Di Tengah Ketegangan Iran-Israel, Komdigi Wanti-wanti Bahaya Deepfake
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Nezar Patria (KOMPAS.COM /KIKI SAFITRI)
18:24
2 Juli 2025

Di Tengah Ketegangan Iran-Israel, Komdigi Wanti-wanti Bahaya Deepfake

- Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria mengatakan pemerintah mengantisipasi berbagai potensi bahaya akibat AI seperti deepfake dan disinformasi yang makin canggih dan sulit dikenali.

Dia mengatakan hal ini sempat terjadi selama ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel, yang mampu mengecoh pembuat kebijakan dan media arus utama.

“Bukan cuma orang awam, bahkan pembuat kebijakan bisa terkena deepfake ini. Ini luar biasa,” ujar Nezar dalam keterangan resmi, Rabu (2/7/2025).

Dia menegaskan bahwa pemerintah tidak ingin Indonesia hanya menjadi pengguna teknologi, melainkan turut menjadi pemain strategis di level global.

“Kami tidak ingin Indonesia hanya menjadi pengguna teknologi baru, tetapi juga menjadi bagian dalam rantai nilai global pengembangan teknologi AI dan ikut mengarahkan masa depan digital dunia,” jelas Nezar.

Nezar bilang, saat ini Indonesia telah mencatat peningkatan penetrasi internet hingga 80 persen, naik signifikan dibanding lima tahun lalu yang masih berada di bawah 70 persen.

Namun, demikian masih ada tantangan infrastruktur yang menjadi perhatian pemerintah, termasuk akselerasi migrasi menuju jaringan 5G.

“Saat ini, 97 persen wilayah permukiman Indonesia sudah terjangkau oleh teknologi 4G. Tapi kita sekarang beranjak ke arah 5G,” ungkapnya.

Oleh karena itu, pihaknya berupaya membangun infrastruktur yang mumpuni, tata kelola yang baik, serta jaminan keberlanjutan, inklusivitas, dan kepercayaan publik.

Hal ini tentu tidak lepas dari pemanfaatan kecerdasan digital atau AI.

Saat ini, Kemkondigi juga tengah membahas terkait regulasi tersebut.

Berkaitan dengan regulasi AI, Nezar Patria secara khusus menjelaskan Indonesia telah menyelesaikan Readiness Assessment Methodology for AI (RAM-AI).

Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di ASEAN yang menuntaskan dokumen tersebut.

“RAM-AI ini berguna untuk melihat tingkat kesiapan adopsi teknologi kecerdasan buatan di Indonesia,” ujarnya.

“Negara-negara lain seperti Malaysia bahkan menggunakan dokumen kita sebagai bahan komparasi,” jelasnya.

Nezar menegaskan, pemerintah juga memilih menerapkan etika yang lebih fleksibel dan ramah terhadap inovasi pengembangan teknologi AI.

"Etika mengatur norma-norma dasar yang bisa lebih adaptif terhadap inovasi, sepanjang tetap sejalan dengan prinsip-prinsip etika global,” tandasnya.

Tag:  #tengah #ketegangan #iran #israel #komdigi #wanti #wanti #bahaya #deepfake

KOMENTAR