Komdigi Ancam Blokir Cloudflare, Ini Alasannya
- Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyebut akan menjatuhkan sanksi hingga pemutusan (blokir) layanan Cloudflare di Indonesia.
Isu pemblokiran perusahaan infrastruktur web ini langsung menjadi perbincangan panas di publik. Bukan tanpa alasan, Cloudflare adalah salah satu tulang punggung internet global.
Layanan DNS, CDN, dan perlindungan DDoS mereka menopang stabilitas ribuan situs besar di seluruh dunia, termasuk X, Discord, ChatGPT, Shopify, bahkan sejumlah layanan di Indonesia seperti BliBli.
Sekitar 32,8 persen dari 10.000 situs terbesar di dunia menggunakan Cloudflare sebagai infrastruktur utama. Artinya, gangguan pada Cloudflare bisa memicu efek domino “kiamat kecil internet,” seperti yang terjadi pada Selasa malam (18/11/2025), ketika gangguan internal membuat banyak platform tumbang bersamaan dikutip KompasTekno dari CNBC.
Lantas, mengapa Komdigi ingin memblokir Cloudflare di Indonesia?
Alasan blokir cloudflare
Ancaman pemblokiran ini muncul karena Cloudflare belum mendaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Lingkup Privat melalui sistem One Single Submission (OSS), padahal aturan tersebut telah diatur dalam PM Kominfo 5/2020.
Bila tidak segera memenuhi kewajiban administrasi ini, akses Cloudflare di Indonesia bisa diputus sesuai mekanisme sanksi bertahap yang diatur pemerintah.
Di balik ancaman blokir tersebut, Komdigi berdalih bahwa aturan PSE bukan sekadar urusan administratif, melainkan instrumen untuk menegakkan kedaulatan digital dan mempermudah penanganan konten ilegal, termasuk judi online yang banyak memanfaatkan infrastruktur Cloudflare.
Pemerintah memberi tenggat 14 hari kerja bagi Cloudflare untuk patuh, sebelum menjatuhkan sanksi administratif yang bisa berujung pada pemutusan akses.
Dari sisi pemerintah, pendaftaran PSE bukan sekadar urusan data administratif. Dirjen Komdigi Alexander Sabar menyebut, kepatuhan PSE adalah instrumen kedaulatan digital. Tanpa status PSE yang sah, pemerintah kesulitan meminta kerja sama penanganan konten ilegal, salah satunya judi online.
Berdasarkan sampling 10.000 situs judol pada 1–2 November 2025, sebanyak 76 persen situs judi online memakai infrastruktur Cloudflare, termasuk untuk menyamarkan IP dan mempercepat perpindahan domain agar lolos dari pemblokiran.
Komdigi menilai Cloudflare kurang kooperatif dalam moderasi permintaan layanan yang berpotensi merugikan ekosistem digital Indonesia.
Pemerintah memberikan waktu 14 hari kerja bagi Cloudflare untuk mematuhi aturan. Jika tidak, Komdigi siap menjatuhkan sanksi administratif yang bisa berujung pada pemutusan akses layanan.
Alexander bahkan mengimbau pengguna Cloudflare mulai mencari alternatif untuk berjaga-jaga. Meski begitu, pemerintah menyatakan tetap membuka ruang diskusi selama perusahaan menunjukkan itikad patuh terhadap regulasi Indonesia.
25 platform global ikut terancam sanksi PSE
Selain Cloudflare, ada 25 platform global lain yang juga terancam sanksi serupa karena belum mendaftar sebagai PSE.
Daftarnya mencakup Dropbox, OpenAI, Duolingo, Marriott, Accor, Wikimedia Foundation, hingga layanan digital lokal seperti RoomMe. Mereka diberi imbauan yang sama, segera daftar atau layanan mereka berpotensi diblokir. Berikut detail daftarnya:
- Cloudflare, Inc. — cloudflare.com, aplikasi 1.1.1.1 + WARP
- Dropbox, Inc. — dropbox.com, aplikasi Dropbox
- Flextech, Inc. — terabox.com, aplikasi Terabox
- OpenAI, L.L.C. — chatgpt.com, aplikasi ChatGPT
- Duolingo, Inc. — id.duolingo.com, aplikasi Duolingo
- Marriott International, Inc. — marriott.com, aplikasi Marriott Bonvoy
- PT Duit Orang Tua — roomme.id
- Accor S.A. — accor.com, aplikasi ALL Accor
- InterContinental Hotels Group PLC — ihg.com, aplikasi IHG One Rewards
- PT HIJUP.COM — hijup.com, aplikasi HIJUP
- PT Kasual Jaya Sejahtera — kasual.id
- Fashiontoday — fashiontoday.co.id
- PT Beiersdorf Indonesia — nivea.co.id
- Shutterstock, Inc. — shutterstock.com, aplikasi Shutterstock & Shutterstock Contributor
- Getty Images, Inc. — gettyimages.com
- PT Kaio Tekno Medika — doktersiaga.com
- Fine Counsel — finecounsel.id
- PT Halo Grup Indo — hellobeauty.id
- PT Afiliasi Kontenindo Jaya — bistip.com
- PT Inggris Prima Indonesia — ef.co.id, aplikasi EF Hello
- Wikimedia Foundation — wikipedia.org, wiktionary.org, aplikasi Wikipedia
- PT Media Kesehatan Indonesia — doktersehat.com
- PandaDoc, Inc. — pandadoc.com
- airSlate, Inc. — signnow.com, aplikasi SignNow
- PT Zoho Technologies — zoho.com, aplikasi Zoho Sign
Di saat ancaman pemblokiran bergulir, Cloudflare juga sedang menghadapi pukulan besar akibat insiden global yang membuat layanan mereka tumbang. CTO Cloudflare Dane Knecht meminta maaf secara terbuka dan mengakui bahwa perusahaan “gagal melayani internet secara luas.”
Gangguan tersebut dipicu perubahan konfigurasi rutin yang memicu crash pada lapisan mitigasi bot seperti Turnstile dan JS verification, bagian yang berada langsung di jalur trafik utama ke banyak situs besar. Bukan serangan siber, tetapi bug laten yang memicu kegagalan sistem secara massal.
Dampaknya terasa di seluruh dunia, X/Twitter, ChatGPT, Canva, Shopify, League of Legends, hingga Claude sempat tidak bisa diakses. Data Downdetector Indonesia menunjukkan puncak laporan gangguan mencapai 1.451 laporan pada pukul 20.57 WIB.
Cloudflare kemudian memulai pemulihan bertahap, meski beberapa fitur dashboard masih mengalami degradasi parsial. Di luar insiden ini, Cloudflare tetap menjadi penyedia infrastruktur krusial bagi jutaan situs.
Layanan DNS dan CDN mereka memastikan akses cepat, aman, dan stabil. Perlindungan anti-DDoS mereka melindungi situs dari serangan yang bisa membuat layanan lumpuh.
Karena itu, ketika pemerintah mengancam memutus akses Cloudflare, perhatian publik wajar meningkat, risikonya menyangkut stabilitas internet nasional dan operasional bisnis digital di Indonesia.
Dapatkan update berita teknologi dan gadget pilihan setiap hari. Mari bergabung di Kanal WhatsApp KompasTekno.
Caranya klik link https://whatsapp.com/channel/0029VaCVYKk89ine5YSjZh1a. Anda harus install aplikasi WhatsApp terlebih dulu di ponsel.