Sejarah TMII, Wisata Miniatur Indonesia yang Digagas Tien Soeharto
Pintu masuk utama TMII atau Taman Mini Indonesia Indah.(Kompas.com/Krisda Tiofani)
19:14
5 November 2025

Sejarah TMII, Wisata Miniatur Indonesia yang Digagas Tien Soeharto

- Perlu waktu lama untuk menapaki keindahan puluhan provinsi di Indonesia. Lewat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), masyarakat Indonesia dan turis asing, dapat melihat garis besar keindahan budaya Tanah Air dalam waktu singkat.

Ini adalah gambaran besar Siti Hartina atau yang akrab disapa Tien Soeharto, saat pertama kali menggagas pembangunan TMII.

“Tempat ini (TMII) idenya dari Tien Soeharto saat pergi ke Belanda dan melihat satu tempat bernama Madurodan, tempat di mana ada landmark-landmark dunia,” kata Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jakarta, Indra Diwangkara, di tengah kegiatan Jakarta Ecotourism Festival 2025 rute Jakarta Timur, Selasa (4/11/2025).

Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, Rabu (5/11/2025), inspirasi Tien Soeharto dalam menggagas TMII datang saat ia mengunjungi Disneyland di Amerika Serikat (AS) pada 1971.

Dalam buku “Dutch Culture Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda 1900-1942” (1995) oleh Frances Gouda, ketika melihat Disneyland, Tien Soeharto lantas ingin bisa membangun taman bermain seperti Disneyland dengan menonjolkan spirit ke-Indonesiaan.

Sayangnya, rencana pembangunan miniatur Indonesia oleh Tien Soeharto ternyata mengundang protes dari mahasiswa karena dianggap menelan biaya fantastis hingga Rp 10,5 miliar.

Padahal di waktu yang sama, mantan Presiden Soeharto sedang menyampaikan anjuran hidup prihatin lantaran sebagian besar masyarakat masih hidup dalam taraf kemiskinan. Soeharto bahkan menekankan agar pembangunan didasarkan pada skala prioritas.

Gagasan pembangunan TMII pun akhirnya dianggap bukan prioritas oleh para mahasiswa yang disampaikan dalam bentuk diskusi dan seminar.

Menanggapi protes tersebut, Tien Soeharto sampai menggelar konferensi pers yang juga dihadiri para pejabat tinggi negara dan menegaskan pembangunan TMII telah sesuai dengan prosedur, sebagaimana diberitakan dalam Harian Kompas pada 8 Januari 1972.

Terkait sumbangan dari pemerintah kepada Yayasan Harapan Kita selaku pengelola pembangunan TMII, Tien Soeharto menjawab tak ada masalah dan menilai wajar bila Yayasan Harapan Kita yang diketuai olehnya mendapat sumbangan dari pemerintah untuk pembangunan TMII.

“Akan tetapi, kalau pemerintah memberikan sumbangan apa salahnya," kata Tien Soeharto dalam berita tersebut.

Pembangunan TMII tetap berjalan, meski gelombang protes dari mahasiwa terus mengalir. Puncaknya, kekesalan mahasiswa terhadap pembangunan TMII terakumulasi dengan masalah kemiskinan dan korupsi pemerintahan terwujud dalam peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari 1974).

Setelah kerusuhan Malari mereda, pembangunan TMII justru semakin dikebut. Mimpi Tien Soeharto untuk membangun miniatur Indonesia pun akhirnya terwujud. TMII diresmikan pada 20 April 1975.

TMII kini milik negara

Anjungan di TMII atau Taman Mini Indonesia Indah.Kompas.com/Krisda Tiofani Anjungan di TMII atau Taman Mini Indonesia Indah.Empat dekade setelah TMII berdiri, pengelolaan tempat wisata miniatur Indonesia ini tidak lagi dikelola oleh Yayasan Harapan Kita, tetapi diambil alih oleh negara.

Pemerintah mengambil alih hak pengelolaan TMII dari Yayasan harapan Kita berdasarkan Perpres Nomor 19 Tahun 2021.

Mantan Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengungkapkan, terbitnya Perpres ini dilatarbelakangi masukan banyak pihak soal TMII. Salah satunya rekomendasi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Sosok yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) itu pernah menjelaskan, sebelumnya dasar hukum soal TMII merujuk kepada Keppres Nomor 51 Tahun 1977.

“Menurut Keppres itu, TMII merupakan milik negara Republik Indonesia yang tercatat di Kemensetneg yang pengelolaannya diberikan kepada Yayasan Harapan Kita," kata Pratikno, dikutip dari Kompas.com.

Ia melanjutkan, negara memiliki kewajiban melakukan penataan TMII untuk memberikan manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat, sekaligus berkontribusi kepada keuangan negara.

Berwisata ke TMII

Tahun ini, TMII berusia tepat 50 tahun dan masih tetap menghadirkan ribuan corak adat dan budaya di Indonesia.

Pengunjung TMII bisa mampir ke 33 anjungan provinsi, rumah ibadah, atau menikmati beragam aktivitas wisata di tempat ini.

Misalnya, mengunjungi museum, menonton air mancur menari, menaiki kereta gantung, atau berkeliling TMII menggunakan wara-wiri maupun sepeda.

“Akan bertambah satu anjungan lagi menjadi total 34 anjungan di TMII karena saat ini Kalimantan Utara sedang proses membangun Anjungan,” kata Corporate Communication Department Head, Ken Elsa, saat dikonfirmasi Kompas.com lewat pesan singkat, Selasa (4/11/2025).

Akses masuk TMII berlaku bagi pengunjung (perorangan) juga kendaraan dengan tarif mulai dari Rp 25.000.

Bagi kamu yang ingin berkunjung ke TMII, silakan datang setiap hari pukul 05.00-19.00 WIB.

Tag:  #sejarah #tmii #wisata #miniatur #indonesia #yang #digagas #tien #soeharto

KOMENTAR