Apa Itu Kompetensi dan Literasi AI? Begini Penjelasan dan Contohnya
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI).(Freepik)
03:21
16 Oktober 2025

Apa Itu Kompetensi dan Literasi AI? Begini Penjelasan dan Contohnya

- Seiring berkembangnya teknologi kecerdasan buatan (AI) di berbagai bidang, muncul kebutuhan baru bagi masyarakat untuk tidak sekadar menjadi pengguna pasif, tetapi juga memahami cara kerja dan dampaknya. 

Di sinilah pentingnya kompetensi dan literasi AI yaitu dua kemampuan yang saling melengkapi dalam menghadapi era digital.

Literasi AI berkaitan dengan pemahaman dasar tentang bagaimana AI bekerja dan memengaruhi kehidupan sehari-hari, sementara kompetensi AI menekankan pada keterampilan praktis dalam memanfaatkan dan berinovasi menggunakan teknologi tersebut. 

Selengkapnya KompasTekno menguraikan selengkapnya tentang makna, perbedaan, serta contoh penerapan kompetensi dan literasi AI dalam dunia pendidikan, pekerjaan, hingga kehidupan sehari-hari.

Apa itu kompetensi dan literasi AI? 

Literasi AI (Artificial Intelligence Literacy) adalah kemampuan seseorang untuk memahami, berinteraksi, dan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) secara kritis, kreatif, dan etis. 

Menurut AI Literacy Framework (AILit) yang dikembangkan oleh OECD dan European Commission (dengan dukungan Code.org dan World Economic Forum), literasi AI bukan sekadar tahu cara menggunakan alat digital seperti ChatGPT, Gemini, atau Copilot, tetapi mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memungkinkan seseorang berpartisipasi aktif dalam dunia yang semakin terintegrasi dengan AI.

AILit menekankan bahwa AI literacy adalah tahap lanjutan dari literasi digital. Jika literasi digital mengajarkan bagaimana menggunakan teknologi dengan aman dan efisien, maka literasi AI mengajarkan bagaimana memahami cara kerja, batasan, serta dampak sosial dan etika dari AI terhadap kehidupan manusia. 

Dalam konteks pendidikan, AI literacy dipandang sebagai kompetensi abad ke-21 yang wajib dimiliki pelajar agar mampu berpikir kritis terhadap output AI, berkolaborasi secara kreatif dengan teknologi, serta memahami tanggung jawab etis dalam penggunaannya.

Framework ini membagi literasi AI ke dalam empat domain utama:

  • Engaging with AI – mengenali di mana dan bagaimana AI hadir dalam kehidupan sehari-hari, serta mengevaluasi hasilnya secara kritis.
  • Creating with AI – menggunakan AI untuk mendukung kreativitas dan pemecahan masalah, dengan mempertimbangkan aspek etika seperti kepemilikan karya dan bias data.
  • Managing AI’s Actions – mengatur peran AI secara bertanggung jawab, menetapkan batas penggunaan, dan memastikan adanya pengawasan manusia.
  • Designing AI Solutions – memahami cara kerja AI serta berpartisipasi dalam merancang atau menyesuaikan sistem AI untuk menyelesaikan masalah nyata.

Lebih dari sekadar kemampuan teknis, literasi AI menumbuhkan kecakapan berpikir etis dan empatik  kemampuan yang tidak dapat digantikan oleh mesin. 

Oleh karena itu, World Economic Forum menegaskan bahwa AI literacy perlu diajarkan sejak dini di sekolah agar generasi muda tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pengarah dan pengawas etis perkembangan AI di masa depan.

Contoh literasi AI dalam kehidupan nyata

  • Di dunia pendidikan, seorang guru tidak hanya melarang murid menggunakan ChatGPT untuk menulis esai, tetapi justru mengajarkan bagaimana mengevaluasi keakuratan dan potensi bias dari jawaban AI. Misalnya, siswa diminta membandingkan hasil AI dengan sumber ilmiah asli . Hal ini akan melatih critical AI literacy (literasi kritis terhadap AI).
  • Di sektor kreatif, seorang desainer grafis yang melek literasi AI akan menggunakan Gemini AI atau Midjourney untuk eksplorasi ide visual, tetapi tetap menyesuaikan hasilnya agar sesuai dengan gaya dan identitas merek. Ia memahami bahwa AI hanyalah alat bantu kreatif, bukan pengganti orisinalitas manusia.
  • Dalam konteks jurnalisme atau media, literasi AI berarti mengetahui cara memverifikasi informasi yang dihasilkan AI, memahami potensi halusinasi data, serta menerapkan kode etik agar konten tidak menyesatkan publik.
  • Bagi masyarakat umum, literasi AI juga bisa berarti memahami bagaimana rekomendasi di media sosial atau e-commerce bekerja. Misalnya, menyadari bahwa saran produk, berita, atau konten yang muncul di beranda Anda diatur oleh algoritma AI, dan hasilnya bisa dipengaruhi oleh kebiasaan pencarian atau preferensi pribadi.

Mengapa literasi AI Penting saat ini?

World Economic Forum’s Future of Jobs Report 2025 memproyeksikan bahwa hampir 40 persen keterampilan di dunia kerja akan berubah dalam lima tahun ke depan karena integrasi AI. Tanpa literasi AI, pekerja dan pelajar berisiko menjadi pengguna pasif atau sekadar mengikuti arus teknologi tanpa memahami implikasinya.

Sebaliknya, dengan literasi AI, seseorang mampu:

  • Menggunakan AI secara produktif dan aman,
  • Menilai keandalan hasil AI,
  • Berinovasi dan berkolaborasi dengan teknologi, serta
  • Menjaga nilai-nilai etika, transparansi, dan tanggung jawab sosial.

Itulah sebabnya OECD dan European Commission menegaskan bahwa literasi AI harus menjadi prioritas pendidikan global, bukan sekadar pelengkap.

Melalui pendekatan ini, masyarakat dapat tumbuh sebagai pengguna AI yang kritis, berempati, dan bertanggung jawab, bukan hanya sebagai konsumen teknologi, tetapi juga pengarah masa depan kecerdasan buatan yang lebih manusiawi.

Dapatkan update berita teknologi dan gadget pilihan setiap hari. Mari bergabung di Kanal WhatsApp KompasTekno.

Caranya klik link https://whatsapp.com/channel/0029VaCVYKk89ine5YSjZh1a. Anda harus install aplikasi WhatsApp terlebih dulu di ponsel.

Tag:  #kompetensi #literasi #begini #penjelasan #contohnya

KOMENTAR