Sajak: Kenapa
ILUSTRASI (BUDIONO/JAWA POS)
11:52
21 April 2024

Sajak: Kenapa

Kenapa

 


Kenapa kini

Bulan lebih ganas daripada matahari?

Bukan zaman yang bertukar

Tapi cerdik pandai tampak tak punya nyali

 


Lalu untuk apa mereka datang ke bumi?

Untuk mengelus sang juragan

Kalau tidak

khawatir mereka mati

 


Lalu siapa yang akan merawat titipan Tuhan ini?

Kembang kantil yang mekar bagai menari

Tak mampu mencegah embun menjelma air mata

---

Dusta

 


Untuk menikmati harum cempaka apakah

bunga itu harus dicium?

Tidak usah!

Kita punya udara yang tidak berdusta pada cuaca

 


Dusta itu milik manusia

Bukan milik bunga dan udara

Karena itu bersujudlah!

---

Anak-Anak

 


Anak-anak tak bisa dipaksa

Anak-anak tak boleh terluka

 


Lalu dari mana anak-anak bisa meresapi jiwa merdeka?

Hati-hati

Kebohongan yang berbunga pun

bisa menggagalkan senyum jelita

---

Dialog

 


Dialog ini seakan merumuskan hari akhir

Tentu saja benar

Saat wajahmu tampil berbinar

Tapi bisa juga salah

Karena keindahan bukan sujud di batu marmer

 


Kita perlu pantun

yang mengerti tak ada awal tak ada akhir

Butuh perjalanan panjang

agar hitungan bisa terkejar

 

 

 

Engkau melangkah atau mengejar

barangkali tak diperlukan

Sedu sedan tasbihmu terus berdebar

Tak perlu diperdengarkan

Agar detak detik rahasia itu

Menjadi

’’Allahu Akbar’’

---

D. ZAWAWI IMRON, Penyair asal Madura

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #sajak #kenapa

KOMENTAR