Badai Melissa Hantam Jamaika, Kota Lumpuh Ribuan Rumah Porak-poranda
Jamaika diguncang badai paling kuat dalam sejarah modernnya setelah Badai Melissa menerjang pulau itu pada Selasa (29/10/2025). Badai kategori 5 ini memporak-porandakan rumah, menumbangkan pepohonan, dan memutus aliran listrik di sebagian besar wilayah.
Menurut laporan dari BBC, sekitar tiga perempat wilayah Jamaika kini tanpa listrik, sementara hujan deras dan angin kencang menyebabkan banjir besar di bagian barat pulau. Banyak rumah rusak berat, bahkan beberapa daerah tergenang hingga atap rumah dua lantai.
Seorang pejabat setempat menggambarkan kondisi pulau itu seperti “adegan film kiamat.” Suasana mencekam masih terasa, sementara komunikasi terputus di banyak wilayah membuat jumlah korban dan kerusakan belum sepenuhnya diketahui.
Perdana Menteri Andrew Holness langsung menetapkan Jamaika sebagai daerah bencana nasional, memperingatkan adanya “kerusakan signifikan” pada rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur publik.
“Dampak badai ini sangat menghancurkan. Kami belum mendapat laporan resmi soal korban jiwa, tapi saya khawatir akan ada yang kehilangan nyawa,” ujar Holness kepada CNN.
Kota wisata Montego Bay menjadi salah satu wilayah paling parah terdampak. Wali kotanya, Richard Vernon, melaporkan bahwa kota itu kini “terbelah dua” akibat banjir. Jalan utama terendam, memutus akses antara bagian utara dan selatan kota.
“Begitu angin mulai reda, hujan deras langsung mengguyur. Air naik sangat cepat dan memutus jalur utama,” katanya.
Kondisi serupa juga terjadi di paroki St. Elizabeth, wilayah pertanian utama Jamaika. Tanaman pangan terendam, lahan pertanian rusak parah, dan beberapa keluarga terjebak di rumah mereka.
“Kami kesulitan mengevakuasi warga karena kondisi sangat berbahaya,” kata Desmond McKenzie, Menteri Pemerintahan Lokal Jamaika.
Di desa Carlisle, Verna Genus, seorang petani berusia 73 tahun, kehilangan atap rumahnya saat badai melanda. Ia berlindung bersama anak dan cucunya yang masih bayi ketika angin kencang menerjang. “Kami hanya bisa berdoa. Tiba-tiba atap hilang begitu saja,” kata saudaranya, June Powell, kepada BBC (29/10/2025).
Badai Melissa tidak hanya meninggalkan kehancuran, tapi juga kisah-kisah luar biasa. Di tengah kekacauan, tiga bayi dilahirkan di rumah sakit Jamaika ketika badai sedang mencapai puncaknya.
“Satu bayi lahir dengan selamat di tengah kondisi darurat. Kami menyebutnya ‘bayi Melissa’,” ujar Menteri McKenzie dengan nada haru.
Meski begitu, situasi di lapangan masih menegangkan. Banyak warga kehilangan tempat tinggal dan masih menunggu bantuan. Seorang perempuan di Montego Bay mengaku ketakutan melihat air masuk dari atap rumahnya. “Air datang dari segala arah. Saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana,” ujarnya.
Badai Melissa mencapai kecepatan angin 298 km/jam, bahkan lebih kuat dari Hurricane Katrina yang menghantam New Orleans pada 2005. Badai ini menumbangkan tiang listrik, merobohkan pohon besar, dan menghancurkan ribuan rumah di sepanjang jalurnya.
Menurut para ahli cuaca, badai ini menguat dengan sangat cepat karena pemanasan laut Karibia yang tidak normal, yang diduga kuat dipicu oleh perubahan iklim global.
“Air laut yang semakin panas membuat badai seperti Melissa berkembang jauh lebih cepat dan lebih kuat dari biasanya,” kata seorang meteorolog.
Akibat badai itu, pejabat kesehatan Jamaika bahkan mengeluarkan peringatan buaya, memperingatkan bahwa hewan tersebut bisa muncul di permukiman akibat banjir besar.
Setelah meninggalkan Jamaika, Melissa bergerak menuju Kuba sebagai badai kategori 3. Pemerintah Kuba mengevakuasi lebih dari 700 ribu orang dan melaporkan “kerusakan besar” pada infrastruktur. Presiden Miguel Díaz-Canel mengatakan, “Tidak ada satu pun warga yang akan ditinggalkan tanpa bantuan.”
Badai itu kemudian bergerak ke arah Bahama, membawa angin hingga 160 km/jam dan gelombang setinggi tujuh kaki. Lebih dari 1.400 warga Bahama dievakuasi sebelum badai datang.
Sementara itu di Haiti, setidaknya 25 orang meninggal dunia akibat banjir besar yang disebabkan oleh meluapnya sungai di wilayah Petit-Goâve.
Pemerintah Jamaika kini fokus pada pemulihan. Sekitar 77% wilayah masih tanpa listrik, dan lebih dari 70 sistem air rusak. Namun perusahaan listrik nasional, Jamaica Public Service, telah memulai penilaian kerusakan jaringan untuk mempercepat pemulihan.
Untuk menjaga konektivitas, terminal Starlink milik Elon Musk diaktifkan secara gratis bagi wilayah terdampak. “Kami tahu banyak orang belum bisa menghubungi keluarganya di barat Jamaika. Komunikasi masih sangat terbatas,” ujar juru bicara pemerintah.
Bantuan internasional juga mulai berdatangan. Amerika Serikat mengirim tim tanggap darurat regional dan unit penyelamat, sementara Inggris mengucurkan dana bantuan darurat senilai £2,5 juta (sekitar Rp50 miliar).
Para ahli menilai badai ini menjadi peringatan keras tentang dampak nyata perubahan iklim di kawasan tropis.
Aktivis iklim asal Jamaika, Mikaela Loach, mengatakan, “Badai Melissa mendapatkan kekuatannya dari laut Karibia yang sangat panas akibat pembakaran bahan bakar fosil. Inilah hasil dari krisis iklim global yang diciptakan negara-negara industri.”
Meski diterpa badai terburuk dalam sejarahnya, rakyat Jamaika menunjukkan keteguhan yang luar biasa. “Kami bangsa yang tangguh. Sekalipun diterjang badai sebesar apa pun, Jamaika akan bangkit kembali,” tegas Menteri McKenzie optimistis.
Kontributor : Gradciano Madomi Jawa
Tag: #badai #melissa #hantam #jamaika #kota #lumpuh #ribuan #rumah #porak #poranda