penurunan harga Bitcoin adalah arus keluar besar-besaran (outflow) dari ETF Bitcoin spot di AS.

Data dari CoinDesk menunjukkan bahwa pada 14 November 2025, ETF spot Bitcoin mencatat arus keluar sebesar 869,86 juta dollar AS, yang merupakan rekor harian kedua terbesar dalam sejarah ETF tersebut.

Lebih luas lagi, total dana yang keluar dari ETF selama tiga minggu terakhir dilaporkan mencapai 2,64 miliar dollar AS, menunjukkan ada kecenderungan investor besar menarik modal dari eksposur bitcoin melalui ETF.

Dikutip dari Kontan, Rabu (19/11/2025), analis Tokocrypto Fyqieh?Fachrur mengatakan salah satu faktor utama koreksi harga bitcoin adalah arus keluar ETF yang besar serta aksi ambil untung.

Situasi diperparah oleh rotasi dana ke pasar saham AS dan penguatan dolar AS seiring berakhirnya shutdown pemerintah AS, yang semakin menekan minat pada aset berisiko seperti kripto.

Di sisi geopolitik, kekhawatiran pasar juga meningkat menyusul rencana tarif hingga 500 persen dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara yang masih berdagang dengan Rusia.

Kebijakan ini disebut memicu risiko baru bagi pasar global, termasuk aset kripto, karena potensi gangguan rantai pasok dan inflasi.

Ilustrasi bitcoin. Harga Bitcoin kembali mencetak rekor tertinggi baru pada awal Oktober 2025. Lonjakan ini dipicu penguatan ETF BlackRock dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.PIXABAY/MICHAELWUENSCH Ilustrasi bitcoin. Harga Bitcoin kembali mencetak rekor tertinggi baru pada awal Oktober 2025. Lonjakan ini dipicu penguatan ETF BlackRock dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.

Kondisi harga bitcoin dan potensi teknis

Penurunan harga bitcoin di bawah?90.000 dollar AS bukan sekadar koreksi kecil. Menurut laporan Reuters, penurunan ini menghapus semua keuntungan bitcoin sepanjang 2025 dan mencerminkan tekanan jual yang signifikan dari investor yang sebelumnya agresif membeli.

Adapun sejak puncaknya di awal Oktober 2025 pada sekitar 126.200 dollar AS, harga bitcoin telah terkoreksi hampir 30 persen.

Dalam analisis teknis, sejumlah eksekutif kripto menyoroti bahwa pergerakan harga saat ini bisa jadi dipicu oleh kombinasi “tekanan struktural”, yakni distribusi oleh whale (pemegang lama kripto), arus keluar ETF, dan tensi geopolitik.

Beberapa analis juga memperingatkan bahwa jika support kunci tidak mampu mempertahankan harga, bitcoin bisa melanjutkan penurunan ke kisaran 80.000 sampai 85.000 dollar AS.

Hal lain yang disoroti adalah likuidasi besar-besaran posisi leverage pada kripto. Menurut KuCoin, lebih dari 600 juta dollar AS likuidasi posisi long telah terjadi, memperkuat tekanan jual jangka pendek.

Namun, analisis on-chain menunjukkan bahwa sebagian pemegang jangka menengah hingga panjang masih mengakumulasi bitcoin, yang menurut mereka menandakan dukungan struktural di sekitar level harga tertentu.

Sentimen makro dan peran The Fed

Sentimen makro global berada di pusat kekhawatiran investor. Ada ekspektasi bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) akan memberikan dukungan likuiditas untuk meredam tekanan pasar.

Mata uang kripto paling mahal di dunia, bitcoin (BTC). Harga Bitcoin anjlok ke Rp 1,84 miliar akibat memanasnya perang dagang AS?China.  UNSPLASH/KANCHANARA Mata uang kripto paling mahal di dunia, bitcoin (BTC). Harga Bitcoin anjlok ke Rp 1,84 miliar akibat memanasnya perang dagang AS?China.

Beberapa pelaku pasar memantau kemungkinan The Fed membuka kembali operasi repo, langkah yang dapat menyuntikkan likuiditas ke sistem keuangan. Skenario ini dianggap bisa membantu meredakan tekanan jangka pendek di pasar kripto.

Di sisi lain, ketidakpastian tentang suku bunga tetap menjadi beban. Investor mulai meragukan apakah pemangkasan suku bunga akan segera dilakukan mengingat data ekonomi yang belum stabil dan risiko inflasi yang masih mengintai.

Tekad untuk menahan suku bunga lebih tinggi atau menunda pemotongan bisa memperkuat tekanan jual pada aset berisiko, termasuk bitcoin.

Indodax sebut fundamental kripto masih kuat

Bursa kripto Indodax memberikan perspektif yang lebih optimistis meskipun harga Bitcoin sedang mengalami koreksi.

Antony Kusuma, Vice President Indodax, menekankan bahwa koreksi semacam ini adalah bagian alami dari siklus pasar kripto.

