Buntut Air Busan Terbakar, Pemerintah Korea Selatan Tinjau Prosedur Keamanan Baterai di Pesawat
Penampakan pesawat Air Busan terbakar di Bandara Internasional Gimhae, Busan, Korea Selatan, Selasa (28/1/2025). Sebanyak 176 orang dievakuasi, tiga di antaranya luka-luka.(YONHAP via AFP)
12:07
3 Februari 2025

Buntut Air Busan Terbakar, Pemerintah Korea Selatan Tinjau Prosedur Keamanan Baterai di Pesawat

Pemerintah Korea Selatan meninjau prosedur baru terkait baterai di pesawat. Hal ini dilakukan guna memastikan penumpang dapat mengangkut barang bawaan, termasuk baterai, dengan lebih aman ke dalam pesawat.

Sebelumnya, pesawat Air Busan terbakar saat bersiap lepas landas di Bandara Internasional Gimhae di Busan, Korea Selatan, pada Selasa (28/1/2025).

Penyebab kecelakaan saat ini masih diselidiki, tapi pihak berwenang menduga kebakaran terjadi akibat terbakarnya baterai yang disimpan di kompartemen penyimpanan atas dalam kabin.

Beruntungnya, seluruh orang yang ada di dalam pesawat berhasil dievakuasi dengan selamat. 

Dilansir dari The Korea Times, Senin (3/2/2025), sebenarnya baterai termasuk bahan berbahaya dan dilarang dibawa dalam bagasi terdaftar oleh sebagian besar maskapai penerbangan. Baterai harus dibawa oleh penumpang ke dalam kabin pesawat.

Berapa kapasitas powerbank yang aman untuk dibawa dalam pesawat?Dok. Freepik/pvproductions Berapa kapasitas powerbank yang aman untuk dibawa dalam pesawat?

Sementara itu, baterai lithium-ion yang digunakan dalam perangkat elektronik menimbulkan risiko ledakan jika terkena guncangan atau panas.

Maka dari itu, beberapa maskapai penerbangan telah mulai membuat pengumuman di dalam pesawat, yang meminta penumpang untuk tidak menyimpan baterai di kompartemen penyimpanan atas dalam kabin. 

Sejak akhir Mei 2024, maskapai penerbangan Korean Air telah mengimbau para penumpang untuk membawa sendiri korek api dan baterai. Informasi tersebut disiarkan lima menit sebelum pesawat lepas landas.

Hal serupa juga dilakukan oleh maskapai penerbangan Air Busan. Mereka menyatakan telah membuat pengumuman peringatan dua kali sebelum lepas landas.

Namun, karena sebagian besar maskapai penerbangan hanya memberitahu penumpang melalui pengumuman dalam pesawat, alhasil kemungkinan ada penumpang yang tidak menyadari pengumuman tersebut.

 

Akibatnya, penumpang kerap menyimpan barang-barang sejenis baterai di rak di atas kepala.

          View this post on Instagram                      

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Standar terkait baterai diperlukan di semua maskapai 

Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar pesawat penumpang Air Busan di Bandara Internasional Gimhae, Busan, Korea Selatan, pada Selasa (28/1/2025). YONHAP via AFP Petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar pesawat penumpang Air Busan di Bandara Internasional Gimhae, Busan, Korea Selatan, pada Selasa (28/1/2025).

Seorang profesor di Departemen Ilmu Penerbangan dan Operasi Penerbangan di Universitas Silla bernama Kim Kwang-il menekankan perlunya peraturan standar di semua maskapai penerbangan.

"Meskipun setiap maskapai penerbangan memiliki aturannya sendiri untuk mengangkut baterai di dalam pesawat, kurangnya konsistensi menggarisbawahi perlunya otoritas penerbangan untuk menetapkan standar yang seragam," jelasnya.

 

Kim juga menyarankan agar penumpang diberi informasi yang benar dan didorong untuk menyimpan perangkat elektronik dengan baterai lithium-ion di kantong penyimpanan di belakang kursi.

 

"Karena perangkat ini umum digunakan selama penerbangan, penerapan peraturan tersebut seharusnya tidak menimbulkan ketidaknyamanan yang berarti bagi penumpang," katanya.

Menurut data Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi, telah terjadi 23 kebakaran baterai portabel di pesawat terbang di Korea selama lima tahun terakhir.

Sebagian besar kebakaran dapat dipadamkan dengan cepat, dalam waktu 20 detik hingga tiga menit. 

Namun, satu kebakaran baterai di dalam pesawat Asiana Airlines pada April lalu membutuhkan waktu hampir lima menit untuk dipadamkan.

Hal ini menyoroti pentingnya deteksi dini dan tindakan cepat dalam menanggapi timbulnya panas, yang dapat memainkan peran krusial dalam mencegah insiden semacam itu yang melibatkan baterai.

Lee Gun-young, seorang profesor di Departemen Ilmu Penerbangan dan Operasi Penerbangan di Universitas Transportasi Nasional Korea, menekankan bahwa kecelakaan yang melibatkan pesawat tidak dapat ditangani secara efektif oleh peraturan hanya di satu negara.

"Setelah meninjau peraturan saat ini, Pemerintah Korea harus memberi tahu Organisasi Penerbangan Sipil Internasional untuk mendorong masyarakat internasional memperbarui standar global," katanya.

          View this post on Instagram                      

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Editor: Suci Wulandari Putri Chaniago

Tag:  #buntut #busan #terbakar #pemerintah #korea #selatan #tinjau #prosedur #keamanan #baterai #pesawat

KOMENTAR