Sejarah Gedung Sate, Bagian Kompleks Pusat Pemerintahan Kolonial Belanda
Tampak depan Gedung Sate(Kompas.com/Zeta Zahid Yassa)
18:28
25 November 2025

Sejarah Gedung Sate, Bagian Kompleks Pusat Pemerintahan Kolonial Belanda

- Gedung Sate di Kota Bandung, Jawa Barat merupakan salah satu tempat bersejarah di Indonesia.

Gedung Sate berlokasi di Jalan Diponegoro atau sekitar lima kilometer dari Stasiun Bandung.

Tepat pada 27 Juli 2020, Gedung Sate yang dulunya bernama Gouvernements Bedrijven berusia 100 tahun sejak pertama kali dibangun pada 27 Juli 1920. Artinya, kini Gedung Sate sudah berusia 105 tahun.

Pusat Instansi Pemerintah

Gedung Sate dibangun pada masa kolonial Belanda sebagai bagian dari rencana besar pembangunan Pusat Instansi Pemerintah (Gouvernement Bedrijven) di Kota Bandung.

Awalnya, pembangunan gedung bermula saat Gubernur Jenderal van Limburg Stirum pada 1918 menetapkan Bandung sebagai ibu kota Hindia Belanda.

"Alasan pemindahan itu disebabkan kondisi lingkungan di Batavia yang sudah mulai tercemar," kata Ridwan Hutagalung, kurator museum Gedung Sate, saat dihubungi via telepon seluler, Jumat (25/7/2020), mengutip Kompas.com.

Kantor pusat Departemen Instansi Pemerintahan, atau Departement van Gouvernements Bedrijven, merupakan yang pertama dibangun oleh tim arsitek pimpinan Johann Gerber.

Proyek yang tak selesai

Wajah baru Gedung Sate, Bandung.KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Wajah baru Gedung Sate, Bandung.

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina Coops selaku putri walikota Bandung, dan Petronella Roelofsen yang mewakili Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Pembangunan Gouvernements Bedrijven rampung pada September 1924. Pada saat itu, gedung memiliki beberapa fungsi.

Adapun fungsi yang dimaksud adalah sebagai Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst dan Kantor Departement Verkeer en Waterstaat (Kantor Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan).

Selanjutnya Centerale Bibliotheek (Perpustakaan Pusat) yang merupakan gabungan koleksi buku dari tujuh buah jawatan, dan Laboratorium Geologi sampai memiliki gedung sendiri di Wilhelmina Boulevard atau Jalan Diponegoro pada 1928.

Pembangunannya dirancang oleh Kolonel Geni V.L. Slors bersama arsitek J. Gerber pada awal abad ke-20. Lokasi pembangunan dipilih di lahan seluas 27.000 meter persegi yang terbentang lurus ke arah Gunung Tangkuban Parahu.

Rencana awalnya, kawasan tersebut akan menampung berbagai departemen pemerintahan Hindia Belanda, mulai dari Departemen Pekerjaan Umum, Kehakiman, Keuangan, Pendidikan, hingga Mahkamah Agung.

Namun, dari seluruh rancangan hanya beberapa gedung yang berhasil diselesaikan, termasuk Gedung Departemen Pekerjaan Umum yang kini dikenal sebagai Gedung Sate.

Penampakan museum gedung sate di Bandung.Wikimedia Commons Penampakan museum gedung sate di Bandung.

Proyek kompleks pusat pemerintahan seharusnya dibangun dari lokasi Gedung Sate saat ini di Jalan Diponegoro hingga Monumen Perjuangan.

Ridwan menuturkan, krisis ekonomi kala itu membuat proyek tak berjalan sesuai rencana. Sejumlah bangunan yang seharusnya dibangun pun terhenti.

Hanya gedung Gouvernements Bedrijven dan Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst (kini Museum Pos Indonesia) saja yang berhasil dibangun.

Ridwan menuturkan, dulu rencananya akan dibuat sebuah kompleks besar. Gedung paling selatan adalah Gedung Sate.

“Sementara gedung paling utara itu tak jadi dibangun yang kemudian ditempati Monumen Perjuangan. Jadi Gedung Sate itu komplek perkantoran yang tak selesai dibangun," tuturnya.

Pada 1930, Gouvernements Bedrijven diresmikan sebagai Kantor Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan. Hal ini memulai sejarah panjang Departemen Pekerjaan Umum Indonesia.

Selama pendudukan Jepang, Gedung Sate menjadi Pusat Pemerintahan (Shucho) Wilayah Jawa Barat dan kedudukan Komandan Militer Daerah.

Saat Indonesia merdeka, gedung kembali digunakan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Hingga pada 1980, gedung dimanfaatkan sebagai kantor pemerintahan Jawa Barat hingga saat ini.

Arsitektur bangunan ini unik karena memadukan gaya Eropa dan Asia. Jendela mengambil inspirasi dari gaya Moorish Spanyol, fasad bangunan dipengaruhi Renaisans Italia, sementara menaranya bergaya pura Bali atau pagoda Thailand.

Ciri khas yang paling dikenal adalah ornamen berbentuk tusuk sate di puncak menara, sehingga masyarakat menyebutnya Gedung Sate.

Peristiwa heroik di Gedung Sate

Ilustrasi Gedung Sate, kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat di Bandung. KOMPAS.com/ADIL NURSALAM Ilustrasi Gedung Sate, kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat di Bandung. Gedung Sate juga mencatat sejarah penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Setelah Proklamasi 1945, para pemuda Departemen Pekerjaan Umum (PU) mengambil alih gedung ini dari tangan Jepang.

Pada 3 Desember 1945, pasukan Sekutu dan Belanda menyerbu Gedung Sate. Meski persenjataan mereka jauh lebih modern, para pemuda PU berjuang mati-matian mempertahankannya.

Pertempuran berlangsung tiga jam hingga akhirnya tujuh pemuda gugur dan dinyatakan hilang, sementara lainnya terluka.

Untuk mengenang jasa mereka, sebuah tugu peringatan didirikan di halaman Gedung Sate. Pada 3 Desember 1951, ketujuh pemuda tersebut dianugerahi gelar “Pemuda yang Berjasa” oleh Menteri Pekerjaan Umum, Ukar Bratakusuma.

Kini, Gedung Sate berfungsi sebagai kantor Gubernur Jawa Barat sekaligus menjadi ikon Kota Bandung.

Di dalamnya juga terdapat Museum Gedung Sate yang menyimpan berbagai informasi sejarah serta difungsikan untuk kegiatan pemerintahan dan budaya.

Tag:  #sejarah #gedung #sate #bagian #kompleks #pusat #pemerintahan #kolonial #belanda

KOMENTAR