Ketika Wajahmu Bisa Dilacak Lewat Satu Foto: Ancaman Privasi di Balik Kecanggihan AI
Tangkapan layar web pimeyes.com yang bisa dimanfaatkan untuk mencari wajah seseorang.
18:40
6 April 2025

Ketika Wajahmu Bisa Dilacak Lewat Satu Foto: Ancaman Privasi di Balik Kecanggihan AI

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), kekhawatiran terhadap keamanan dan privasi digital makin mencuat.

Salah satu pemicunya adalah kemunculan situs PimEyes, sebuah platform pencarian wajah berbasis AI yang kini ramai diperbincangkan warganet.

Menyadur dari UNILAD, Situs ini memungkinkan siapa pun melacak hampir seluruh foto seseorang yang pernah diunggah ke internet—hanya dengan mengunggah satu foto wajah.

Bagi sebagian orang, teknologi ini terdengar seperti alat canggih dari film fiksi ilmiah. Namun bagi yang lain, keberadaan PimEyes justru dianggap sebagai ancaman nyata terhadap privasi personal.

Dengan hanya mengunggah satu foto, situs ini akan secara otomatis menelusuri jutaan gambar di internet dan mencocokkannya dengan wajah yang ada di dalam foto tersebut.

Dalam hitungan menit, pengguna akan melihat berbagai gambar dirinya yang muncul di situs web, media sosial, hingga blog dan portal berita—bahkan dari tahun-tahun yang sudah lama lewat.

Seorang pengguna di media sosial mengaku kaget ketika mendapati bahwa PimEyes berhasil menemukan foto masa kecilnya yang diunggah lebih dari satu dekade lalu.

“Saya mengunggah foto terbaru, dan situs ini bisa mengaitkannya dengan gambar saya ketika masih umur 10 tahun. Padahal saya bahkan lupa pernah mengunggahnya,” tulisnya.

Fitur dasar situs ini tersedia secara gratis dan terbuka untuk siapa saja. Namun jika ingin hasil pencarian yang lebih detail—termasuk link ke semua situs tempat gambar itu muncul—pengguna bisa berlangganan layanan berbayar.

Versi premium ini juga menyediakan fitur permintaan penghapusan gambar dari situs pihak ketiga.

Dalam satu sisi, PimEyes memang bisa digunakan untuk hal-hal positif, misalnya untuk mengidentifikasi penyalahgunaan wajah seseorang tanpa izin. Seorang pengguna memuji situs ini karena membantunya menemukan pihak-pihak yang memakai fotonya untuk akun palsu.

“Ini disturbing, tapi sangat berguna. Saya bisa mengajukan takedown ke situs yang memakai wajah saya tanpa izin,” ujarnya.

Namun, tak sedikit pula yang menyuarakan kekhawatiran mendalam. Sebagian menyebutnya sebagai “mimpi buruk dalam hal keamanan digital” atau “alat impian bagi para stalker.”

Bayangkan jika seseorang yang berniat jahat—baik penguntit, penipu, maupun pelaku kejahatan siber—memanfaatkan situs ini untuk melacak jejak digital seseorang tanpa sepengetahuannya. Hal ini membuka peluang pelanggaran privasi yang sangat serius.

Kondisi ini menjadi tantangan besar dalam dunia digital yang makin terbuka. Setiap unggahan, setiap foto, bahkan komentar yang kita buat di media sosial, bisa meninggalkan jejak yang tak mudah dihapus.

Dengan teknologi seperti pengenalan wajah AI, jejak-jejak ini bisa dirangkai menjadi informasi yang sangat personal dan sensitif.

Sayangnya, belum semua negara memiliki regulasi perlindungan data pribadi yang kuat. Di beberapa tempat, penggunaan teknologi pengenal wajah masih belum diatur secara jelas, termasuk dalam hal penyalahgunaan oleh individu maupun perusahaan.

Situs seperti PimEyes memaksa kita untuk mulai berpikir ulang tentang bagaimana kita memaknai "privasi" di era digital. Apakah kita masih bisa merasa aman ketika wajah kita menjadi kata kunci yang bisa membuka sejarah digital bertahun-tahun lalu?

Pertanyaan ini menjadi penting, apalagi ketika teknologi makin maju dan bisa melampaui batas etika yang belum kita sepakati bersama. Tanpa kontrol dan regulasi yang ketat, kemajuan teknologi bisa berubah dari sekadar alat bantu menjadi alat pengawasan massal yang membahayakan kebebasan individu.

Masyarakat kini dituntut untuk lebih bijak dalam menjaga jejak digitalnya. Tidak hanya soal apa yang dibagikan, tapi juga tentang bagaimana foto atau data diri kita bisa digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Sementara itu, para pembuat kebijakan harus segera merespons kemunculan teknologi seperti ini dengan regulasi yang berpihak pada perlindungan hak privasi warganya.

Karena di era di mana wajah bisa menjadi kata sandi untuk membuka masa lalu digital seseorang, menjaga identitas bukan hanya soal keamanan—tapi juga soal kebebasan.

Editor: Budi Arista Romadhoni

Tag:  #ketika #wajahmu #bisa #dilacak #lewat #satu #foto #ancaman #privasi #balik #kecanggihan

KOMENTAR