Indonesia Ekonomi Digital Terbesar ASEAN, tapi Perlu Percepat Spektrum 5G
Ilustrasi acara Digital Nation Summit Jakarta 2025 yang digelar GSMA di hotel Mandarin Oriental(Kompas.com/Lely Maulida)
06:15
11 Desember 2025

Indonesia Ekonomi Digital Terbesar ASEAN, tapi Perlu Percepat Spektrum 5G

Ringkasan berita:

  • GSMA menilai Indonesia memiliki ekonomi digital terbesar di ASEAN dan berpotensi menjadi kekuatan ekonomi digital global, tetapi memperingatkan bahwa lambatnya penyediaan spektrum 5G menghambat investasi operator dan memperlambat transformasi digital.
  • Perusahaan Indonesia dinilai agresif mengadopsi AI dan teknologi berbasis 5G, tetapi GSMA menegaskan percepatan digitalisasi diperlukan agar Indonesia dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen dan bersaing dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina.

- Asosiasi operator seluler global, Global System for Mobile Communications Association (GSMA), menilai Indonesia memiliki ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, Indonesia dinilai berpotensi menjadi kekuatan ekonomi global dan penentu arah perkembangan ekonomi digital dunia hingga tahun 2045.

Namun, untuk mencapai posisi tersebut, GSMA menilai Indonesia harus mempercepat transformasi digital, terutama lewat percepatan investasi serta pembenahan kebijakan terkait spektrum frekuensi 5G.

Penilaian ini disampaikan Head of Asia Pacific GSMA, Julian Gorman, dalam pertemuan dengan media pada rangkaian Digital Nation Summit Jakarta 2025 di Jakarta, Rabu (10/12/2025).

"Pesan utama dari acara hari ini adalah mendorong Indonesia agar lebih kuat, lebih terarah dan berbasis investasi untuk mempercepat transformasi digital," kata Gorman di hotel Mandarin Oriental, Jakarta Pusat, Rabu (10/12/2025).

Spektrum 5G dinilai lambat disiapkan

Salah satu catatan penting GSMA adalah lambatnya penyediaan spektrum 5G di Indonesia, termasuk roadmap-nya. Menurut Gorman, kondisi ini menghambat operator seluler mengembangkan infrastruktur dan menciptakan ketidakpastian bagi sektor digital.

"Kurangnya spektrum, berarti operator seluler terhambat investasi infrastrukturnya, dan itu juga menimbulkan ketidakpastian di sektor digital karena hanya menunggu kebijakan," ujar Gorman.

Head of Asia Pacific GSMA, Julian Gorman dalam pertemuan dengan sejumlah awak media yang digelar dalam rangakaian acara Digital Nation Summit Jakarta 2025.Kompas.com/Lely Maulida Head of Asia Pacific GSMA, Julian Gorman dalam pertemuan dengan sejumlah awak media yang digelar dalam rangakaian acara Digital Nation Summit Jakarta 2025.

Di sisi lain, Gorman menilai masyarakat Indonesia sudah sangat melek digital. Hal ini tercermin dari tingginya adopsi layanan digital selama dua dekade terakhir, mulai dari penggunaan BlackBerry Messenger hingga chatbot seperti ChatGPT.

Pertumbuhan belanja online dan kehadiran solusi AI lokal seperti Sahabat AI juga menunjukkan kesiapan ekosistem digital Tanah Air.

Dengan kondisi tersebut, Indonesia dinilai siap melangkah lebih jauh dalam transformasi digital apabila didukung ketersediaan spektrum 5G yang memadai.

Perusahaan Indonesia lebih agresif transformasi digital

Gorman mengatakan, perusahaan-perusahaan di Indonesia berada di atas rata-rata dalam hal penerapan AI dan transformasi digital. Populasi besar yang mencapai 280 juta jiwa juga menjadi potensi besar bagi penguatan ekonomi digital.

"Jadi saya kira, potensi pertumbuhan ekonomi untuk memanfaatkan digitalisasi dan AI tidak perlu diragukan lagi," papar Gorman.

Survei yang dilakukan GSMA Intelligence pada lebih dari 580 perusahaan di ASEAN juga menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia diperkirakan akan mengalokasikan rata-rata 10 persen dari pendapatan mereka untuk transformasi digital antara 2025 hingga 2030, melampaui rata-rata ASEAN (10,4 persen) maupun global (9,8 persen).

Sebanyak dua pertiga responden menempatkan AI dalam tiga besar area pengeluaran mereka. Sementara lebih dari setengahnya menganggap IoT berbasis 5G sebagai faktor penting bagi pertumbuhan di masa depan.

Hal tersebut menegaskan ambisi Indonesia untuk memanfaatkan teknologi generasi berikutnya demi meningkatkan daya saing dan keamanan.

Transformasi digital bisa genjot ekonomi Indonesia

Gorman juga menyinggung soal target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar 8 persen. Menurut Gorman, pertumbuhan tersebut tak lepas dari peran teknologi atau transformasi digital.

Bos GSMA Asia Pasifik ini juga menjadikan negara-negara tetangga di kawasan sebagai contoh. Malaysia misalnya, ekonominya tumbuh sekitar 8 persen. Begitu pula dengan Filipina yang tumbuh 7,5 persen.

Di kedua negara tersebut, pertumbuhan ekonomi digitalnya 4-5 kali lebih cepat dibanding ekonomi tradisional. Berkaca dari negara tetangga itu, GSMA menilai bahwa Indonesia perlu menggalakkan digitalisasi.

"Untuk mencapai target 8 persen, pemerintah Indonesia perlu menggerakkan digitalisasi," tegas dia.

Tag:  #indonesia #ekonomi #digital #terbesar #asean #tapi #perlu #percepat #spektrum

KOMENTAR