Strava Siap IPO, Manfaatkan Momentum ''Demam'' Lari Gen Z
cara daftar akun Strava.(Shutterstock)
07:03
15 Oktober 2025

Strava Siap IPO, Manfaatkan Momentum ''Demam'' Lari Gen Z

- Strava dilaporkan berencana melantai di bursa saham alias melakukan Initial Public Offering (IPO).

Aplikasi pencatat aktivitas olahraga populer ini melihat "demam" lari dan marathon di kalangan anak muda, utamanya Gen Z, sebagai momentum untuk go public.

Kabar Strava berniat IPO ini diungkap baru-baru ini oleh CEO Strava, Michael Martin, kepada outlet media Financial Times.

Martin menyebut Strava berencana untuk go public “pada waktu yang tepat”. Ia menegaskan, langkah ini akan memberi Strava akses modal tambahan untuk memperluas bisnis dan melakukan lebih banyak akuisisi strategis.

Untuk saat ini, bos yang baru menjabat sejak 2 Januari 2024 ini belum membeberkan jadwal pasti IPO Strava.

Namun, laporan sebelumnya menyebutkan bahwa Strava sudah mengundang bank investasi besar seperti Goldman Sachs dan JPMorgan untuk mempresentasikan rencana penawaran sahamnya.

Kabar Strava mau IPO ini sebenarnya bukan hal yang benar-benar baru. Michael Horvath, salah satu pendiri Strava yang dulu menjabat sebagai CEO, sudah sempat menyinggung kemungkinan Strava akan IPO bahkan sebelum ia mundur dari jabatannya pada 2023.

Saat diwawancarai pada 2022, Horvath menjelaskan bahwa IPO bukan tujuan utama Strava, tapi alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

“IPO hanyalah sarana, bukan tujuan akhir. Itu sesuatu yang akan kami pertimbangkan jika waktunya sudah tepat,” kata Horvath, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Fortune, Selasa (14/10/2025).

Ia mengeklaim orang yang akan menggantikannya sebagai CEO akan membutuhkan keahlian yang berbeda untuk menavigasi "babak selanjutnya" perusahaan.

Jadi, Horvath tampaknya ingin menegaskan bahwa Strava tidak ingin terburu-buru go public hanya demi gengsi, tetapi akan melakukannya jika kondisi bisnis, pasar, dan kepemimpinan perusahaan sudah siap.

Dari olahraga hingga merambah kencan

Ilustrasi event lariUnsplash Ilustrasi event lari

Didirikan pada 2009, Strava awalnya dikenal sebagai aplikasi pelacak aktivitas olahraga, seperti lari, bersepeda, dan hiking.

Namun seiring waktu, Strava berkembang menjadi jejaring sosial berbasis kebugaran, di mana pengguna bisa saling memberi semangat lewat fitur “kudos” (acungan jempol) dan membandingkan kecepatan, jarak, atau catatan waktu dengan teman-temannya.

Formula tersebut terbukti berhasil dan disukai pengguna. Strava kini tak hanya jadi alat pencatat olahraga, tapi juga ruang interaksi digital bagi komunitas pelari dan pesepeda.

Pada 2025, Strava mengumumkan aplikasinya sudah digunakan oleh 150 juta pengguna aktif (naik dari 120 juta di 2023). Jumlah unduhan aplikasi Strava secara year-on-year juga melonjak 80 persen, menurut Sensor Tower.

Popularitas Strava ini berbanding lurus dengan pergeseran budaya olahraga di kalangan Gen Z.

Sejak pandemi Covid-19 melanda, banyak anak muda mencari cara bersosialisasi yang lebih sehat dan bebas alkohol. Klub lari kemudian menjadi wadah baru untuk bertemu teman, mencari pasangan, atau sekadar memperbaiki kesehatan mental.

Laporan tahunan Strava Year in Sport menunjukkan partisipasi klub lari global meningkat 59 persen pada 2024. Bahkan, dari 5.000 responden Gen Z yang disurvei, satu dari lima mengaku pernah berkencan dengan seseorang yang mereka temui lewat klub lari.

Fenomena ini membuat banyak media Barat menjuluki tren tersebut sebagai “running is the new dating app” (lari jadi aplikasi kencan baru).

Aplikasi Stravahttps://www.strava.com/ Aplikasi StravaStrava bukan cuma sukses dari sisi komunitas, tapi juga dari sisi bisnis. Menurut Sensor Tower, konsumen menghabiskan lebih dari 180 juta dollar AS (sekitar Rp 2,9 triliun) untuk berlangganan paket premium Strava sepanjang 2025.

Namun, pihak Strava menyebut angka itu masih jauh di bawah pendapatan sesungguhnya, karena aplikasi juga meraup pemasukan tambahan dari tantangan berbayar (sponsored challenges) dan kerja sama merek (brand partnerships).

Untuk memperluas ekosistemnya, Strava juga mengakuisisi dua startup pelatihan olahraga tahun ini. Ada Runna, aplikasi pelatih lari asal Inggris, dan The Breakaway, platform pelatihan bersepeda.

Keduanya diintegrasikan dengan fitur sosial Strava agar pengguna bisa mengikuti program latihan yang lebih personal.

Akuisisi tampaknya adalah bagian dari strategi Strava untuk menjadi “super app” kebugaran, tempat di mana pengguna tidak hanya berolahraga, tetapi juga membangun komunitas dan pengalaman sosial.

Aplikasi pencatat aktivitas olahraga yang berbasis di San Francisco, California ini ditaksir memiliki valuasi 2,2 miliar dollar AS (sekitar Rp 36,5 triliun).

Perusahaan ini didukung oleh investor besar seperti Sequoia Capital, TCV, dan Jackson Square Ventures, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Fortune, Rabu (15/10/2025).

Tag:  #strava #siap #manfaatkan #momentum #demam #lari

KOMENTAR