BI Kembangkan OIS, Dorong Pembentukan Acuan Bunga Kredit yang Lebih Efisien

Bank Indonesia (BI) terus berupaya mendorong perbankan menurunkan bunga kredit.

Upaya ini dilakukan karena penurunan suku bunga acuan belum diikuti oleh penurunan bunga pinjaman yang signifikan.

Sepanjang 2025, BI sudah empat kali menurunkan suku bunga acuan atau sebesar 100 basis poin (bps).

Namun, penurunan bunga kredit perbankan hanya sekitar 15 bps, dari 9,20 persen pada awal tahun menjadi 9,05 persen per September 2025.

Untuk memperbaiki transmisi kebijakan moneter, BI tengah menyiapkan pengembangan instrumen overnight index swap (OIS).

Instrumen ini diharapkan dapat menjadi pemicu terbentuknya referensi suku bunga berbasis transaksi yang lebih akurat dan transparan.

Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI, Agustina Dharmayanti, mengatakan OIS penting untuk menyediakan acuan suku bunga yang kredibel.

Menurutnya, pelaku usaha membutuhkan benchmark yang jelas untuk menilai kewajaran harga kredit.

“Benchmark rate sangat diperlukan sebagai acuan pricing, indikator pengambilan keputusan, dan valuasi mark-to-market. Tanpa referensi yang transparan, pasar tidak efisien dan konsumen tidak terlindungi,” kata Agustina, akhir pekan lalu.

Ia menambahkan, BI tidak memiliki kewenangan untuk memaksa bank menurunkan bunga kredit.

Namun, ia percaya sinergi antara BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan asosiasi perbankan dapat mempercepat penyesuaian bunga.

“Ketika sudah ada reference rate-nya, kita mendorong untuk gunakan ini bersama-sama,” ujarnya.

BI juga telah menyiapkan peta jalan reformasi suku bunga acuan. Mulai Januari 2026, Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) akan dihentikan dan digantikan oleh compounded IndONIA sebagai acuan transisi hingga 2027.

Setelah itu, pasar akan sepenuhnya mengandalkan OIS sebagai acuan suku bunga forward-looking pada 2028.

Tag:  #kembangkan #dorong #pembentukan #acuan #bunga #kredit #yang #lebih #efisien