CEO Bank Terbesar Asia Tenggara: Triliunan Dolar Terjebak di Saham Teknologi, Risiko Gelembung Meningkat
Ilustrasi DBS(www.ciputraworldjakarta.com)
07:56
9 November 2025

CEO Bank Terbesar Asia Tenggara: Triliunan Dolar Terjebak di Saham Teknologi, Risiko Gelembung Meningkat

CEO bank terbesar di Asia Tenggara, DBS Bank, Tan Su Shan, mengingatkan investor agar berhati-hati menghadapi potensi gejolak di pasar keuangan global.

Ia menilai lonjakan valuasi saham di Amerika Serikat bisa memicu koreksi besar dalam waktu dekat.

"Kami telah melihat banyak volatilitas di pasar. Volatilitas ini bisa terjadi pada saham, suku bunga, atau nilai tukar," kata Tan kepada CNBC.

Ia memperkirakan ketidakstabilan tersebut belum akan mereda dalam waktu dekat.

Tan mulai memimpin DBS pada Maret lalu menggantikan Piyush Gupta.

Ia menilai kekhawatiran utama investor saat ini muncul dari valuasi tinggi saham teknologi besar yang dikenal sebagai Magnificent Seven: Amazon, Alphabet, Meta, Apple, Microsoft, Nvidia, dan Tesla.

"Misalnya, ada triliunan dolar yang terikat hanya pada tujuh saham itu. Dengan konsentrasi seperti itu, wajar kalau muncul pertanyaan: kapan gelembung ini akan pecah?" ujarnya.

Risiko Koreksi di Wall Street

Dalam konferensi Global Financial Leaders’ Investment Summit di Hong Kong, sejumlah pemimpin keuangan dunia memperkirakan koreksi pasar sebesar 10 hingga 20 persen bisa terjadi dalam satu hingga dua tahun ke depan.

CEO Morgan Stanley, Ted Pick, menilai penurunan seperti itu penting untuk menjaga keseimbangan pasar. Tan sepakat.

“Terus terang, koreksi akan sehat,” katanya.

Beberapa saham teknologi besar, seperti Advanced Micro Devices (AMD) dan Palantir, mencatatkan hasil kuartalan di atas ekspektasi. Namun harga saham keduanya tetap turun, mengikuti pelemahan indeks Nasdaq.

Peringatan Tan sejalan dengan pandangan Dana Moneter Internasional (IMF), Ketua Federal Reserve Jerome Powell, dan Gubernur Bank of England Andrew Bailey, yang menilai harga saham global sudah terlalu tinggi.

Diversifikasi Jadi Kunci

Tan menyarankan investor tidak menaruh semua modal di satu pasar. “Baik itu portofolio investasi, rantai pasokan, atau distribusi permintaan—lakukan diversifikasi,” ujarnya.

Dengan pengalaman lebih dari 35 tahun di perbankan dan manajemen kekayaan, Tan melihat Asia berpeluang menarik lebih banyak investasi dari Amerika Serikat. Ia menilai pergeseran tersebut bisa membawa keseimbangan baru bagi ekonomi kawasan.

Menurut Tan, Singapura punya posisi strategis sebagai pusat diversifikasi investasi.

“Kami punya supremasi hukum, sistem keuangan yang transparan dan terbuka, serta stabilitas politik. Singapura adalah tempat yang baik untuk berinvestasi,” katanya. “Saya rasa kami bukan tempat yang buruk untuk mempertimbangkan diversifikasi investasi Anda.”

Tag:  #bank #terbesar #asia #tenggara #triliunan #dolar #terjebak #saham #teknologi #risiko #gelembung #meningkat

KOMENTAR