Sepupu Pemain Termahal Palestina Jadi Korban Serangan Israel di Gaza
- Kabar duka terus menyelimuti kubu Timnas Palestina dengan kabar bahwa sepupu striker tim, Mahmoud Wadi, terbunuh di Gaza sebelum menghadapi Iran pada laga Grup C Piala Asia 2023.
Timnas Palestina menghadapi timnas Iran di Al Rayyan pada Minggu (14/1/2024). Ini akan menjadi hanya penampilan ketiga timnas Palestina di Piala Asia sejak 2015 dan 2019.
Kabar duka dirasakan oleh bomber tim, Mahmoud Wadi jelang laga penting tersebut.
"Sepupu saya dibunuh hari ini, saya dengar kabar tersebut 30 menit lalu," ujarnya kepada Al Jazeera pada sesi latihan terakhir tim sebelum alga.
Bagi penyerang berusia 29 tahun yang memperkuat klub Mesir Al Mokawloon Al-Arab tersebut, hal terpenting adalah memberikan yang terbaik demi Palestina.
"Sulit untuk mengatakan perasaan saya sekarang ini tetapi kami sekarang fokus ke Piala Asia," ujarnya.
"Kami perlu berbuat bagus di turnamen ini bagi keluarga dan rakyat kami di Palestina," tutur Wadi.
"Untuk membuat mereka bahagia dalam perang ini."
Wadi sendiri adalah salah satu dari hanya dua pemain Palestina (bersama bek Mohammed Saleh) yang berasal dari Gaza.
Keduanya hanya bisa memperkuat timnas Palestina karena mereka bermain di Mesir.
Wadi bahkan menjadi pemain termahal Palestina setelah ia menuntaskan transfer ke Pyramids FC senilai 1,1 juta dolar pada November 2020.
Perjuangan timnas Palestina untuk persiapan menuju ajang ini memang jauh dari mudah setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2024.
Retaliasi berlebihan Israel berujung ke pengeboman Gaza yang hingga kini telah memakan 23.000 korban jiwa dengan mayoritas adalah anak-anak dan wanita.
Seiring serangan itu, timnas Palestina meninggalkan Tepi Barat melalui jalur darat menuju Yordania menjelang dua pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Lebanon dan Australia.
Pertandingan pertama dijadwalkan berlangsung di Beirut pada tanggal 16 November.
Namun, laga dipindahkan ke Sharjah di Uni Emirat Arab. Pertandingan kedua lima hari kemudian melawan Australia, yang seharusnya berlangsung di Tepi Barat, dipindahkan ke Kuwait City.
Para pemain juga tidak dapat kembali ke Tepi Barat setelah itu.
Personel timnas tidak dapat memastikan apakah mereka akan diizinkan keluar lagi karena pengetatan pembatasan pergerakan pasukan Israel terhadap warga Palestina.
Sejak itu, skuad Timnas Palestina tetap bersama saat konflik semakin memburuk, menyentuh setiap pemain, pelatih dan ofisial.
"Semua orang terpaku pada berita, sebelum dan sesudah latihan, baik itu di bus atau di hotel," kata pelatih Palestina asal Tunisia, Makram Daboub, kepada AFP selama pemusatan latihan baru-baru ini di Arab Saudi, tak lama sebelum tiba di Qatar.
Para pemain, kata Daboub, "selalu merasa cemas dengan keluarga mereka".
Tag: #sepupu #pemain #termahal #palestina #jadi #korban #serangan #israel #gaza