Waspada, Foto KTP Merupakan Pintu Masuk Kejahatan Transaksi Keuangan Digital dengan Teknologi Deepfake
- Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) khususnya teknologi deepfake, saat ini menjadi tantangan serius pelaku keuangan digital. Pasalnya hanya berbekal foto KTP dan teknologi deepfake, bisa jadi pintu masuk kejahatan transaksi keuangan digital.
Kekhawatiran tersebut dikupas dalam diskusi Advanced Fraud Detection for P2P Lending Platform dalam rangkaian Bulan Fintech Nasional (BFN) 2024. Wakil Ketua Umum IV Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Marshall Pribadi menyoroti tantangan teknologi di sektor keuangan makin mengkhawatirkan dengan maraknya artificial intelligence (AI).
"Masalah sekarang ini, deepfake video dengan generated AI sudah mengerikan sekali," kata Marshall dalam keterangannya Senin (18/11). Pria yang juga CEO Privy itu mengatakan, perkembangan deepfake saat ini sangat smooth. Sehingga makin lama deepfake protection juga akan kewalahan menghadapi deepfake AI hasil video yang sangat mulus.
Saat ini hanya dengan bermodal foto KTP yang sudah beredar dan deepfake video, sudah membuka kesempatan cukup besar data pribadi disalahgunakan untuk membuka satu akun sebagai borrower di suatu platform. Dia mengatakan solusi yang diperlukan adalah user-centric digital identity. "Di mana untuk membuka akun, bukan hanya bermodalkan foto KTP," katanya. Tetapi harus memiliki identitas digital berbasis elektronik.
Marshall menambahkan, dengan identitas digital berbasis user-centric, apabila pengguna tercatat melakukan fraud di salah satu platform P2P dan mencoba untuk membuka akun di platform keuangan lainnya, maka catatan fraud-nya akan bisa terdeteksi. Biasanya pelaku kejahatan tersebut dikenal dengan sebutan Fraudster. Para Fraudster itu, adalah sindikat terorganisir dan bekerja sama dengan federated digital identity neutral third party.
Segala attempt fraud bukan hanya menyerang satu platform. Melainkan alamat email, nomor ponsel, dan lainnya bisa diagregasi sehingga mencegah terjadinya fraud. Apabila tidak diberi efek jera, para Fraudster akan terus mencoba untuk melakukan tindak kejahatan.
Efek jera yang paling sederhana adalah dengan memakai tanda tangan tersertifikasi, di mana UU ITE mengamanatkan sertifikat elektronik ini juga berfungsi sebagai identitas digital. "Salah satu efek jera yang dapat dilakukan yaitu membekukan identitas digital pelaku sehingga tidak dapat membuka akun di platfrom keuangan digital lainnya," jelas Marshall.
Dalam gelaran BFN 2024 itu, Privy dipercaya sebagai Official Digital Signature Partner. Mereka menyediakan solusi tanda tangan elektronik yang aman dan efisien sepanjang kegiatan BFN 2024 yang dipusatkan di Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan bahwa semua ekosistem perekonomian berbasis sektor riil semakin menggunakan teknologi digital. Termasuk memanfaatkan keberadaan dan pengembangan fintech. Sehingga akan menjadi satu ekosistem dan multi-platform yang besar dan mengatur seluruh rantai pasok yang ada di dalam industri.
Tag: #waspada #foto #merupakan #pintu #masuk #kejahatan #transaksi #keuangan #digital #dengan #teknologi #deepfake