Studi ITDP: Bus Listrik Bisa Pangkas Emisi 66,7 Persen dan Hemat Subsidi 30 Persen
-
- Studi ITDP–ViriyaENB menunjukkan elektrifikasi bus kota bisa kurangi emisi 66,7% dan hemat subsidi 30% pada 2040.
- ITDP mendorong elektrifikasi transportasi publik sebagai langkah paling efektif menuju net zero emission 2060.
- Tantangan utama transisi EV di Indonesia bukan biaya, tapi akses infrastruktur pengisian daya yang masih terbatas.
Elektrifikasi armada bus perkotaan dinilai menjadi langkah paling efektif untuk menekan emisi gas rumah kaca dan efisiensi anggaran transportasi.
Studi terbaru Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia yang didukung oleh ViriyaENB menunjukkan bahwa elektrifikasi armada bus perkotaan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 66,7 persen pada 2040 dan menghemat subsidi transportasi hingga 30 persen.
Temuan ini dipaparkan dalam kegiatan MOV-E: Moving Cities the Electric Way yang diselenggarakan ITDP Indonesia bersama ViriyaENB dan ENVELOPS Co., Ltd. di Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta.
Acara ini bertujuan mendorong partisipasi publik dan pelaku industri dalam mempercepat transisi menuju mobilitas listrik yang inklusif dan berkelanjutan.
PerbesarStudi ITDP: Bus Listrik Bisa Pangkas Emisi 66,7 Persen dan Hemat Subsidi 30 Persen. (Dok. Istimewa)Direktur Asia Tenggara ITDP Indonesia, Gonggomtua Sitanggang, mengatakan transisi ke bus listrik bukan sekadar mengganti teknologi, melainkan reformasi sistem transportasi perkotaan.
“Bus listrik menghadirkan layanan publik yang lebih efisien, bersih, dan terjangkau. Selain itu, membuka peluang lapangan kerja hijau serta memperkuat rantai industri transportasi bersih,” ujarnya.
Indonesia menargetkan penurunan emisi hingga 31,89% dengan upaya sendiri dan 43,20% dengan dukungan internasional pada 2030.
Transportasi berkelanjutan, terutama elektrifikasi kendaraan, menjadi strategi utama menuju target emisi nol bersih pada 2060 atau lebih awal. Namun, saat ini jumlah kendaraan listrik masih di bawah 1% dari total kendaraan nasional.
MOV-E juga menyoroti potensi elektrifikasi sektor logistik perkotaan yang berperan besar dalam ekonomi hijau. Direktur Eksekutif ViriyaENB, Suzanty Sitorus, menyebut transisi logistik ke energi bersih dapat membuka peluang kerja hijau dan memperkuat ekonomi lokal.
“Logistik adalah urat nadi kota. Saat beralih ke energi bersih, dampaknya bukan hanya lingkungan, tapi juga ekonomi dan kesehatan publik,” katanya.
Selain aspek lingkungan, studi ITDP juga menemukan bahwa biaya pengisian daya kendaraan listrik di Indonesia relatif murah secara global. Tantangan terbesar justru terletak pada keterbatasan infrastruktur pengisian daya, baik untuk kendaraan umum maupun fasilitas rumah tangga.
ITDP menilai perlu adanya insentif bagi industri dan intervensi kebijakan agar pembangunan infrastruktur pengisian daya berjalan lebih cepat dan merata.
Acara MOV-E menghadirkan berbagai sesi diskusi dan pameran yang menghubungkan penelitian, kebijakan, serta praktik lapangan. Melalui kegiatan ini, ITDP, ViriyaENB, dan ENVELOPS mengajak masyarakat serta sektor swasta untuk berkolaborasi mempercepat transisi menuju mobilitas listrik yang inklusif, rendah emisi, dan berkelanjutan.
Tag: #studi #itdp #listrik #bisa #pangkas #emisi #persen #hemat #subsidi #persen