Cara Membangun Kepercayaan Anak, Menepati Perkataan
- Kepercayaan anak terhadap orangtua sering kali dibangun dari hal-hal sederhana dalam keseharian, salah satunya dari perkataan yang diucapkan dan ditepati.
Pengalaman tersebut juga dirasakan oleh content creator sekaligus ayah dua anak, Yoga Arizona, yang mengaku sangat menjaga perkataannya kepada anak.
“Aku selalu concern sama apa yang aku sampaikan. Yang penting buat aku, apa yang aku ucapkan itu benar-benar ditepati,” ujarnya saat ditemui dalam acara Slurp&Bounce Bebelac di Plaza Sudirman, Pintu 6, Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Jumat (19/12/2025).
Anak memahami perkataan lewat tindakan
Dalam pandangan Yoga, anak tidak hanya mendengar perkataan orangtua, tetapi juga mengamati apakah ucapan tersebut sesuai dengan tindakan.
Ketika orangtua sering mengucapkan janji tanpa menepatinya, anak bisa menangkap pesan bahwa perkataan orangtua tidak selalu bisa dipercaya.
“Kadang kita terlalu sering janji sama anak, terus kita pikir, ah anaknya juga lupa. Nanti anak-anak melihat seperti itu bahwa papanya bohong,” kata Yoga.
Dari situ, ia belajar untuk lebih berhati-hati dalam berbicara. Jika belum yakin bisa menepati, ia memilih untuk tidak berjanji. Sebaliknya, jika sudah terucap, ia berusaha menepatinya.
Bukan ancaman, tapi perkataan yang konsisten
Selain itu, Yoga juga mencontohkan bagaimana ia menyampaikan konsekuensi kepada anak.
Misalnya, ketika ia mengatakan kepada anaknya bahwa mereka akan pulang jika anak tantrum atau rewel saat di luar rumah, keputusan itu benar-benar dijalankan saat hal tersebut terjadi.
“Kalau aku bilang, ‘kalau kamu tantrum, nangis, kita pulang ya’, dan ternyata anak tantrum, aku pulang beneran. Itu bukan ancaman, tapi bentuk komitmen,” ujarnya.
Dari pengalaman itu, Yoga menyadari anaknya jadi lebih memahami bahwa perkataan orangtuanya bukan sekadar ucapan.
Sebaliknya, ketika dirinya meminta anak menunggu atau bersabar, ia memastikan perkataan tersebut ditepati. Misalnya, saat harus menunda suatu kegiatan karena kondisi tertentu.
“Kalau aku bilang nanti ke sini setelah hujan reda, dan itu kejadian, anak jadi mau nunggu. Karena dia percaya,” katanya.
Kepercayaan ini membuat anak merasa lebih aman. Anak tidak merasa dibohongi, sehingga lebih tenang saat menghadapi situasi yang tidak langsung sesuai dengan keinginannya.
Memberi ruang untuk anak bereksplorasi
Selain menepati perkataan, Yoga juga membangun kepercayaan anak dengan memberi ruang bagi anak untuk bereksplorasi.
Ia memilih tidak langsung melarang anak, selama aktivitas yang dilakukan masih aman.
“Aku biasanya membiarkan mereka eksplor dulu. Setelah itu baru kita ngobrol, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka enggak suka, dan apa yang mereka concern,” tuturnya.
Menurutnya, dari proses itu anak belajar mengenal dirinya sendiri. Anak bisa menentukan kapan ingin ditemani dan kapan merasa cukup diawasi dari jauh. Ia melihat, ketika anak diberi kepercayaan, mereka justru lebih tenang dan tidak mudah memaksa.
“Kadang mereka bisa bilang, ke tempat ini mau ditemani, tapi ke tempat lain papa dari jauh aja,” ucap Yoga.
Ia juga menilai, sikap ini membuat anak lebih sabar. Saat diminta menunggu, anak mau menunggu karena percaya omongan orangtuanya akan ditepati.
Dari pengalaman itulah Yoga melihat kepercayaan anak dapat tumbuh secara perlahan, lewat hal-hal sederhana dalam keseharian.
Tag: #cara #membangun #kepercayaan #anak #menepati #perkataan