



Perang India-Pakistan Bisa Pukul Pendapatan Ekspor CPO Indonesia
- Ketegangan militer antara India dan Pakistan dikhawatirkan akan berdampak langsung terhadap ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia. Sebab, kedua negara tersebut selama ini menjadi pasar utama bagi komoditas andalan RI tersebut. Jika konflik semakin meluas, arus perdagangan bisa terganggu dan mengancam pendapatan dari sektor ekspor minyak sawit nasional.
Seperti diketahui, perang India dan Pakistan meletus setelah kedua negara saling melancarkan serangan artileri di sepanjang Garis Kontrol (LoC) yang memisahkan wilayah sengketa Kashmir.
Militer India, yang menyerang terlebih dahulu pada Rabu (7/5/2025) dini hari waktu setempat, mengklaim telah melancarkan serangan artileri sebagai bagian dari "operasi presisi" atau Operasi Sindoor terhadap sembilan lokasi yang diduga menjadi markas kelompok bersenjata di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.
Di sisi lain, militer Pakistan mengklaim telah menembak jatuh lima jet tempur India.
Pengamat hubungan internasional Dinna Prapto Raharja.Pengamat geopolitik dari Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, menyebutkan bahwa Indonesia perlu waspada terhadap eskalasi konflik ini.
Sebab, jika India dan Pakistan mengalihkan fokus anggaran mereka ke belanja militer dan alutsista, maka perdagangan bilateral dengan Indonesia berpotensi terganggu.
“Kita itu ekspor ke India maupun Pakistan paling banyak adalah komoditas sawit dan minyak nabati, dan itu signifikan buat Indonesia,” kata Dinna kepada Kompas.com, Rabu (7/5/2025).
Dinna menambahkan, sejak pasar ekspor ke Eropa dibatasi, Indonesia semakin menggantungkan ekspor CPO ke India dan Pakistan, selain China.
“Jadi kalau itu ditekan juga, berarti akan lebih banyak sektor ekonomi di Indonesia mengalami penyusutan,” ujarnya.
Ia berharap konflik tidak berkembang lebih besar karena kondisi global saat ini tidak memiliki pihak kuat yang bisa menjadi penengah. “Amerika Serikat telah menarik diri dari Pakistan,” kata Dinna.
Permintaan CPO RI Terpukul
Senada dengan Dinna, Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Ajib Hamdani, juga memperingatkan bahwa gejolak politik dan keamanan di India dapat memukul permintaan terhadap CPO dan batu bara dari Indonesia.
“Ekspor ke India didominasi oleh komoditas batu bara dan crude palm oil (CPO). Dengan gejolak politik dan keamanan di India, berpotensi membuat kontraksi ekonomi dan penurunan permintaan dari India,” kata Ajib.
Ajib mencatat bahwa neraca dagang Indonesia-India merupakan salah satu penyumbang surplus terbesar bagi RI setelah Amerika Serikat, dengan nilai yang mencapai selisih 15 miliar dollar AS pada 2024. Karena itu, menurutnya, pemerintah perlu menyiapkan strategi alternatif.
“Kalau terjadi kontraksi ekonomi dan permintaan, harapannya, pemerintah bisa membangun kerja sama bilateral dengan negara-negara lain yang bisa mensubstitusi pasar India,” ujar Ajib.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, India dan Pakistan masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar CPO dan turunannya dari Indonesia. India menempati posisi teratas dengan volume ekspor 4,27 juta ton, disusul Pakistan dengan 3 juta ton.
Tag: #perang #india #pakistan #bisa #pukul #pendapatan #ekspor #indonesia