Bos Nvidia: AI Bikinan China Bisa ''Overtake'' AS
Kekayaan CEO Nvidia Jensen Huang melonjak Rp82 triliun seiring melambungnya saham perusahaan ke rekor tertinggi. Valuasi pasar Nvidia pun kini melampaui Microsoft. (KOMPAS.com/ Reska K. Nistanto)
07:12
16 November 2025

Bos Nvidia: AI Bikinan China Bisa ''Overtake'' AS

- CEO Nvidia, Jensen Huang, memperkirakan bahwa China pada akhirnya akan melampaui Amerika Serikat (AS) dalam kompetisi global di sektor kecerdasan buatan (AI).

Pendiri sekaligus pimpinan perusahaan semikonduktor bernilai tinggi asal AS tersebut menilai bahwa laju China jauh lebih cepat karena biaya energi yang lebih murah, sokongan kuat dari pemerintah, serta aturan yang tidak seketat negara-negara Barat.

“China akan memenangi persaingan AI,” ujar Huang dalam wawancara dengan Financial Times saat menghadiri acara Future of AI Summit pada awal November.

Ia juga menilai bahwa budaya “sinis dan sarkastis” yang muncul di negara-negara Barat justru menjadi penghambat bagi lahirnya inovasi baru.

“Kita memerlukan lebih banyak sikap optimistis,” kata Huang menambahkan.

Komentar tersebut disampaikan di tengah memanasnya hubungan antara Washington dan Beijing, terutama setelah kebijakan pembatasan ekspor chip AI kelas atas terus diperketat.

Pemerintahan Presiden Donald Trump tetap melarang Nvidia menjual chip generasi terbaru, termasuk lini Blackwell, ke pasar China. Padahal chip tersebut dirancang untuk kebutuhan pelatihan model AI skala besar atau large language model (LLM).

Huang juga menyoroti kontrasnya kebijakan AS dan langkah China.

Bos Nvidia itu mengatakan, pemerintah China kini melonggarkan aturan dan meningkatkan subsidi energi untuk pusat data (data center) yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti ByteDance, Alibaba, dan Tencent.

Menurut laporan Financial Times, beberapa pemerintah daerah di China bahkan memberikan potongan harga listrik untuk mendorong adopsi chip lokal buatan Huawei dan Cambricon. Chip tersebut dikenal kurang efisien soal energi listrik, dibandingkan produk Nvidia.

Namun, supaya tetap diadopsi, pemerintah memilih memberikan insentif berupa diskon harga listrik.

"Di China, tenaga listrik hampir gratis," ujar Huang.

Sebaliknya, di AS, Huang menilai munculnya berbagai regulasi baru di tingkat negara bagian justru memperlambat inovasi.

"Kami (AS) bisa punya 50 peraturan AI yang berbeda. Itu tidak efisien," kata bos di perusahaan bernilai 4,752 triliun dollar AS atau setara Rp 79.244 triliun itu.

Trump: chip paling canggih hanya untuk AS

Baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa chip AI paling mutakhir dari Nvidia tidak boleh dijual ke China.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping berbincang saat meninggalkan bandara setelah pertemuan bilateral di Bandara Internasional Gimhae, di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), di Busan, Korea Selatan, Rabu (30/10/2025).REUTERS/EVELYN HOCSETIN Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping berbincang saat meninggalkan bandara setelah pertemuan bilateral di Bandara Internasional Gimhae, di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), di Busan, Korea Selatan, Rabu (30/10/2025).

"Chip paling canggih hanya untuk Amerika Serikat. China boleh bekerja sama dengan Nvidia, tapi bukan untuk chip paling mutakhir," ujar Trump dalam wawancara dengan CBS.

Trump sebelumnya sempat membuka kemungkinan bahwa AS akan mengizinkan versi “modifikasi” dari chip Blackwell dijual ke China, tetapi dengan performa yang dibatasi.

Ia juga menyebut Nvidia dan AMD telah sepakat untuk membayar 15 persen dari pendapatan penjualan chip AI di China kepada pemerintah AS sebagai kompensasi. Namun, regulasi resminya belum diberlakukan.

Langkah ini semakin memperlihatkan kekhawatiran AS atas kemajuan Tiongkok di bidang AI. Kekhawatiran ini telah meningkat sepanjang tahun sejak DeepSeek, sebuah startup AI kecil asal China, mengejutkan dunia dengan kecanggihan model AI "R1" yang canggih, lebih murah, dan lebih efisien.

Peluncuran model DeepSeek pada bulan Januari memicu perdebatan sengit di Silicon Valley tentang apakah perusahaan-perusahaan AI AS yang memiliki sumber daya lebih baik, termasuk OpenAI dan Anthropic, dapat mempertahankan keunggulan mereka.

Huang menegaskan bahwa jarak kemampuan teknologi AI antara China dan AS masih ada, tapi sangat tipis.

"China hanya terpaut nanodetik dari Amerika dalam AI," kata Huang.

Ia menambahkan bahwa agar AS tetap unggul di perlombaan AI global, Amerika harus berlari lebih cepat dan memenangkan hati para pengembang AI di seluruh dunia, termasuk dari China. Bukan justru menutup akses chip AI ke China yang pada akhirnya bakal merugikan AS.

Dalam konferensi pengembang Nvidia di Washington, AS bulan lalu, Huang juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan kebijakan perdagangan.

"Kami ingin Amerika memenangkan perlombaan AI, tapi kami juga perlu ada di China untuk mendapatkan ekosistem pengembang mereka. Kebijakan yang menutup akses ke setengah pengembang dunia justru merugikan AS," kata Jensen Huang, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Financial Times.

Tag:  #nvidia #bikinan #china #bisa #overtake

KOMENTAR