Begini Syarat Wajib dan Tata Cara Puasa Mutih
Ilustrasi puasa mutih. (pressfoto/Freepik)
23:06
21 April 2025

Begini Syarat Wajib dan Tata Cara Puasa Mutih

Puasa mutih adalah salah satu bentuk tirakat yang kerap dilakukan oleh para pelaku spiritual Jawa untuk membersihkan diri, menenangkan batin, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Namun, di balik kesederhanaannya, puasa ini memiliki aturan khusus yang tidak boleh dilakukan sembarangan.

Agar manfaatnya benar-benar terasa dan tidak keluar dari jalur spiritual yang benar, penting bagi kita untuk mengetahui syarat wajib serta tata cara menjalani puasa mutih dengan baik dan benar.

Menurut penjelasan dari salah satu video di kanal Youtube Panggilan Leluhur, berikut adalah syarat dan tata cara yang perlu diperhatikan jika Anda ingin melaksanakan puasa mutih:

1. Mandi Penyucian Sebelum Memulai Puasa

Seseorang yang hendak memulai puasa mutih dianjurkan untuk mandi terlebih dahulu, biasanya dilakukan pada sore hari sebelum malam puasa dimulai. Mandi ini bukan sekadar membersihkan badan, tetapi simbol pembersihan lahir sebagai persiapan menyucikan batin. Disarankan juga menggunakan minyak wangi khusus seperti minyak misik atau wewangian spiritual lainnya.

2. Membaca Niat dengan Sungguh-Sungguh

Membaca niat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Niat puasa mutih bisa dibaca setelah salat Magrib, setelah sahur, atau sebelum subuh.  Ada dua versi niat yakni versi pendek, "Niat ingsun poso mutih karena Allah Ta’ala", atau versi panjang, "Niat ingsun poso mutih supaya putih lahir lan batinku, putih koy banyu suci, kabul opo kang dadi kajatku, karena Allah Ta’ala". Yang penting, niat dibaca dengan khusyuk dan sepenuh hati.

3. Patuhi Aturan Makan dan Minum

Aturan makan dan minum saat puasa mutih termasuk ketat. Saat sahur dan berbuka, hanya boleh mengonsumsi nasi putih polos dan air putih. Tanpa garam, tanpa lauk, tanpa minyak, dan tanpa rasa. Minuman selain air putih seperti teh, kopi, atau susu dilarang. Ini bukan soal pantangan, tapi latihan menaklukkan hawa nafsu dan mendisiplinkan diri.

4. Aturan soal Durasi Puasa

Durasi puasa mutih biasanya disesuaikan dengan arahan guru spiritual. Tidak semua orang cocok dengan durasi puasa mutih yang panjang. Maka dari itu, sebaiknya konsultasi dulu dengan guru spiritual sebelum memulai.

Beberapa pilihan durasi umum adalah 1 hari, 3 hari, 7 hari, 21 hari, hingga 40 hari, semua tergantung pada tujuan dan kesiapan masing-masing individu. Melakukannya tanpa arahan bisa berisiko bagi kesehatan dan kondisi batin seseorang.

5. Batasi Interaksi Duniawi

Selama puasa, sebaiknya menjauh dari keramaian, mengurangi aktivitas media sosial, dan memperbanyak waktu untuk ibadah, zikir, meditasi, serta menyendiri. Tujuannya untuk menjaga energi dan menciptakan ruang batin yang tenang agar koneksi spiritual semakin kuat.

6. Sedekah sebagai Penutup Tirakat

Setelah selesai menjalani puasa mutih, dianjurkan untuk bersedekah sebagai bentuk rasa syukur dan untuk menyempurnakan laku spiritual. Sedekah ini juga dipercaya dapat membuka pintu rezeki dan mempercepat terkabulnya hajat yang diniatkan selama tirakat.

Sebagai penutup, melakukan puasa mutih bukan hanya sekadar mengikuti tradisi leluhur, tapi juga bentuk kesungguhan dalam membersihkan diri secara lahir dan batin.

Dengan memahami syarat dan tata cara yang benar, serta menjalaninya dengan niat yang tulus, kita bisa merasakan kedamaian batin sekaligus mendapatkan keberkahan dalam hidup.

Maka, lakukanlah dengan sepenuh hati, karena setiap langkah tirakat adalah jalan menuju kebijaksanaan dan ketenangan jiwa. (*)

Editor: Siti Nur Qasanah

Tag:  #begini #syarat #wajib #tata #cara #puasa #mutih

KOMENTAR