PLN Hasilkan 1,67 Juta MWh Listrik Hijau dari Co-Firing Biomassa PLTU pada 2024
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lontar berkapasitas 3x315 Megawatt (MW) yang berada di Kabupaten Tangerang, Banten sebagai salah satu pembangkit yang menerapkan co-firing biomassa sebagai salah satu strategi dekarbonisasi.(DOK. PLN.)
15:56
2 Februari 2025

PLN Hasilkan 1,67 Juta MWh Listrik Hijau dari Co-Firing Biomassa PLTU pada 2024

- PT PLN (Persero) sukses mengimplementasikan teknologi substitusi batu bara atau co-firing biomassa pada 47 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sepanjang 2024.

Langkah strategis berbasis ekonomi kerakyatan tersebut menghasilkan energi hijau sebesar 1,67 juta Megawatt hour (MWh) atau meningkat 60 persen ketimbang pada 2023 yang mencapai 1,04 juta MWh.

Dari peningkatan tersebut, konsumsi biomassa tercatat 1,62 juta ton pada 2024. Jumlah ini tumbuh signifikan ketimbang konsumsi biomassa tahun sebelumnya yang mencapai 1 juta ton.

Pemanfaatan biomassa pada teknologi co-firing di PLTU mampu menurunkan emisi karbon sebesar 1,87 juta ton CO2 pada 2024.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan, PLN akan terus menggenjot penerapan co-firing biomassa sebagai bagian dari strategi untuk menurunkan emisi melalui pemberdayaan masyarakat lokal.

Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, PLN terus mendukung agenda swasembada energi dari pemerintah.

“Dulu, PLN hanya bertugas menyediakan listrik. Saat ini, PLN memiliki tanggung jawab untuk menyediakan energi yang bersih dan affordable untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Inisiatif ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, serta menjaga kelestarian lingkungan," kata Darmawan dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (2/2/2025).

Untuk diketahui, co-firing biomassa tersebut menyumbang bauran energi terbarukan sebesar 1,86 persen pada 2024. Jumlah ini meningkat ketimbang tahun sebelumnya yang berada di kisaran 1,2 persen.

PLN memanfaatkan berbagai sumber biomassa untuk mendukung co-firing di berbagai PLTU pada 2024, mulai dari serbuk gergaji, serpihan kayu, cangkang sawit, sekam pagi, pelet sekam padi, bonggol jagung, bahan bakar jumputan padat (BBJP), pelet tankos kelapa sawit, cangkang kemiri, hingga limbah racik uang kertas (LRUK).

Ilustrasi penggunaan sawdust untuk bahan bakar pendamping atau co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Kota Cilegon, Banten
DOK. PLN. Ilustrasi penggunaan sawdust untuk bahan bakar pendamping atau co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Kota Cilegon, Banten

Selain berkontribusi dalam peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia, Darmawan menilai co-firing tersebut juga mendukung prinsip keberlanjutan dalam aspek Environmental, Social, and Governance (ESG).

Teknologi tersebut turut mendorong pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien dan berkelanjutan selain mengurangi emisi karbon.

Melalui biomassa, PLN dapat menciptakan ekonomi sirkular dengan memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang sebelumnya tidak bernilai.

“Selain itu, lahan-lahan kritis bisa direvitalisasi agar lebih hijau dan produktif," tuturnya.

Darmawan menambahkan, teknologi co-firing biomassa akan diperluas ke 52 PLTU dengan proyeksi kebutuhan biomassa mencapai 10,2 juta ton per tahun pada 2025. Untuk memastikan ketersediaan pasokan, PLN akan terus mengembangkan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan.

Pengembangan biomassa sebagai bahan bakar pengganti batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tidak hanya meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT), namun juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.
DOK. PLN. Pengembangan biomassa sebagai bahan bakar pengganti batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tidak hanya meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT), namun juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.

“Salah satunya, melalui program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu,” kata Darmawan.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengapresiasi langkah PLN dalam mendorong program biomassa dengan memanfaatkan lahan kritis. Program ini dilakukan dengan berkolaborasi bersama Kementerian Pertanian, pemerintah daerah, dan kelompok masyarakat.

"Saya mengapresiasi langkah PLN dengan program ini untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Melalui program ini, PLN dapat menghasilkan biomassa dari tanah marjinal," ujar Sudaryono.

Editor: Yogarta Awawa Prabaning Arka

Tag:  #hasilkan #juta #listrik #hijau #dari #firing #biomassa #pltu #pada #2024

KOMENTAR