Sejarah Kampung Batik Laweyan Solo yang Dikabarkan Dikunjungi Ratu Belanda
Gapura Kampung Batik Laweyan(KOMPAS.com/Hanis Tri Astuti)
17:35
25 November 2025

Sejarah Kampung Batik Laweyan Solo yang Dikabarkan Dikunjungi Ratu Belanda

Kampung Batik Laweyan di Kota Solo kembali menjadi sorotan. Kawasan batik tertua di Indonesia ini akan menjadi salah satu lokasi yang dikabarkan dikunjungi Ratu Belanda Maxima Zorreguieta Cerruti pada Selasa (25/11/2025).

Kehadiran Ratu Maxima, yang datang ke Indonesia sebagai Advokat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Kesehatan Keuangan (UNSGSA), dianggap sebagai kehormatan bagi masyarakat Solo.

Namun, jauh sebelum menjadi destinasi penting dalam kunjungan tokoh dunia, Laweyan menyimpan sejarah panjang sebagai pusat kejayaan batik Nusantara sejak berabad-abad lalu.

Batik Laweyan sudah ada sejak era Pajang

Dilansir dari laman Kampung Batik Laweyan, batik sebagai teknik perintangan warna dengan malam telah berkembang sejak masa Majapahit.

Di Solo, jejak peninggalan batik tertua dapat ditemukan di Laweyan, yang sudah berkembang sebelum abad ke-15.

Pada masa Demak di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) di Keraton Pajang, para perajin mulai membangun industri batik tulis dengan pewarna alami.

Perkembangan itu membuat Laweyan tumbuh menjadi salah satu kawasan penghasil batik tertua di Indonesia.

Aktivitas membatik terus diwariskan dari generasi ke generasi dan menjadi identitas kuat warga setempat.

Pusat industri batik dan lahirnya para juragan

Puncak kejayaan Batik Laweyan terjadi pada awal 1900-an. Masa itu tidak hanya ditandai pertumbuhan industri batik.

Namun, juga munculnya pergerakan ekonomi pribumi melalui Sarekat Dagang Islam (SDI) yang dipimpin KH Samanhudi, seorang tokoh besar yang juga berasal dari lingkungan para saudagar batik.

Kampung Batik Solo - Seorang pengrajin batik tengah membuat batik di Kampung Batik Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah.https://pariwisatasolo.surakarta.go.id/ Kampung Batik Solo - Seorang pengrajin batik tengah membuat batik di Kampung Batik Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah.

Inovasi teknik batik cap membuat produksi lebih cepat dan ekonomis sehingga batik Laweyan semakin diminati pasar.

Dari sinilah lahir nama-nama besar seperti Tjokrosoemarto, juragan batik fenomenal yang memiliki industri terbesar di Laweyan. Ia bahkan menjadi eksportir batik pertama Indonesia, memasarkan produk hingga mancanegara.

Warisan kejayaan itu masih bisa dinikmati hingga kini lewat bangunan-bangunan rumah kuno bernapas arsitektur Jawa dan Eropa yang menghiasi sudut-sudut Kampoeng Batik Laweyan.

Meredupnya Laweyan, gempuran tekstil printing

Memasuki era 1970-an, industri batik Laweyan mulai terpukul oleh hadirnya tekstil bermotif batik (printing) yang lebih murah dan diproduksi massal.

Meski secara proses berbeda dengan batik tulis atau cap, produk printing saat itu membanjiri pasar dan membuat usaha batik tradisional terdesak.

Satu per satu industri batik Laweyan gulung tikar. Memasuki era 2000-an, jumlah perajin batik yang tersisa bahkan kurang dari 20.

Pariwisata bangkitkan Kampung Batik Laweyan

Kondisi memprihatinkan itu membuat tokoh masyarakat dan para juragan batik Laweyan berkumpul dan sepakat membangkitkan kembali kawasan ini. Pada 28 Oktober 2002, mereka mendeklarasikan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL).

Titik 0 di Kampung Batik Laweyan, SoloKOMPAS.com/Adristi Aris Fahristi Titik 0 di Kampung Batik Laweyan, Solo

Sejak itu, Laweyan berbenah menjadi kawasan wisata batik, berkolaborasi dengan pemerintah, perguruan tinggi, asosiasi perjalanan, pelaku industri perhotelan, hingga BUMN seperti Telkom Indonesia.

Hasilnya terlihat nyata. Jumlah IKM dan UMKM batik kini telah meningkat menjadi lebih dari 80. Peningkatan kualitas dilakukan melalui standar SNI, dan merek kolektif Batik Heritage Laweyan pun telah resmi didaftarkan ke Kemenkumham.

Kebangkitan ini menjadikan Laweyan bukan hanya pusat batik, tetapi juga destinasi budaya yang kembali bersinar di kancah nasional maupun internasional.

Dikunjungi Ratu Belanda Maxima

Kehadiran Ratu Maxima ke Laweyan menjadi momen bersejarah lain bagi kawasan ini. Wali Kota Solo, Respati Ardi, menyebut kunjungan tersebut sebagai kehormatan besar bagi Kota Solo.

"Kami sangat terhormat besok akan ada Ratu Belanda yang hadir di Solo," ujar Respat dilansir dari Kompas.com, Senin (24/11/2025.

Setibanya di Indonesia pada Senin (24/11/2025), Ratu Maxima dijadwalkan mengunjungi beberapa daerah di Jawa Tengah hingga Kamis (27/11/2025).

Respati mengatakan agenda di Solo, Ratu Maxima akan singgah di Kampung Batik Laweyan dan menikmati jamuan makan siang di Pracima Mangkunegaran.

Tag:  #sejarah #kampung #batik #laweyan #solo #yang #dikabarkan #dikunjungi #ratu #belanda

KOMENTAR