32
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami. (Istimewa)
07:24
11 Desember 2024
Bappenas Minta Kampus Petakan Prodi Sesuai Kebutuhan Pasar Kerja
- Dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, perguruan tinggi (PT) diharapkan lebih fleksibel dalam penyediaan program studi (prodi). Bongkar pasang prodi harus luwes sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Menurut Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami pembukaan atau penutupan prodi sesuai kebutuhan negara, kebutuhan pasar kerja, dan perkembangan ilmu di dunia merupakan hal lumrah di berbagai negara. Hal ini sebagai salah satu upaya mendukung perekonomian negara tersebut. Karena itu, penting bagi kampus memetakan potensi perekonomian yang ada di daerahnya. "Misalnya, katakanlah Sumatera, apa sesungguhnya potensi industri atau potensi ekonomi yang dipunyai di wilayah Sumatera? Apakah pariwisata? manufaktur? Atau yang lainnya. Demikian juga kalau kita bicara tentang Kalimantan, Sulawesi, dan seterusnya," ujarnya dalam peluncuran Buku Putih Pemetaan Kebutuhan SDM (Bidang Keahlian) dan Pusat Keunggulan Untuk Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Selasa (10/12). Selain potensi ekonomi wilayah, kampus juga diminta melihat potensi keilmuan yang tengah berkembang. Bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) misalnya. Menurutnya, penting bagi PT untuk menambah jurusan di bidang STEM ini guna memenuhi kebutuhan bidang hard sciences yang masih minim. Selain itu, keilmuan STEM saat ini sangat diperlukan karena jadi infrastruktur utama dalam perkembangan suatu negarA. Penguatan ini dapat linier dengan penangguhan sementara atau moratorium beberapa bidang ilmu yang dianggap jumlahnya terlalu banyak. Contohnya, ilmu pendidikan yang lulusannya dalam satu tahun bisa mencapai antara 250 ribu-300 ribu. Namun di satu sisi, moratorium ini tidak berlaku dalam bidang keilmuan sosial humaniora lain yang dinilai langka. Seperti arkeologi atau sastra daerah. "Di satu sisi, kita memberi proteksi kepada ilmu-ilmu sosial humaniora yang di situ langka seperti arkeologi, seperti sejarah atau mungkin sastra-sastra daerah itu, ilmu-ilmu filologi, itu diberi proteksi karena ilmu langka dan tidak terlalu banyak peminat, tapi penting," paparnya. Tak hanya itu, kampus juga diharapkan bisa memperkuat soft skill para lulusannya. Amich menyebut, keterampilan soft skill generasi saat ini masih rendah. Padahal, keterampilan soft skill memainkan peran penting dalam kesuksesan seseorang di pasar kerja. Tak heran bila akhirnya banyak gen-z mengalami pemutusan hubungan kerja. "Beberapa kali viral itu yang gen-z banyak di lay off (pecat) karena soft skillnya lemah," ungkapnya. Senada, Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation Michael Susanto menekankan pentingnya soft skill ini. Terutama di dunia kerja. "Hasil studi kami menunjukkan bahwa kompetensi Soft Skill mahasiswa perlu dikembangkan secara terstruktur sesuai dengan kebutuhan industri Indonesia, sehingga mampu meningkatkan potensi yang mereka miliki untuk kesiapan kerja, siap latih, dan siap berkontribusi," tuturnya. Pihaknya pun telah mengeluarkan studi mengenai pengembangan soft skill untuk tenaga kerja industri prioritas nasional. Studi dilakukan untuk mempertajam Buku Putih Pemetaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia (Bidang Keahlian) serta Pusat Keunggulan untuk Indonesia Emas 2045 Bappenas. "Studi ini juga memberikan pemetaan kebutuhan soft skills di industri-industri prioritas nasional dan menawarkan solusi strategis melalui program-program pengembangan yang dapat mendukung transformasi SDM Indonesia," paparnya. Ia berharap, hasil studi tersebut juga dapat dipadankan dengan kebutuhan industri dan praktik di pendidikan tinggi di Indonesia guna membantu tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Editor: Sabik Aji Taufan
Tag: #bappenas #minta #kampus #petakan #prodi #sesuai #kebutuhanpasar #kerja