Program Makan Bergizi Gratis Habiskan Anggaran Rp 800 Miliar per Hari, Diklaim Bisa Picu Peredaran Uang dalam Jumlah Besar di Masyarakat
Para siswa menyantap menu makan uji coba program Makan Bergizi Gratis (MGB) untuk jenjang SMA di SMAN 70 Jakarta, Rabu (9/10/2024). (Ryandi Zahdomo/ JawaPos.com)
09:24
10 Oktober 2024

Program Makan Bergizi Gratis Habiskan Anggaran Rp 800 Miliar per Hari, Diklaim Bisa Picu Peredaran Uang dalam Jumlah Besar di Masyarakat

 

 - Badan Gizi Nasional diberi mandat untuk menangani Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program tersebut akan menghabiskan anggaran sekitar Rp 800 miliar per hari.   Program andalan pemerintahan Prabowo-Gibran ini jika diimplementasikan secara penuh, akan menjangkau hingga 82,9 juta penerima dan memakan anggaran sebesar Rp 400 triliun.   Menurut Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, pemerintahan Prabowo-Gibran akan menguatkan sumber daya manusia (SDM), salah satunya dengan berinvestasi pada program Makan Bergizi Gratis.   “Kalau program ini sudah jalan, maka Badan Gizi Nasional akan belanja Rp1,2 triliun setiap hari untuk investasi SDM masa depan. Sekitar 75 persen dari Rp 1,2 triliun itu untuk intervensi Makan Bergizi Gratis, itu kurang lebih Rp 800 miliar setiap hari,” kata Dadan seperti dikutip dari Antara.   Ia mengungkapkan bahwa anggaran Rp 800 miliar itu akan dialokasikan untuk membeli bahan baku menu makanan dari produk pertanian, sehingga bisa memicu peredaran uang dalam jumlah besar di masyarakat, terutama meningkatkan likuiditas desa.   “Salah satu kelemahan ekonomi Indonesia selama ini adalah kurangnya likuiditas di pedesaan. Melalui program investasi masa depan ini, likuiditas desa akan ditingkatkan,” imbuhnya.   Berdasarkan hasil uji coba, dalam setiap pelayanan program ini untuk 3.000 anak, membutuhkan sekitar 200 kg beras, 350 kg ayam atau 3.000 butir telur, 350 kg sayuran, serta 600 liter susu per hari.   “Ini baru untuk satu satuan pelayanan. Jika program ini berjalan penuh, akan ada sekitar 30.000 satuan pelayanan di seluruh Indonesia yang melayani ibu hamil, ibu menyusui, balita, anak sekolah dari PAUD hingga SMA, termasuk santri dan sekolah-sekolah keagamaan. Ini adalah skala yang sangat besar,” terangnya lagi.   Misalnya, jika dalam satu pelayanan membutuhkan 350 kg sayuran setiap hari, maka koperasi atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bisa mengoordinasi para petani untuk menanam sayuran yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.   Sama halnya dengan kebutuhan 600 liter susu per hari, jumlah tersebut setara dengan produksi 60 ekor sapi untuk satu satuan pelayanan.   Ia menegaskan program MBG akan lebih memberi kesempatan bagi koperasi dan BUMDes dalam menyediakan pasokan bahan bakunya agar mereka turut merasakan banyak manfaat ekonominya.   “Bahan baku ingin kami dapatkan dari BUMDes dan koperasi. Jadi, kalau ada pengusaha yang besar ingin memasok dan bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional, silakan berkoordinasi dengan koperasi dan BUMDes, supaya mereka juga mendapat cipratan ekonomi dari program in,” jelas Dadan.   Program MBG akan dijalankan pada Januari 2025. Namun, pada November 2024, Badan Gizi Nasional akan kembali menggelar uji coba program ini dengan jangkauan daerah yang lebih luas serta wilayah yang lebih membutuhkan.   “Kami tidak bisa menggunakan data sekunder karena data itu sangat dinamis. Jadi, jumlahnya baru akan kami tentukan ketika satuan pelayanan sudah ada di daerah.”   Dadan juga memastikan program MBG akan dilakukan secara terpusat dan terkendali. Dana dari negara akan langsung disalurkan ke satuan pelayanan yang mengimplementasikan program ini agar tidak terjadi penyelewengan anggaran.   ***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #program #makan #bergizi #gratis #habiskan #anggaran #miliar #hari #diklaim #bisa #picu #peredaran #uang #dalam #jumlah #besar #masyarakat

KOMENTAR