Survei KIC: Indonesia Dianggap Masih Tertinggal dalam Pengembangan AI
ARTIFICIAL INTELLIGENCE - Ilustrasi Artificial intelligence (AI). Berdasarkan riset, Indonesia dianggap masih tertinggal dalam pengembangan AI, terutama dalam aspek teknologi dan regulasi. 
18:54
6 Februari 2025

Survei KIC: Indonesia Dianggap Masih Tertinggal dalam Pengembangan AI

- Katadata Insight Center (KIC)  merilis hasil survei mengenai perkembangan lanskap teknologi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia. 

Riset ini diklaim yang pertama membahas kesadaran dan pandangan publik mengenai AI secara komprehensif, serta potensi Indonesia dalam membangun AI secara berdaulat.

Melalui laporan bertajuk "Kedaulatan AI untuk Memberdayakan Indonesia", KIC menyatakan studi ini bertujuan merekam kemajuan perkembangan AI di masyarakat dan industri, serta menyediakan wawasan yang relevan bagi para pemangku kepentingan.

Menurut Direktur Riset KIC Gundy Cahyadi, laporan ini menjadi langkah awal yang signifikan untuk mendorong diskusi, kebijakan, dan inisiatif dalam mendorong pengembangan AI. 

“Dengan kolaborasi erat antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, AI dapat menjadi kekuatan transformasi yang inklusif dan berkelanjutan bagi masa depan bangsa,” ujar Gundy dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (6/2/2025).

Secara mendetail, ada berbagai temuan penting dalam riset ini. 

Misalnya saja, Indonesia dianggap masih tertinggal dalam pengembangan AI, terutama dalam aspek teknologi dan regulasi.

“Namun keterlambatan ini dapat menjadi peluang strategis karena Indonesia dapat belajar dari pengalaman negara lain untuk menerapkan strategi dan regulasi yang lebih terarah,” kata Gundy.

Selain itu, studi KIC menemukan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia mengenai AI tergolong tinggi, meskipun pengetahuan tentang teknologi dimaksud masih terbatas. 

Namun di saat yang sama, mayoritas masyarakat menunjukkan optimisme terhadap masa depan AI.

Secara keseluruhan Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan AI karena sejumlah faktor, seperti populasi usia produktif yang cakap digital, lanskap digital yang dinamis, serta posisi ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

“Penting bagi ekosistem digital Indonesia untuk ikut ambil bagian berkontribusi dalam perkembangan AI dunia,” ujar Gundy.

Melalui laporan yang sama, KIC menyampaikan rekomendasi bahwa Indonesia perlu segera membangun dan mengembangkan teknologi AI secara mandiri.

Pasalnya, pemanfaatan teknologi itu menjadi penting agar memberikan daya dorong yang signifikan pembangunan nasional, serta mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, dan memperkuat industri digital,

Di atas itu semua, riset ini menyoroti kontribusi sektor swasta dalam memperkuat ekosistem AI di dalam negeri.

Peran Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) pada pengembangan AI nasional, misalnya, menjadi salah satu topik dalam laporan ini.

IOH dianggap telah secara konkret menunjukkan bagaimana AI dapat dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan lokal. 

Inisiatif tersebut sejalan dengan visi Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (Stranas KA) yang menekankan pentingnya kedaulatan AI.  

Masih mengutip laporan KIC, AI secara umum mengalami perkembangan pesat pada dekade ini. 

Bahkan, 2023 perlu dicatat sebagai tahun yang bersejarah lantaran perkembangan AI generatif yang mulai masif.

Aplikasi seperti ChatGPT, misalnya, mampu memberikan akses AI yang luas kepada masyarakat. Dengan begitu, masyarakat pun mulai mengintegrasikan AI ke dalam kehidupan sehari-hari.

Saat ini, AI diharapkan mampu menjadi pendorong utama transformasi digital, serta meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan inovasi.

Penyusunan laporan ini berdasar atas survei terhadap 1.255 masyarakat Indonesia, serta wawancara mendalam kepada para ahli dan pemangku kepentingan terkait AI di Industri. 

Lalu, untuk mendukung data primer tersebut, studi turut menghimpun data sekunder dari desktop research.

Editor: Dodi Esvandi

Tag:  #survei #indonesia #dianggap #masih #tertinggal #dalam #pengembangan

KOMENTAR