



Ditanya Soal Gelar 'Gus' Gara-gara Heboh Kontroversi Gus Miftah, Begini Jawaban Gus Baha
- Tokoh agama Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan panggilan Gus Baha ditanya oleh salah satu hadirin saat menjadi pembicara di Universitas Islam Indonesia terkait makna atau penggunaan yang sebenarnya dari gelar 'gus' yang saat ini ramai dibicarakan buntut kontroversi Miftah Maulana.
Terkait pertanyaan itu, Gus Baha memberikan jawaban dengan sangat hati-hati. Dia sepertinya tidak mau jawabannya justru menimbulkan keresahan di masyarakat. Dia pun mengawali jawabannya dengan bercerita tentang Nabi Musa.
"Dalam kita Ihya, suatu saat Nabi Musa sholat istisqa'. Doa apa saja nggak mempan, ini Nabi Musa lho," kata Gus Baha dalam sebuah video di kanal YouTube Universitas Islam Indonesia.
Doanya tak kunjung dikabulkan oleh Allah, kata Gus Baha, Nabi Musa lantas komplen ke Allah.
"Kata allah, di komunitas anda itu ada provokator. Berdoa kayak apa pun nggak akan saya ijabah. Gampang Gusti, tunjukkan provokatornya nanti saya usir dari majelis," ceritanya.
Atas respons Nabi Musa tersebut, Allah kemudian memberikan jawaban lucu menurut Gus Baha.
"Jawabnya Allah lucu. Saya ini orang yang mengharamkan namimah, kalau saya jawab itu berarti saya juga nammam,"ceritanya lebih lanjut.
"Jadi, Allah itu mengabaikan beberapa provokator, jadi kalau pertanyaan kayak gitu pasti diabaikan oleh Allah karena nanti repot. Memang saya termasuk gus yang asli jelas lah itu,"kata Gus Baha sambil bercanda.
Gelar 'gus' banyak digunakan di Jawa terutama di daerah Jawa Timur. Gelar ini sebenarnya bukanlah gelar yang memperlihatkan tingkat keluasan ilmu agama seseorang seperti halnya gelar kiai atau ulama.
Gelar 'gus' disematkan ke anak kiai atau anak seorang ulama yang berjenis kelamin laki-laki sebagai bentuk penghormatan terhadap ayahnya. Dengan demikian, gelar gus disematkan ke anak seorang kiai atau ulama untuk tujuan menghormatinya atas jasa-jasa besar orang tuanya dalam memberikan manfaat bagi masyarakat.
Gelar 'gus' justru memikul tanggung jawab supaya anak kiai tersebut dapat melanjutkan sekaligus mempertahankan jasa-jasa yang telah diberikan orang tuanya ke masyarakat. Orang yang disebut 'gus' harus menjaga etika dan standar moral yang sudah dipraktikkan oleh orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari dan diajarkan ke masyarakat.
Namun dalam praktiknya, gelar 'gus' mengalami perluasan makna. Gelar 'gus' tidak hanya digunakan untuk anak-anak kiai. Tokoh agama muda juga terkadang disebut gus meski orang tuanya bukanlah seorang kiai atau ulama.
Yang fatal adalah gelar gus kemudian dimanfaatkan untuk praktik perdukunan. Mereka memanfaatkan gelar 'gus' untuk meyakinkan orang-orang kalau praktik perdukunannya sesuai dengan syariat Islam. Padahal tujuan utama mereka adalah untuk mencari keuntungan materi, tak peduli meski dilakukan dengan cara menipu.
Gus Baha pun menyinggung soal gelar 'gus naturalisasi.' Bisa jadi untuk menggambarkan tentang penceramah yang orang tuanya bukan kiai atau ulama, namun menggunakan kata gus.
"Gus yang naturalisasi jangan diundang kalau tidak memenuhi kualifikasi tafsir (memiliki kedalaman dalam agama,red),"ujar Gus Baha.
Tag: #ditanya #soal #gelar #gara #gara #heboh #kontroversi #miftah #begini #jawaban #baha