Emiten Ramai-ramai Lakukan Buyback Saham, Apa Artinya bagi Investor?
Ilustrasi saham. Sejumlah emiten melakukan aksi korporasi berupa pembelian kembali (buyback) saham dengan nilai besar dalam beberapa waktu terakhir. Analis menilai, tren ini mencerminkan posisi kas emiten yang kuat serta valuasi saham yang masih di bawah nilai wajarnya.(UNSPLASH/TOTOS ADAM)
22:44
9 November 2025

Emiten Ramai-ramai Lakukan Buyback Saham, Apa Artinya bagi Investor?

— Sejumlah emiten melakukan aksi korporasi berupa pembelian kembali (buyback) saham dengan nilai besar dalam beberapa waktu terakhir. Analis menilai, tren ini mencerminkan posisi kas emiten yang kuat serta valuasi saham yang masih di bawah nilai wajarnya.

Salah satu emiten yang melaksanakan buyback adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Perseroan telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS untuk melakukan buyback saham senilai Rp 2,49 triliun.

Manajemen ITMG menjelaskan, langkah tersebut dilakukan karena harga saham saat ini belum sepenuhnya mencerminkan nilai fundamental dan prospek jangka panjang perusahaan.

“Pembelian saham kembali akan dilakukan melalui Bursa Efek, baik secara bertahap maupun sekaligus, dan diselesaikan paling lambat 12 bulan dari tanggal RUPSLB,” tulis manajemen ITMG dalam keterangannya, Selasa (4/11/2025).

Selain ITMG, PT Astra International Tbk (ASII) juga mengumumkan rencana buyback saham dengan nilai maksimal Rp 2 triliun.

Jumlah buyback ini tidak melebihi 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor, serta menjaga saham free float agar tidak kurang dari 7,5 persen. Aksi buyback ASII berlangsung dari 3 November 2025 hingga 30 Januari 2026.

Anak usaha Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR), turut melakukan buyback senilai maksimal Rp 2 triliun, yang digelar mulai 31 Oktober 2025 sampai 30 Januari 2026.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyiapkan dana hingga Rp 5 triliun untuk buyback saham yang berlangsung dari 22 Oktober 2025 hingga 19 Januari 2026.

Buyback Jadi Sinyal Kepercayaan Emiten

Analis BRI Danareksa Sekuritas Reza Diofanda menilai, maraknya buyback saham menandakan kombinasi antara fundamental emiten yang kuat, valuasi yang undervalued, serta posisi kas yang solid.

Menurut dia, neraca keuangan yang sehat memberi ruang bagi emiten untuk melakukan buyback tanpa mengganggu arus kas operasional maupun rencana ekspansi.

“Aksi buyback sering dimanfaatkan manajemen sebagai sinyal kepercayaan terhadap prospek jangka panjang perusahaan dan upaya menjaga stabilitas harga saham di tengah potensi pelemahan likuiditas pasar,” ujar Reza, Jumat (7/11/2025).

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi juga menilai mayoritas emiten melakukan buyback karena valuasi saham sudah di bawah nilai wajarnya.

Ditambah dengan kondisi likuiditas pasar yang cukup tinggi, buyback menjadi langkah strategis untuk menjaga stabilitas harga saham di tengah volatilitas indeks.

Efek Buyback bagi Investor

Dalam jangka pendek, aksi buyback biasanya memberikan dampak positif bagi emiten karena dapat meningkatkan sentimen pasar dan earning per share (EPS) melalui pengurangan jumlah saham beredar. Namun, buyback juga dapat menurunkan kas perusahaan meski tidak signifikan bagi emiten besar.

“Buat investor, buyback ini menunjukkan kepercayaan dari manajemen emiten, sehingga bisa menjadi momentum akumulasi,” kata Wafi.

Reza menambahkan, aksi buyback memberi dua efek utama bagi investor. Pertama, memperkuat kepercayaan pasar terhadap prospek jangka panjang emiten. Kedua, meningkatkan nilai kepemilikan per saham karena jumlah saham beredar berkurang.

“Namun, efeknya terhadap harga saham tidak selalu langsung signifikan, tergantung pada skala buyback, kondisi pasar, dan keberlanjutan kinerja fundamental emiten ke depan,” jelas Reza.

Tren Buyback Diprediksi Berlanjut

Reza memperkirakan tren buyback saham masih akan berlanjut hingga awal tahun depan. Faktor pendorongnya antara lain posisi keuangan yang kuat, volatilitas pasar tinggi, serta kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memberikan fleksibilitas buyback tanpa perlu persetujuan RUPS.

Ia menyebut, sektor perbankan, otomotif dan alat berat, komoditas energi, serta konsumer primer berpotensi tetap aktif dalam program buyback. Reza merekomendasikan saham BBCA, UNTR, dan ASII dengan target harga masing-masing Rp 10.500, Rp 29.600, dan Rp 6.700 per saham.

Ia menyarankan investor melakukan pembelian secara bertahap, bukan karena euforia buyback, mengingat efeknya pada harga saham cenderung jangka pendek.

Senada dengan itu, Wafi meyakini tren buyback akan berlanjut hingga awal 2026, terutama jika volatilitas pasar masih tinggi dan valuasi saham blue chip masih di bawah rata-rata.

Menurutnya, saham BBCA, ASII, UNTR, dan ITMG masih menarik untuk dikoleksi bertahap dengan target harga masing-masing Rp 10.000, Rp 6.800, Rp 28.000, dan Rp 25.000 per saham.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Aksi Buyback Saham Bernilai Jumbo Marak, Ini Dampaknya bagi Investor

Tag:  #emiten #ramai #ramai #lakukan #buyback #saham #artinya #bagi #investor

KOMENTAR