



Kata Sukidi soal MBG dan Kemajuan Suatu Negara
- Pemikir kebhinekaan, Sukidi, menyebut tak ada satupun teori yang menyatakan kemajuan suatu negara ditentukan oleh program makan bergizi gratis (MBG).
Pernyataan itu disampaikan Sukidi dalam diskusi Menuju Satu Tahun Pemerintahan Prabowo: “Bisul-Bisul Permasalahan Bangsa, di Mana Akarnya?”.
Pada diskusi itu, Sukidi mengajak semua pihak berefleksi dan menjelaskan situasi negara yang sedang tidak baik.
“Dan tidak ada teori manapun yang menegaskan bahwa kemajuan satu negara itu ditentukan karena MBG,” kata Sukidi di kawasan Ampera, Jakarta Selatan, Rabu (7/10/2025).
Sukidi menilai, MBG tidak lebih dari kampanye politik untuk kepentingan Pemilu 2029.
Ia pun mengkritik kebijakan fiskal pemerintah yang menggeser anggaran pendidikan untuk program MBG.
“Populisme sebagai senjata ampuh untuk menarik rakyat, tapi sebenarnya perilakunya adalah otoriter,” ujar Sukidi.
Doktor dari Universitas Harvard itu mengatakan, saat ini masyarakat hidup dengan perasaan takut dan teror yang diatur oleh penguasa.
Publik menyadari ketakutan itu, namun di saat yang bersamaan merasa seakan-akan masih hidup di negara demokratis.
“We are living in authoritarian time. Kita hidup dalam waktu otoriter,” tutur Sukidi.
Di tengah situasi seperti itu, kata dia, saluran formal untuk mengubah kondisi sosial justru macet.
Jalan yang masih bisa ditempuh masyarakat adalah berunjuk rasa di jalan, menyuarakan kritik melalui teknologi, dan menggunakan instrumen ruang publik yang semakin sempit.
Tren otoriter itu, menurutnya, semakin menguat selama sekitar satu tahun terakhir.
Hal ini ditandai dengan kepemimpinan yang tidak dibangun atas dasar meritokrasi.
“Karena itu, mereka yang terpilih bukanlah mereka yang secara merit memenuhi kualifikasi, tapi mereka yang loyal pada pemimpin yang mau menjilat pemimpinnya itu sendiri,” ucap Sukidi mewanti-wanti.
“Percayalah seperti kata Bung Hatta, pujian tiada memberi petunjuk dan tak sedikit pemimpin yang jatuh karena pujian,” tambahnya.