Rupiah Loyo di Tengah Kuatnya Dolar AS, RUU Redenominasi Jadi Sorotan
-
Rupiah melemah tipis ke level Rp 16.711 per dolar AS, turun 0,04 persen dibanding hari sebelumnya.
-
Pelemahan Rupiah dipicu faktor global, terutama spekulasi The Fed tidak akan memangkas suku bunga Desember 2025.
-
Dari domestik, pemerintah tengah menyiapkan RUU Redenominasi Rupiah untuk memperkuat stabilitas dan kredibilitas mata uang
Nilai tukar Rupiah dibuka melemah pada pagi hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah di pasar Jumat (7/11/2025) dibuka di level Rp 16.711 per Dolar Amerika Serikat (AS).
Hal ini membuat Rupiah lemas 0,04 persen dibanding penutupan pada Kamis yang berada di level Rp 16.701 per Dolar AS.
Beberapa juga terjadi pada mata uang Asia yang bergerak bervariasi terhadap dolar.
Salah satunya, Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah ambles 0,34 persen. Disusul, Peso Filipina yang turun 0,2 persen.
Selanjutnya ada Dolar Taiwan yang terkoreksi 0,15 persen dan Dolar Singapura yang tertekan 0,07 persen. Lalu ada Yen Jepang yang terkikis 0,03 persen.
Berikutnya, Yuan China turun 0,01 persen dan Baht Thailand melemah tipis 0,006 persen terhadap the greenback.
PerbesarIlustrasi Yuan [Unsplash/Timon]Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, pelemahan Rupiah disebabkan dua faktor dari global dan domestik.
Salah satunya, faktor global mengenai spekulasi bahwa The Fed tidak akan memangkas suku bunga pada bulan Desember, terutama setelah Ketua Jerome Powell memperingatkan bahwa pemangkasan suku bunga pada bulan Desember bukanlah sesuatu yang pasti.
"Data ekonomi swasta yang kuat juga menopang Dolar karena data ketenagakerjaan nonpertanian ADP menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan untuk bulan Oktober, menandakan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat. Data indeks manajer pembelian juga menunjukkan aktivitas bisnis AS tetap kuat," katanya.
Untuk itu, pelaku pasar lebih fokus pada data ekonomi swasta untuk mendapatkan petunjuk mengenai ekonomi AS, karena penutupan pemerintah memasuki hari ke-36 dan menunda rilis beberapa data resmi utama.
Data ekonomi yang kuat pada hari Rabu membuat para pedagang semakin menurunkan ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga pada bulan Desember
Sedangkan dari domestik, pemerintah berencana untuk mengusulkan rencana pembentukan Rancangan Undang-undabg tentang Perubahan Harga Rupiah atau Redenominasi Rupiah.
Rencana pembahasan RUU Redenominasi Rupiah itu masuk dalam 4 kerangka regulasi yang tercantum di Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.70/2025 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2025-2029.
Kemenkeu menargetkan, jika tidak ada aral melintang, pembahasan RUU Redenominasi Rupiah akan rampung pada tahun 2026.
Adapun tujuan pengusulan RUU itu mencakup 4 aspek. Pertama, tercapainya efisiensi perekonomian melalui peningkatan daya saing nasional. Kedua, terjaganya kesinambungan perkembangan perekonomian nasional.
"Ketiga, terjaganya nilai Rupiah yang stabil sebagai wujud terpeliharanya daya beli masyarakat. Keempat, meningkatnya kredibilitas rupiah," tandasnya.
Tag: #rupiah #loyo #tengah #kuatnya #dolar #redenominasi #jadi #sorotan