



Sulit Bayar KPR di Tengah Ekonomi Tak Menentu? Ini Saran dari Para Perencana Keuangan
- Di tengah kondisi ekonomi yang tak menentu, banyak masyarakat mulai kesulitan menjaga komitmennya untuk membayar Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Namun menurut sejumlah perencana keuangan, masih ada cara bertahan tanpa harus kehilangan hunian impian.
Perencana Keuangan Andy Nugroho mengungkapkan bahwa salah satu cara logis dan sederhana meski berat, untuk tetap bisa membayar cicilan adalah harus merelakan untuk mengalokasikan dana yang lebih banyak untuk membayar cicilan KPR dan memotong biaya belanja lainnya.
“Budget pengeluaran yang bersifat kesenangan ataupun tidak terlalu penting dan urgent harus dipangkas. Semisal budget untuk me time atau self reward harus dipotong,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com belum lama ini.
Kemudian alternatif lainnya adalah dengan berusaha mendapatkan penghasilan tambahan apabila tidak ingin ada anggaran lain yang dipangkas dan tetap mengutamakan biaya cicilan KPR.
Sementara, perencana keuangan Safir Senduk menyebutkan restrukturisasi KPR adalah salah satu solusi dari keadaan itu.
Dalam proses ini, dapat dilakukan negosiasi dengan bank untuk menyesuaikan besar kecil cicilan KPR. “Jadi, bukan hanya keringanan cicilan ketika pendapatan turun, pelunasan pun bisa dipercepat jika pendapatan sedang naik,” katanya.
Menurut perencana keuangan Pandji Harsanto, ada dua pertimbangan dalam melakukan restrukturisasi KPR.
Pertimbangan pertama, lakukan restrukturisasi KPR saat kondisi rasio keuangan tidak sehat. Ketika rasio utang sudah melebihi 30 persen dari total pendapatan, tandanya kondisi keuangan sudah tidak sehat. Saat itulah restrukturisasi KPR perlu dilakukan.
"Bunga KPR bisa sewaktu-waktu naik. Sebagai panduan, cicilan tidak boleh lebih dari 30 persen (pendapatan) agar punya selisih," kata Pandji.
Kondisi lain adalah pada saat ada kenaikan pendapatan. Ketika pendapatan bertambah, maka tersedia ruang untuk tujuan keuangan lain, misalnya untuk membeli rumah kedua.
Dengan demikian, cicilan rumah pertama bisa dipanjangkan agar bisa membayar cicilan rumah kedua. Namun Pandji mengingatkan agar tidak memiliki cicilan di atas 30 persen dari pendapatan bulanan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dengan hanya menghitung pendapatan utama sebagai dasar untuk mengajukan KPR.
Meskipun ada lebih dari satu sumber pendapatan, dikhawatirkan jika sumber sekunder bermasalah maka akan memberatkan keuangan keseluruhan.
Jangan lupa siapkan dana darurat untuk menghadapi skenario terburuk yang bisa terjadi ketika cicilan KPR masih berjalan. Jika tak memiliki dana darurat, maka suka tak suka take over kredit rumah adalah jalan keluarnya.
Meskipun demikian, Pandji pun mewanti-wanti agar tidak menambah utang baru. Selalu ingat bahwa utang hanya boleh ditambah untuk hal yang bersifat produktif dan perlu.
Karenanya, selalu perhatikan arus dana dan pola pengeluaran sehari-hari. Terakhir, usahakan tidak mengajukan utang KPR lebih dari 30 kali penghasilan.
Tag: #sulit #bayar #tengah #ekonomi #menentu #saran #dari #para #perencana #keuangan