“Pergerakan harga yang terjadi saat ini lebih banyak dipengaruhi faktor teknis dan sentimen global dalam jangka pendek," kata Antony dalam keterangan tertulis, Rabu.

"Fundamental aset digital tetap kuat, dan di situasi seperti ini penting bagi investor untuk mengambil keputusan secara tenang dan terukur,” ujar Antony.

Ia juga menjelaskan, koreksi tajam tidak berarti pasar bearish jangka panjang.

“Bagi investor jangka panjang, momen seperti ini sering dianggap sebagai peluang untuk menambah posisi secara bertahap," tutur dia.

Indodax pun mengimbau para investor untuk mengutamakan manajemen risiko. Jangan membuat keputusan emosional di tengah volatilitas yang tinggi.

Karena volatilitas seperti sekarang “wajar” setelah reli besar, dan menjaga disiplin sangat krusial.

Apakah ini titik pemulihan atau awal "bear market"?

Ilustrasi bitcoin. FREEPIK/FABRIKASIMF Ilustrasi bitcoin.

Meskipun koreksi cukup dalam, sejumlah pengamat mengatakan ini belum tentu awal dari tren bearish jangka panjang.

Beberapa skenario pemulihan potensial yang disebut-sebut pelaku pasar antara lain sebagai berikut.

1. Stabilisasi arus ETF

Jika aliran keluar dari ETF mulai melambat atau berbalik arah menjadi inflow, itu bisa menjadi katalis untuk pemulihan harga bitcoin.

2. Dukungan likuiditas dari The Fed

Jika The Fed benar-benar melakukan operasi repo atau meningkatkan intervensi likuiditas, tekanan makro bisa mereda dan memberi ruang bagi bitcoin untuk rebound.

3. Aksi teknis di level support

Analis teknikal menunjukkan bahwa jika bitcoin bisa menemukan pijakan di kisaran 85.000 sampai 90.000 dollar AS dan membangun dasar, rebound teknikal mungkin bisa terjadi dari situ.

Namun, ada juga risiko yang tidak bisa diabaikan, yakni sebagai berikut.

Jika sentimen makro tetap rapuh dan The Fed menahan pemangkasan suku bunga, tekanan di aset berisiko bisa terus berlangsung.

Likuidasi leverage bisa berlanjut, apalagi jika banyak trader yang masih overleverage.

Geopolitik dan kebijakan tarif bisa kembali menjadi pemantik ketidakpastian bagi investor global.

Pelajaran bagi Investor Indonesia

Bagi investor kripto di Indonesia, koreksi ini membawa sejumlah pelajaran penting, yakni sebagai berikut.

1. Pentingnya diversifikasi

Mengandalkan bitcoin saja bisa berisiko tinggi dalam fase volatilitas seperti sekarang. Diversifikasi ke aset lain, termasuk kripto lain, saham, atau aset riil, bisa menjadi strategi proteksi.

Ilustrasi bitcoin.UNSPLASH/KANCHANARA Ilustrasi bitcoin.

2. Eksposur valuta asing

Karena bitcoin diperdagangkan dalam dollar AS, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bisa memperbesar keuntungan atau kerugian.

3. Manajemen risiko

Gunakan strategi seperti stop-loss, alokasi modal yang proporsional, dan jangan “semua masuk” di satu titik.

4. Pantau kejadian makro

Perkembangan kebijakan The Fed, data ekonomi AS, dan kebijakan global seperti tarif sangat mungkin memengaruhi pergerakan harga kripto. Investor lokal perlu mengikuti berita internasional dengan seksama.

Penurunan harga bitcoin ke bawah?90.000 dollar AS menandai momen koreksi signifikan dalam siklus kripto tahun ini.

Faktor-faktor pendorong termasuk arus keluar besar-besaran dari ETF spot AS, likuidasi posisi leverage, dan kekhawatiran makro-ekonomi yang dipicu oleh kebijakan The Fed dan geopolitik.

Meski tekanan tinggi, bukan berarti fundamental bitcoin runtuh. Indodax menilai koreksi ini sebagai bagian alami dari siklus pasar dan menekankan pentingnya manajemen risiko dan sikap jangka panjang.

Skenario pemulihan masih terbuka, terutama jika likuiditas global membaik dan investor kembali nyaman menahan eksposur kripto.

Namun, risiko tetap nyata, dan bagi investor, terutama investor ritel, kehati-hatian serta kebijakan investasi yang disiplin sangat krusial.

Dalam tahap ini, pertanyaan utama bagi banyak pelaku pasar adalah, apakah ini momen akumulasi strategis bagi jangka panjang, atau batu loncatan menuju fase koreksi yang lebih dalam?

Waktu dan kebijakan makro akan menjadi faktor kunci berikutnya.

Tag:  #harga #bitcoin #sempat #anjlok #indodax #fundamental #kripto #masih #kuat

KOMENTAR