Kronologis Terlibatnya Prajurit TNI di Kasus Penggelapan Ratusan Kendaraan di Sidoarjo
Kadispenad Brigjen TNI Kristomei Sianturi (kiri) memberikan keterangan dalam konferensi pers terkait kasus penggelapan ratusan kendaraan bermotor yang melibatkan prajurit TNI di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (10/1/2024). 
14:17
10 Januari 2024

Kronologis Terlibatnya Prajurit TNI di Kasus Penggelapan Ratusan Kendaraan di Sidoarjo

TNI Angkatan Darat (AD) mengungkap hubungan antara prajuritnya berinisial Kopda AS dengan warga sipil berinisial EI hingga terlibat kasus penggelapan ratusan kendaraan bodong hingga curian di Gudbalkir Pusziad di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.

Kadispenad Brigjen Kristomei Sianturi mengatakan ternyata keduanya berteman sehingga menjalani bisnis gelap tersebut.

"Jadi, EI status warga sipil berkawan atau menghubungi Kopda AS, kemudian terjadilah disitu," kata Kristomei dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (10/1/2024).

Meski begitu, Kristomei menyebut pihaknya masih mendalami lebih dalam terkait hubungan anggotanya tersebut dengan tersangka kasus penggelapan.

"Kami juga sedang menyelidiki bagaimana kedalaman hubungan antara keduanya sampai saat ini. kemudian siapa siapa aja yang terlibat sebenarnya di sini," ucapnya.

Sementara itu, Wadan Puspomad, Mayjen Eka Wijaya Permana mengatakan Gudbalkir Pusziad tersebut ternyata difungsikan untuk menyimpan barang-barang tidak terpakai.

"Jadi Gudbalkir ini adalah barang barang dari pusziat apabila sudah melaksanakan kegiatan atau dropping untuk pelaksanaan tugas tugas yang ada di lingkungan TNI AD. dan saat ini gudang ini adalah kosong," ucapnya.

Duduk Perkara

Polda Metro Jaya dan TNI berhasil mengungkap kasus penggelapan ratusan kendaraan bermotor yang disimpan di Markas Gudbalkir Pusziad, Sidoarjo, Jawa Timur.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra menyebut ratusan kendaraan tersebut nantinya akan dijual ke Timor Leste setelah disimpan di gudang milik TNI AD tersebut.

"Setelah di muat di Pelabuhan Tanjung Perak, selanjutnya akan diberangkatkan menuju ke Timor Leste, di mana di Timor Leste ini sudah ada pemesan yang akan menampung di sana," kata Wira dalam jumpa pers, Rabu (10/1/2024).

Adapun modus pada tersangka khususnya yang warga sipil dalam mendapatkan kendaraan tersebut dengan membeli dari kreditur yang bermasalah dalam cicilannya dari sejumlah wilayah.

"Di samping itu, para tersangka juga menampung beberapa kendaraan, baik roda empat maupun roda dua, yang merupakan hasil daripada kendaraan curian," ucapnya.

Wira menyebut para tersangka membeli kendaraan tanpa surat-surat tersebut dengan menggunakan identitas palsu agar tak mudah dilacak.

"Dari hasil keterangan, pengiriman tersebut biasanya dilakukan dalam tempo, bisa sebulan sekali atau 2 bulan sekali, tergantung dari pada berapa besar kendaraan yang sudah bisa ditampung, di mana para pelaku membeli kendaraan roda empat maupun roda dua ini dengan harga yang cukup bervariasi," jelasnya.

Adapun tersangka membeli kendaraan dengan harga rata-rata untuk roda dua seharga Rp8 juta sampai Rp10 juta yang kemudian dijual ke Timor Leste dengan estimasi harga seharga, antara Rp15-Rp20 juta.

"Kemudian untuk roda empat itu ditampung oleh mereka dengan harga kisaran Rp60 juta sampai Rp120 juta tergantung merek kendaraan tersebut. Kemudian dijual kembali Timor Leste dengan estimasi harga antara 100 sampai 200 juta per unit," jelasnya.

Setelah diungkap, akhirnya kendaraan tersebut diketahui berada di gudang tersebut dengan membayar uang parkir untuk container sebesar Rp2 juta dengan estimasi Rp20-Rp30 juta sebulan.

Wira meyebutkan untuk roda empat ada sebanyak 46 unit jenis daihatsu Granmax ada 17 unit, Suzuki Carry ada 17 unit, Toyota Rush ada 8 Unit, Terios 1 Unit, Avanza 1 Unit, Toyota Raize 1 Unit, Mitsubishi Cold Dissel 1 Unit.

Sementara rincian daripada kendaraan roda dua ditemukan sebanyak 214 unit. Dengan berbagai merek hodan sebanyak 210 unit, yamaha 1 unit Kawasaki 2 unit, suzuki 1 unit.

Dalam kasus ini ada lima orang yang sudah ditetapkan sebagai tersangka yakni tiga dari prajurit TNI berinisial Kopda AS, Mayor Czi BP dan Praka J. Sedangkan, dua warga sipil berinisial EI dan MY.

Untuk prajurit TNI, ketiganya dijerat Pasal 408 KUHP dan atau Pasal 56 KUHP dan atau Pasal 126 KUHPM dan atau Pasal 103 KUHPM.

Sementara untuk warga sipil dijerat pasal 363 dengan ancaman hukuman 7 tahun kemudian pasal 460 kuhp penadahan dan pasal 481 dengan ancaman 7 tahun, kemudian pasal 372 dengan ancaman 4 tahun, pasal 45 uu no 42 tahun 99 tentang jaminan fiducia dengan ancaman 5 tahun, pasal 36 uu 42 tahun 99 tentang jaminan fiducia dengan ancaman paling lama 2 tahun.

Editor: Muhammad Zulfikar

Tag:  #kronologis #terlibatnya #prajurit #kasus #penggelapan #ratusan #kendaraan #sidoarjo

KOMENTAR