Beroperasi di Indonesia, Akankah BYD Beralih dari Baterai LFP ke Nikel?
Luther T. Panjaitan, Head of Marketing Communication PT BYD Motor Indonesia saat ditemui di kawasan PIK, Senin (22/1) (RianAlfianto/JawaPos.com)
18:08
23 Januari 2024

Beroperasi di Indonesia, Akankah BYD Beralih dari Baterai LFP ke Nikel?

 

Pabrikan otomotif Tiongkok, BYD yang merupakan akronim dari Build Your Dreams resmi menapakkan kakinya di Indonesia. BYD di pasar otomotif dalam negeri langsung mengumumkan tiga model sekaligus, pertama BYD Seal untuk segmen sedan, BYD Atto 3 untuk segmen crossover dan BYD Dolphin untuk segmen hatchback.

 

Lengkap, BYD kali pertama mengumumkan ekspansinya di Indonesia langsung membawa tiga model yang paling dicari masyarakat Indonesia. Setelah sebelumnya, BYD sudah punya nama dan dikenal dengan kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV)-nya melalui kemitraan dengan BlueBird untuk taksi listrik dan pilot project dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui pengadaan bus listrik Transjakarta.

Dengan mengumumkan kehadirannya di Indonesia, BYD langsung "ditodong" oleh pemerintah untuk meningkatkan local contains-nya melalui penggunaan bahan baku lokal. Salah satu yang sedang ramai adalah penggunaan nikel Indonesia untuk bahan baku sel baterai EV mereka.

Sejauh ini, dipaparkan oleh Luther T. Panjaitan, Head of Marketing Communication PT BYD Motor Indonesia memastikan kalau BYD cenderung menggunakan baterai LFP atau Lithium Ferro-Phosphate pada mobil-mobilnya ketimbang sel baterai nikel atau Nickel Manganese Cobalt (NMC).

"Jadi memang, BYD (mobilnya) yang kita bawa ke Indonesia, khususnya untuk model Seal, Dolphin dan Atto, ketiganya menggunakan baterai LFP. Kenapa menggunakan LFP? Karena kita sudah melalui pengujian panjang di sisi keamanan dan manufakturing kita," kata Luther kepada JawaPos.com di sela-sela kesempatan menjajal unit BYD Dolphin, Senin (22/1).

Luther menambahkan, bukan tanpa alasan BYD menjatuhkan pilihannya pada jenis sel baterai LFP ketimbang sel baterai nikel. Menurutnya, berdasarkan riset dan pengujian panjang yang telah dilakukan BYD di laboratoriumnya, baterai LFP lebih aman dari pada baterai nikel.

"Tentunya pertimbangan paling utama adalah soal safety. Karena (berdasarkan riset kita), baterai LFP itu memiliki tingkat probability dan possibility untuk mencapai heat (suhu panas tertentu) yang sangat rendah jika dibandingkan dengan sel baterai yang lain," imbuh Luther.

Sayangnya, Luther belum bisa memastikan, apakah ketika nantinya pabrik BYD mulai beroperasi di Indonesia, mereka akan beralih dari LFP ke nikel. Selain itu, secara bisnis, dirinya juga masih belum berani mengungkap secara gamblang, baterai mana yang lebih menguntungkan untuk perusahaan. Akankah tetap LFP atau manut pemerintah Indonesia dengan beralih ke nikel.

"Kita di BYD Indonesia kan fokus ke penjualan dan produksi, kita nggak masuk ke bahan baku. Tapi yang jelas saat ini berdasarkan uji dan riset yang sudah kita lakukan, LFP masih jadi baterai yang paling safety," tegasnya.

 Kendati demikian, Liu Xueliang selaku General Manager BYD Asia-Pacific mengaku, pihaknya tak menutup peluang menggunakan nikel sebagai baterai buatannya. Sebab, dia sadar, Indonesia merupakan salah satu penghasil nikel terbesar di dunia.

Hal itu dia sampaikan saat peluncuran merek di Taman Mini, Jakarta Timur (18/1). "Kita tahu Indonesia memiliki (sumber daya) nikel yang banyak. Maka dari itu, BYD akan mempelajari lebih lanjut terkait penggunaan sumber bahan baku Nikel di Indonesia," ungkap Liu Xueliang.

Persoalan nikel vs LFP sendiri mengemuka lantaran jadi topik sengit di debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) 2024 pada Minggu (21/1) lalu. Cawapres nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka, mempertanyakan sikap tim pasangan nomor urut satu, Anies Baswedan-Cak Imin yang lebih memilih nikel ketimbang LFP.

 

Gibran secara tak langsung menganggap, sikap mereka keliru. Sebab, Indonesia punya stok nikel berlimpah. "Paslon nomor 1 dan tim suksesnya sering menggaungkan LFP, saya nggak tau nih pasangan nomor urut 1 ini anti-nikel atau gimana, mohon dijelaskan?" tanya Gibran kepada Cak Imin. (*)

Editor: Dinarsa Kurniawan

Tag:  #beroperasi #indonesia #akankah #beralih #dari #baterai #nikel

KOMENTAR