Panduan Etika Mengunjungi Kuil Shinto di Jepang: 4 Langkah Tradisional yang Wajib Diketahui
Meiji Shrine, satu kuil shinto yang populer di Jepang 
14:00
9 Januari 2025

Panduan Etika Mengunjungi Kuil Shinto di Jepang: 4 Langkah Tradisional yang Wajib Diketahui

Di Jepang, menjadi kebiasaan untuk mengunjungi kuil Shinto di awal Januari untuk berdoa memohon kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran di tahun yang akan datang. 

Oleh karena itu, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengulas kembali etika tradisional saat mengunjungi kuil Shinto di Jepang. 

Fushimi Inari Shrine, Kyoto, Jepang Fushimi Inari Shrine, Kyoto, Jepang (unsplash/elleflorio)

Proses ini sebenarnya sama, terlepas dari waktu kapan pun kamu mengunjunginya.

Panduan ini bisa kamu cek di situs web Tokyo Jinjacho (Badan Kuil Tokyo), yang menjelaskan ada empat langkah utama dalam kunjungan tradisional ke kuil Shinto yang ada di Jepang.

1. Membungkuk Sebelum Melewati Gerbang Torii

Di pintu masuk area kuil, kamu akan menemukan gerbang torii, yaitu gerbang yang terbuat dari tiang vertikal dengan dua balok penyeberang. 

Sebelum melewati gerbang torii, berhenti sejenak dan lakukan penghormatan (membungkuk), kemudian lanjutkan perjalanan menuju area kuil.

2. Membersihkan Diri dengan Air

Setelah melewati torii, biasanya kamu akan melihat sebuah air mancur (temizuya atau chozuya). 

Tempat ini digunakan untuk membersihkan tubuh dan pikiran dengan air, yang dianggap memiliki sifat pemurnian dalam ajaran Shinto.

Biasanya ada gayung di dekat air mancur. 

Ambil gayung dengan tangan kanan, isi dengan air, dan tuangkan sedikit ke tangan kiri, pastikan air jatuh ke tanah, bukan kembali ke dalam air mancur. 

Kemudian, pindahkan gayung ke tangan kiri dan ulangi untuk membersihkan tangan kanan. 

Setelah itu, ambil gayung lagi dengan tangan kanan, tuangkan sedikit air ke telapak tangan kiri, dan gunakan air itu untuk berkumur (jangan lupa untuk memastikan air yang dikeluarkan tidak jatuh kembali ke air mancur). 

Terakhir, tuangkan air ke tangan kiri sekali lagi, lalu letakkan gayung di tepi air mancur.

Hie Shrine, satu kuil shinto yang ada di Jepang Hie Shrine, satu kuil shinto yang ada di Jepang (MaedaAkihiko, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

3. Memberi Sumbangan Koin di Altar

Setelah membersihkan diri, langkah selanjutnya adalah menuju altar utama. 

Meskipun pengunjung biasa tidak dapat mendekat ke altar, kamu akan melihat kotak sumbangan di depannya, yang disebut saisenbako.

Kotak ini biasanya berbentuk persegi panjang dengan balok kayu di atasnya tempat pengunjung melemparkan koin.

Berdirilah di depan kotak, lakukan penghormatan singkat, dan lemparkan koin dengan gerakan lembut. 

Di banyak kuil, kamu juga akan melihat tali yang bisa kamu tarik untuk membunyikan lonceng, yang dilakukan setelah melemparkan koin.

Perlu diketahui, banyak orang biasa memberikan koin lima yen, karena dalam bahasa Jepang, "lima yen" (go en) terdengar serupa dengan kata "goen" yang berarti "hubungan baik" atau "koneksi yang menguntungkan." 

Namun, ini lebih kepada permainan kata-kata yang menyenangkan tanpa dasar keagamaan atau mitologis, sehingga para dewa tetap akan mendengar doa-doamu meskipun kamu menawarkan koin selain lima yen.

4. Dua Kali Membungkuk, Dua Kali Tepuk Tangan, dan Satu Kali Membungkuk Lagi

Setelah melemparkan koin dan membunyikan lonceng (jika ada), lakukan dua kali penghormatan (Tokyo Jinjacho menyarankan membungkuk dengan sudut 90 derajat) dengan tangan di samping tubuh. 

Kemudian, tepuk tangan dua kali, mulai dengan tangan yang sedikit terpisah di level dada, dan rapatkan telapak tangan dengan jari menghadap ke atas. 

Pastikan jari-jari tangan kanan sedikit lebih rendah dari tangan kiri (jika ujung jari kanan berada di sekitar sendi pertama jari kiri, itu sudah benar).

Kini saatnya berdoa. 

Doa dalam Shinto berbeda dengan doa dalam beberapa agama lain. 

Banyak doa di kuil Shinto lebih mirip dengan harapan atau permohonan, seperti kesehatan dan kebahagiaan untuk diri sendiri dan orang terdekat, keselamatan dalam kelahiran, perlindungan dari bencana alam atau kecelakaan, atau bahkan kesuksesan dalam akademik, olahraga, atau bisnis.

Setelah selesai berdoa atau membuat permohonan, bungkukkan badan sekali lagi, putar badan, dan menjauh dari kotak sumbangan agar orang berikutnya bisa melaksanakan ritualnya.

Hal yang Perlu Diperhatikan

Meskipun ini adalah langkah tradisional dalam mengunjungi kuil Shinto, tidak semua orang Jepang secara ketat mengikuti setiap langkah tersebut. 

Sebagai contoh, beberapa orang mungkin hanya berjalan melewati torii tanpa berhenti untuk membungkuk, atau bahkan melewatkan langkah mencuci tangan dan berkumur, terutama setelah pandemi. 

Begitu juga, tidak semua orang menganggap penting untuk meletakkan tangan kanan sedikit lebih rendah dari tangan kiri saat tepuk tangan atau berdoa.

Buat wisatawan asing, orang Jepang umumnya tidak akan terlalu mempermasalahkan jika kamu melewatkan beberapa langkah tersebut.

Namun, penting untuk menghindari tindakan yang secara terang-terangan melanggar tata krama, seperti memanjat torii, menuangkan air kembali ke dalam air mancur, membunyikan lonceng hanya untuk mendengar suara tanpa memberi sumbangan, atau melemparkan koin ke dalam kotak dari jarak jauh seperti sedang bermain bola basket.

 Ini dapat membuat penduduk lokal merasa terganggu, terutama di masa-masa ketika perilaku tidak sopan dari turis luar negeri semakin menjadi masalah di Jepang

Meskipun kamu tidak mengikuti langkah-langkah tradisional sepenuhnya, mengetahui dan mengingatnya akan membantu kamu untuk tidak mengganggu orang lain dalam melaksanakan tata krama mereka.

Ambar/Tribunnews

Tag:  #panduan #etika #mengunjungi #kuil #shinto #jepang #langkah #tradisional #yang #wajib #diketahui

KOMENTAR