Viral Surat Wasiat Devita Sari Ungkap Derita Jiwa Sebelum Lompat ke Bengawan Solo
Devita Sari dan surat wasiatnya. (Istimewa).
17:40
2 Juli 2025

Viral Surat Wasiat Devita Sari Ungkap Derita Jiwa Sebelum Lompat ke Bengawan Solo

 

 - Kota Solo diguncang kabar duka yang menyayat hati. Hal ini usai Devita Sari Anugraheni, mahasiswi cemerlang Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Universitas Sebelas Maret (UNS) viral diduga bunuh diri melompat dari Jembatan Jurug ke Sungai Bengawan Solo, Senin (1/7), sekitar pukul 12.00 WIB.

Tragedi ini menjadi viral di media sosial (medsos) dan beredar surat wasiat yang ditinggalkan Devita tersebar luas. Warganet terenyuh membaca pesan terakhir sang mahasiswi berprestasi yang selama ini dikenal pendiam, santun, dan cerdas.

“Aku capek, maaf...”

Kalimat itu menjadi salah satu potongan paling memilukan dari surat tulisan tangan yang ditemukan di tas Devita, bersanding dengan ponsel dan sepeda motornya yang diparkir di pinggir jembatan. 

Dalam secarik kertas sederhana, Devita menumpahkan isi hatinya yang selama ini mungkin tak pernah ia utarakan kepada dunia.

“Aku pergi ya, jangan salahkan keluarga atau tempat instansi aku kuliah. Aku hanya bermasalah dengan diriku sendiri… Maaf untuk Bapak Dr. Sumardiyono, S.Km karena telah menghianati dan berjanji untuk bertahan… Aku capek, Bu. Maaf aku tak sekuat ibu," demikian isi surat wasiat tersebut.

Dalam surat wasiat tersebut disebutkan nama yang diyakini sebagai dosennya, Dr. Sumardiyono, yang juga tercatat sebagai pembimbing skripsinya. Devita menulis tentang janji yang tak sanggup ia tepati dan rasa kecewa yang dalam, seolah ia merasa telah mengecewakan semua orang, termasuk dirinya sendiri.

Surat ini tidak hanya menggambarkan kepedihan yang mendalam, tetapi juga memberikan potret nyata betapa sunyinya perjuangan batin seseorang yang tampak 'baik-baik saja' di luar.

Dibalik IPK 3,8 dan Skripsi Selesai: Derita yang Tak Terlihat

Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui juru bicara resmi Prof. Dr. Agus Riwanto, S.H., M.H., mengkonfirmasi bahwa Devita merupakan penerima beasiswa KIP-K, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,8. 

Skripsinya telah selesai, dan ia hanya tinggal mengurus administrasi wisuda. Namun di balik pencapaian akademik itu, ternyata tersembunyi luka batin yang tak terobati.

Dr. Sumardiyono, dosen sekaligus Wakil Dekan Kemahasiswaan Sekolah Vokasi UNS, mengaku tidak sepenuhnya terkejut. Ia mengetahui bahwa Devita pernah mengungkapkan keinginan untuk mengakhiri hidup pasca sidang skripsi.

Namun upaya itu tampaknya tak cukup untuk menahan beban yang terus menggerogoti mental Devita. Banyak pihak kini mempertanyakan, apakah cukup dukungan yang diberikan kampus terhadap mahasiswa yang mengalami tekanan mental?

Saksi Mata dan Detik-Detik Menegangkan

Peristiwa memilukan ini disaksikan langsung oleh seorang pengemudi ojek online bernama Hariadi, yang sedang melintas membawa penumpang dari arah Palur menuju RS PKU Muhammadiyah Solo. 

Ia melihat seorang perempuan muda naik ke pembatas jembatan, lalu dalam hitungan detik, terjun ke aliran Sungai Bengawan Solo yang deras.

“Saya sempat teriak, tapi dia langsung loncat. Kami hanya bisa bengong, tak bisa berbuat apa-apa,” ujar Hariadi, masih terguncang.

d

Kasus bunuh diri Devita membuka kembali diskusi publik tentang kesehatan mental mahasiswa, terutama mereka yang berada dalam tekanan akademik dan sosial. Mahasiswa dengan IPK tinggi dan prestasi gemilang bukan berarti bebas dari luka batin.

Kisah Devita bukan sekadar berita tragis. Ini adalah jeritan diam dari banyak anak muda yang tersenyum di luar, tapi rapuh di dalam. Surat wasiatnya, yang kini viral, menjadi tamparan keras bahwa ada yang salah dalam cara kita memandang 'kesuksesan'.

Editor: Kuswandi

Tag:  #viral #surat #wasiat #devita #sari #ungkap #derita #jiwa #sebelum #lompat #bengawan #solo

KOMENTAR