Analisis Inter Milan Selalu Kalah di Laga Besar, Tak Konsisten Hingga Faktor Kesialan
Alexander Isak dibayangi Federico Dimarco (kiri) dalam pertandingan sepak bola Liga Champions Inter Milan vs Liverpool di stadion San Siro di Milan, pada 9 Desember 2025. (Foto oleh Stefano RELLANDINI / AFP)(AFP/STEFANO RELLANDINI)
13:25
11 Desember 2025

Analisis Inter Milan Selalu Kalah di Laga Besar, Tak Konsisten Hingga Faktor Kesialan

Kekalahan Inter Milan atas Liverpool pada matchday keenam Liga Champions 2025-2026 menambah daftar panjang rekor buruk mereka melawan tim-tim besar.

Inter Milan dipaksa kalah 0-1 saat bermain di hadapan publik San Siro, Milan, pada Rabu (10/12/2025) dini hari WIB.

Gol penalti Dominik Szoboszlai di ujung pertandingan sudah cukup membawa Liverpool menumbangkan Inter Milan di rumahnya sendiri.

Usai kekalahan tersebut, banyak yang menilai jika Inter Milan di bawah komando Cristian Chivu masih kesulitan menampilkan performa terbaiknya di pertandingan besar.

Chivu belum memenangkan satu pun dari lima partai besar sebagai pelatih Nerazzurri di musim ini, dan kekalahan atas Liverpool di kandang adalah yang terbaru. 

Inter Milan sejatinya tampil cukup baik di awal musim 2025-2026 dengan konsisten di tiga besar Serie A.

Selain itu, Nerazzurri juga selalu menjadi penghuni tetap lima besar di klasemen Liga Champions setelah enam pertandingan, dan berpeluang lolos otomatis ke babak 16 besar.

Namun, masalah besar Inter Milan musim ini adalah ketidakmampuan mereka untuk meraih kemenangan dalam pertandingan melawan rival langsung di Serie A atau Liga Champions. 

Tercatat, Lautaro Martinez dkk kalah dari Juventus (3-4), Napoli (1-3), AC Milan (0-1), Atletico Madrid (1-2) , dan terbaru dari Liverpool (0-1). 

Sulit Menjaga Intensitas Permainan

Mengutip dari Football Italia, Inter Milan dianggap kesulitan untuk mempertahankan intensitas permainan selama pertandingan besar.

Melihat laga melawan Liverpool atau di empat pertandingan lainnya, Inter selalu kebobolan di babak kedua dan beberapa di antaranya terjadi di menit terakhir jelang laga usai.

Vasilije Adzic mencetak gol kemenangan pada menit ke-91 untuk Juventus, Jose Maria Gimenez pada menit ke-93 untuk Atletico, dan Dominik Szoboszlai pada menit ke-88 untuk Liverpool. 

Selain itu, ada juga anggapan bahwa Inter Milan terlalu berusaha keras untuk memenangkan pertandingan daripada puas dengan hasil imbang yang diraih dengan susah payah.

Alhasil, mereka kerap kali mengambil lebih banyak risiko sehingga rentan terhadap bahaya menjelang akhir pertandingan besar. 

Tak satu pun dari 21 pertandingan kompetitif Inter musim ini berakhir imbang: Mereka meraih 15 kemenangan dan enam kekalahan di Serie A, Liga Champions, dan Coppa Italia.

Penyerang Atletico Madrid Antoine Griezmann berebut bola dengan bek Inter Milan Manuel Akanji pada laga Liga Champions UEFA antara Atletico Madrid dan Inter Milan di Stadion Metropolitano di Madrid pada 26 November 2025.AFP/PIERRE-PHILIPPE MARCOU Penyerang Atletico Madrid Antoine Griezmann berebut bola dengan bek Inter Milan Manuel Akanji pada laga Liga Champions UEFA antara Atletico Madrid dan Inter Milan di Stadion Metropolitano di Madrid pada 26 November 2025.

Faktor Kesialan 

Selain faktor teknis, Inter Milan juga beberapa kali menghadapi faktor non teknis saat menghadapi lawan berat.

Terbaru, Inter Milan merasa dirugikan setelah dihukum penalti usai Alessandro Bastoni dianggap menarik Florian Wirtz di akhir pertandingan melawan Liverpool. 

Penalti tersebut bahkan mendapat banyak kecaman termasuk dari pelatih senior Italia, Fabio Capello dalam komentarnya.

"Penalti yang memalukan, penalti yang seharusnya tidak diberikan." Fabio Capello yang geram , berbicara dari studio Sky Sport.

Selain itu, penalti kontroversial Napoli saat melawan Inter juga disorot saat Henrikh Mkhitaryan dianggap menarik Giovani Di Lorenzo meski dalam rekaman tidak terjadi kontak serius di antara para pemain.

Presiden Inter Milan Beppe Marotta bahkan mengkritik penalti tersebut dan menilai wasit lebih percaya keputusan asisten wasit daripada dirinya.

"Penaltinya datang dari evaluasi asisten wasit. Jelas bahwa wasit ada di posisi yang sempurna untuk menilai, dia melihatnya dan berpaling, kemudian meniup peluit delapan detik kemudian," ujarnya kepada DAZN Italia.

Inter Milan juga dirugikan oleh VAR yang mengesahkan gol Atletico Madrid saat menelan kekalahan 1-2 di Liga Champions pada bulan November. 

Gol yang dicetak Julian Alvarez tersebut sempat dianulir setelah Alex Baena dianggap mengontrol bola dengan tangan.

Namun setelah melihat VAR, wasit mengubah keputusan karena bola sempat disentuh kembali oleh pemain Inter sehingga dianggap memulai fase permainan yang baru.

Nerazzurri juga bermasalah dengan peluang yang mengenai tiang gawang sebanyak delapan kali dalam 14 pertandingan Serie A mereka sejauh musim ini.

Tag:  #analisis #inter #milan #selalu #kalah #laga #besar #konsisten #hingga #faktor #kesialan

KOMENTAR