Begini Strategi VinFast Bangun Ekosistem dan TKDN di Indonesia
Di tengah hiruk-pikuk perang harga mobil listrik di Indonesia, satu pemain baru justru memilih arah yang lebih tenang namun strategis. Bukan berlomba menurunkan harga, VinFast, produsen mobil listrik asal Vietnam, justru lebih fokus membangun ekosistem dan memperkuat rantai pasok lokal.
Bagi CEO VinFast Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto, langkah itu bukan sekadar strategi bisnis — melainkan investasi jangka panjang untuk membangun industri kendaraan listrik yang berkelanjutan di Indonesia.
“TKDN kan dimulai begitu pabrik kita buka di awal 2026 itu kan TKDN minimal harus 40 persen. Tentu kita penuhi itu. 2027 kan harus naik ke 60 persen,” ujarnya saat berbincang dengan JawaPos.com di sela-sela HSBC Business Dialogue 2025, Jakarta, Rabu (29/10).
Pernyataan itu merujuk pada aturan dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2023, yang menegaskan peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mobil listrik secara bertahap: 40 persen pada 2022–2026, 60 persen pada 2027–2029, dan 80 persen mulai 2030.
Kariyanto yakin Indonesia memiliki modal besar untuk memenuhi target tersebut. “Banyak supplier yang bagus, sehingga kami harus mengikuti aturan pemerintah, supaya kami tetap qualify untuk mendapatkan insentifnya. Jadi itu yang menjadi prioritas kami juga,” jelasnya.
Bangun dari Hulu ke Hilir
VinFast kini sedang menyelesaikan pembangunan pabriknya di Subang, Jawa Barat, di atas lahan sekitar 170 hektare dengan kapasitas produksi 50 ribu unit per tahun. Proses teknis produksi akan dimulai akhir tahun ini, sementara produksi massal dijadwalkan pada 2026. Model perdana yang akan dirakit secara lokal adalah VF 3, city car kompak yang menjadi ujung tombak penetrasi pasar VinFast di Indonesia.
“(Akan) ada (model lainnya). Karena kalau hanya 1 model kan tentu secara efisiensi kapasitas yang terpasang tidak terpakai. Sehingga memang dimulai dengan model VF 3 diikuti dengan berbagai model berikutnya. Karena ideal situasinya kalau semua model itu diproduksi di sini. Tetapi kan tentu secara timing tidak mungkin serta-merta bersamaan. Jadi kita nanti akan gradual,” tukas dia.
Pembangunan pabrik dan peningkatan TKDN hanyalah satu sisi dari strategi besar VinFast. Di sisi lain, perusahaan ini juga tengah menyiapkan ekosistem kendaraan listrik yang lengkap — mulai dari penyediaan layanan purna jual, infrastruktur pengisian daya, hingga sistem kepemilikan yang lebih fleksibel bagi konsumen.
Tak Ikut Perang Harga
Pasar otomotif Indonesia belakangan ini memang sedang dilanda fenomena price war. BYD, misalnya, meluncurkan Atto 1 dengan harga hanya Rp195 juta di GIIAS 2025. MG Motors juga menurunkan harga MG4 EV dari Rp640 juta menjadi Rp395 jutaan. Belum lagi BAIC dan Chery yang ikut memangkas harga hingga puluhan juta rupiah.
Kariyanto tak menampik godaan untuk ikut bersaing di ranah harga. Tapi baginya, strategi jangka panjang jauh lebih penting.
“Memang istilahnya yang banyak terjadi sekarang kan perang harga dan sebagainya. Tapi strategi kami tidak bisa ikut ke dalam perang harga tersebut. Jadi kalau strategi tetap fokus di ekosistem, karena ini memerlukan biaya besar. Memerlukan komitmen jangka panjang,” tegasnya.
Salah satu bentuk ekosistem yang dimaksud adalah sistem battery subscription atau sewa baterai. Dengan skema ini, konsumen bisa membeli mobil tanpa baterai dengan harga lebih murah, lalu membayar biaya sewa baterai bulanan. “VF3 itu kok beli termasuk baterai itu Rp192 juta. Tapi kalau baterai sewa itu Rp152 juta. Selisihnya Rp40 juta. Sewa baterai hanya Rp253.000 per bulan. Jadi itu sangat ekonomis,” jelasnya.
Langkah Realistis dan Visioner
Keputusan VinFast untuk tidak terjebak dalam kompetisi harga murah mencerminkan pendekatan yang lebih realistis: membangun fondasi kuat sebelum bersaing dalam volume. Dengan TKDN yang terus meningkat dan basis produksi lokal yang siap beroperasi, strategi ini bisa menjadi pembeda di tengah ketatnya pasar kendaraan listrik nasional.
Bagi VinFast, masa depan kendaraan listrik bukan soal siapa yang menjual termurah — melainkan siapa yang mampu bertahan paling lama. Dan di jalan panjang menuju kemandirian industri EV Indonesia, VinFast tampak siap melaju tanpa tergesa.
Tag: #begini #strategi #vinfast #bangun #ekosistem #tkdn #indonesia