Arti Quiet Quitting, Istilah yang Ramai Digunakan Gen Z di Lingkup Kantor
Negara dengan jam kerja terlama di dunia 2025(PIXABAY)
15:21
2 Juli 2025

Arti Quiet Quitting, Istilah yang Ramai Digunakan Gen Z di Lingkup Kantor

- Quiet quitting belakangan menjadi istilah yang ramai diperbincangkan, terutama di kalangan Gen Z yang baru menapaki dunia kerja. Meski terdengar seperti seseorang yang diam-diam resign, istilah ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pengunduran diri. 

Quiet quitting merujuk pada sikap bekerja secukupnya, sesuai tanggung jawab yang tercantum dalam deskripsi pekerjaan, tanpa lembur berlebihan atau mengambil tugas tambahan secara sukarela. 

Fenomena ini mencerminkan perubahan cara pandang terhadap dunia kerja, di mana keseimbangan hidup dan kesehatan mental menjadi prioritas utama. Lantas, apa sebenarnya arti quiet quitting dan mengapa istilah ini begitu lekat dengan cara kerja Gen Z di kantor? Mari kita bahas lebih dalam. 

Awal mula istilah Quiet Quitting

Istilah quiet quitting mulai populer setelah pandemi COVID-19 mengguncang berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia kerja. 

Di Amerika Serikat, antara April 2021 hingga April 2022, tercatat sekitar 71,6 juta orang mengundurkan diri dari pekerjaannya. Fenomena besar-besaran ini dikenal sebagai Great Resignation, di mana jutaan orang mulai mempertanyakan kembali tujuan karier, beban kerja, hingga arti “bekerja keras”.

Namun, tidak semua orang benar-benar resign. Banyak yang memilih bertahan di pekerjaannya, tapi dengan menarik batas yang tegas. 

Mereka tetap hadir, tetap menyelesaikan tugas, tapi tidak lagi bersedia memberikan tenaga dan waktu ekstra jika tidak dihargai dengan setimpal. 

Dari sinilah istilah quiet quitting muncul. Bukan benar-benar berhenti, melainkan berhenti “berjuang lebih” demi budaya kerja yang tak memberikan timbal balik sepadan.

Mengapa banyak yang Quiet Quitting?

Alasannya beragam, tapi beberapa faktor utama meliputi:

  • Beban kerja berlebihan
  • Gaji yang stagnan meski inflasi meningkat
  • Minimnya peluang kenaikan jabatan
  • Kurangnya penghargaan dari atasan
  • Komunikasi kaku akibat sistem kerja remote

Dilansir dari laman Tech Target, menurut survei Asana tahun 2022, 7 dari 10 karyawan mengalami burnout. Burnout inilah yang sering jadi awal seseorang memutuskan untuk quiet quit. Mereka tidak ingin benar-benar keluar dari pekerjaan, tetapi butuh waktu untuk memulihkan diri.

Tanda-Tanda seseorang melakukan Quiet Quitting

Tidak selalu terlihat jelas, tapi beberapa sinyal berikut bisa menjadi indikasi:

  • Datang terlambat atau pulang lebih awal
  • Tidak aktif dalam rapat tim
  • Produktivitas menurun
  • Kurang antusias saat menyelesaikan tugas
  • Menghindari proyek tambahan
  • Tidak menunjukkan inisiatif atau ide baru
  • Namun perlu dicatat, banyak dari mereka tetap menyelesaikan pekerjaan utamanya dengan baik.

Kesimpulan

Quiet quitting adalah cerminan bahwa semakin banyak orang, terutama Gen Z, tidak lagi mau dibutakan oleh ambisi yang tidak manusiawi. Mereka ingin tetap produktif, tetapi juga sehat secara fisik dan mental.

Bagi perusahaan, fenomena ini seharusnya menjadi alarm untuk mengevaluasi budaya kerja, sistem apresiasi, dan dukungan terhadap karyawan.

Alih-alih dianggap ancaman, quiet quitting bisa jadi awal dialog tentang apa arti pekerjaan yang sehat dan berkelanjutan di masa depan. Demikian ulasan mengena arti Quiet Quitting dan 

Dapatkan update berita teknologi dan gadget pilihan setiap hari. Mari bergabung di Kanal WhatsApp KompasTekno.

Caranya klik link https://whatsapp.com/channel/0029VaCVYKk89ine5YSjZh1a. Anda harus install aplikasi WhatsApp terlebih dulu di ponsel.

Tag:  #arti #quiet #quitting #istilah #yang #ramai #digunakan #lingkup #kantor

KOMENTAR