Pilkada 2024 dan Mereka yang Menyalip di Tikungan Terakhir
Yang tertinggal dalam survei, yang nyaris tak bisa mendaftarkan diri, dan yang jadi calon pengganti di tengah jalan sama-sama menciptakan kejutan dalam Pilkada 2024.
NABILA AMELIA, Kota Malang ADITYA RAMADHAN, Serang
---
SEBELUM kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 dimulai pada 25 September, Wahyu Hidayat mengakui tidak banyak warga Kota Malang, Jawa Timur, yang mengenal dirinya. Tak heran kalau dalam sejumlah survei elektabilitas calon wali kota dan wakil wali kota Malang ketika itu, dia dan sang partner, Ali Muthohirin, hanya berada di urutan kedua dari tiga pasangan calon (paslon).
”Padahal, saya sempat menjabat Pj (penjabat) wali kota Malang lho,” kata Wahyu kepada Jawa Pos Radar Malang.
Tapi, itu tak membuat dia dan Ali patah semangat. Pasangan dengan akronim Wali tersebut terus menyapa warga dan menyerap aspirasi mereka. Mulai soal kemacetan, banjir, sampai perekonomian.
Tim pemenangan mereka kemudian menyusun program sesuai kondisi di Kota Malang. Lahirlah program-program seperti insentif Rp 50 juta untuk setiap RT dan banyak lainnya.
”Selain itu, keduanya concern dengan tata kota,” kata Ketua Tim Pemenangan Wali Moreno Soeprapto.
Memasuki November, elektabilitas mereka mulai menyalip naik ke peringkat pertama. Itu akhirnya selaras dengan hasil hitung cepat setelah coblosan 27 November yang dilakukan Indikator Politik Indonesia. Wahyu-Ali di posisi teratas dengan 48,12 persen, disusul Moch. Anton-Dimyati Ayatullah yang meraup 32,93 persen dan Heri Cahyono-Ganis Rumpoko yang mengantongi 18,96 persen.
Pilkada Serentak 2024 banyak menyajikan kemenangan ”di tikungan terakhir” seperti halnya Wahyu-Ali di pemilihan wali kota (pilwali) Malang. Dengan berbagai variasi.
Terbantu Putusan MK
Versi hitung cepat tim pemenangan mereka, Pramono Anung dan Rano Karno memenangi pilgub Jakarta dalam satu putaran. Kepastiannya tentu masih harus menunggu real count KPU.
Tapi, mengingat mereka baru bisa mendaftar setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60 tentang ambang batas pencalonan kepala daerah serta wakil kepala daerah pada 20 Agustus, apa yang diraih Pramono-Rano tergolong sangat mengejutkan. Hanya dengan waktu bergerak selama kurang dari tiga bulan, pasangan yang diusung PDI Perjuangan itu menyalip duet yang telah melangkah lebih dulu dan didukung Koalisi Indonesia Maju Plus, Ridwan Kamil-Suswono.
Di pilwali Semarang, Jawa Tengah, Agustina Wilujeng-Iswar Aminuddin juga punya waktu kurang lebih sama dengan Pramono-Rano. Sebab, Agustina menjadi calon wali kota di tengah jalan setelah jagoan PDIP sebelumnya yang juga petahana, Hevearita Gunaryanti Rahayu, batal maju.
Peta pertarungannya juga mirip Jakarta. Agustina-Iswar yang baru terbentuk harus head-to-head dengan Yoyok Sukawi-Joko Santoso yang, seperti juga Ridwan Kamil-Suswono, didukung koalisi gendut.
Tapi, sedari awal, Agustina mengaku sangat terbantu kinerja dua koleganya sesama kader banteng selama memimpin ibu kota Jawa Tengah itu: Hendrar ”Hendi” Prihadi dan Hevearita Gunaryanti Rahayu. ”Masyarakat tahu kinerja para kader PDIP ketika memimpin Semarang. Jadi, saya yakin masyarakat bakal memilih pemimpin yang menyejahterakan mereka,” katanya di acara Banteng Balik Kandang pada 9 September di Semarang.
Keyakinan itu terbukti dalam hasil hitung cepat yang dikutip dari Desk Pilkada Pemkot Semarang. Per Kamis (28/11) pukul 11.00, Agustina-Iswar meraih 57,36 persen suara, jauh meninggalkan Yoyok-Joko yang mengantongi 42,64 persen suara.
Cara Komunikasi Di Malang, Wahyu rutin mengomunikasikan kepada warga bahwa sudah banyak program yang dijalankan selama menjadi Pj wali kota Malang. ”Itu jadi bukti. Mereka juga berpesan kepada saya agar meneruskan program-program yang sebelumnya dilakukan seperti Ngombe, Kamis Mbois, dan STMJ,” terangnya.
Cara berkomunikasi dengan warga itu pula yang disebut duet Andra Soni-Dimyati Natakusumah sebagai salah satu pilar keberhasilan mereka mengungguli pasangan Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi dalam hitung cepat pilgub Banten. Meski, dalam berbagai survei, mereka selalu tertinggal.
Mengacu hasil hitung cepat Charta Politika hingga Rabu (27/11) pukul 21.36 WIB, Andra-Dimyati meraih 57,52 persen suara. Sementara pasangan calon Airin-Ade mendapatkan 42,48 persen. Hasil tersebut tak jauh berbeda dengan yang dirilis Voxpol Center hingga pukul 22.27 WIB. Andra-Dimyati memperoleh 57,8 persen suara, sedangkan Airin-Ade meraih 42,92 persen.
Cara berkomunikasi yang dimaksud Andra di antaranya lewat alat peraga kampanye. ”Kami agak berbeda menampilkan program-program kami,” katanya dalam jumpa pers pada malam setelah coblosan (27/11) seperti dilansir Radar Banten.
Selain itu, dia menyebut peran para relawan. Mereka terus bergerak secara terukur dan terkoordinasi. ”Dalam sehari, kami bisa turun di 65 titik meskipun tanpa dihadiri calon,” ujar Andra yang didampingi Dimyati.
Andra mengaku tak terpengaruh dengan berbagai hasil survei yang menempatkan mereka di bawah sang rival dengan keterpautan jauh. Seperti Wahyu-Ali di pilwali Malang, mereka terus melakukan pendekatan kepada masyarakat.
”Pada setiap kesempatan, kami selalu sampaikan kepada masyarakat mengenai program kerja kita, yaitu menjadikan Banten maju dan tidak korupsi. Kita juga selalu sampaikan program kami, salah satunya Banten Cerdas dengan sekolah gratis,” kata Andra.
Mengutip Katadata Telco Survey yang dirilis katadata.co.id pada 11 Oktober atau sepekan sebelum debat perdana pilgub Banten, Airin-Ade memimpin dengan elektabilitas 49,3 persen. Sementara Andra-Dimyati hanya 11,3 persen suara responden.
Tak putus asa dengan hasil survei, Andra mengaku memilih terus menyosialisasikan program-programnya. ”Alhamdulillah, banyak masyarakat yang menyambut,” sambungnya.
Penerimaan warga itulah, tambah Andra, yang membuat mereka bisa menyalip rival. Benar-benar di tikungan terakhir setelah mereka tertinggal terus dalam survei. (*/adn/c19/ttg)
Tag: #pilkada #2024 #mereka #yang #menyalip #tikungan #terakhir