



Cerita Jufrianto, Kepala Sekolah Rakyat dari Takalar Ikut Retret di Barak
– Di tengah semangat membangun generasi muda Indonesia dan memutus mata rantai kemiskinan, M Jufrianto muncul sebagai satu dari 52 orang yang terpilih menjadi Kepala Sekolah Rakyat. Ia untuk memimpin Sekolah Rakyat Sentra Pangurangi di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Diceritakan Jufrianto, Sekolah Rakyat Sentra Pangurangi dirancang khusus untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
Jufrianto membagikan pengalamannya selama mengikuti retret Kepala Sekolah Rakyat tahap pertama yang digelar Kementerian Sosial.
Retret ini berlangsung di dua lokasi. Pertama di Pusdiklatbangprof Margaguna dan kedua, di Batalyon Arhanud 10/ABC Pesanggrahan.
“Pendidikan di sini luar biasa. Di Margaguna, kami benar-benar disamakan persepsi tentang arah Sekolah Rakyat. Bukan sekadar sekolah biasa, tapi sekolah yang dibangun dengan visi besar Presiden untuk memutus rantai kemiskinan,” ujar Jufrianto usai penutupan Retret Sekolah Rakyat di kawasan Jakarta Selatan ini, Jumat (20/6/2025).
Ia mengaku bahwa sebelum retret, banyak persepsi yang salah tentang Sekolah Rakyat terutama anggapan bahwa ini adalah sekolah pinggiran seperti zaman dahulu. Namun begitu ia mendapat pembekalan langsung, pandangannya berubah total.
“Kami diperlihatkan bentuk gedungnya, fasilitasnya, kurikulumnya, siapa pengelolanya, bagaimana LMS (Learning Management System)-nya. Semua jelas. Bahkan syarat dan proses perekrutan guru pun kami ketahui. Luar biasa,” katanya.
Pengalaman ikut retret di barak TNI
Baginya, menjadi Kepala Sekolah Rakyat bukan sekadar jabatan administratif. Lewat retret ini, ia merasa digembleng secara mental dan emosional.
“Kami belajar langsung bagaimana pengabdian itu nyata. Ada pemateri seorang purnawirawan berusia 77 tahun yang masih penuh semangat menyampaikan nilai-nilai perjuangan kemerdekaan,” kata dia.
“Kami diajarkan disiplin, keteraturan, hingga rasa hormat. Tidak ada nuansa militerisasi seperti yang orang luar sangka,” ungkapnya.
Ia bahkan menceritakan bahwa selama di asrama militer, mereka tidur beralaskan alas sederhana, mengantri makan, dan menjalani rutinitas penuh kedisiplinan.
“Dengan pengalaman itu, kami jadi tahu apa yang akan dirasakan anak-anak. Ini bukan sekadar teori, tapi pengalaman nyata,” tambahnya.
Belum dapat SK
Meski sudah resmi terpilih, Jufrianto mengaku belum mengunjungi sekolah yang akan ia pimpin. Hal itu karena surat keputusan (SK) resmi baru ia terima sehari sebelum penutupan retret.
“Sekolahnya di Sentra Pangurangi, yang dulunya tempat rehabilitasi. Sekarang dialihfungsikan menjadi sekolah. Dari Google, saya lihat ada banyak ruangan yang akan diubah menjadi kelas,” ujarnya.
Sebelum ditunjuk, Jufrianto adalah seorang PNS di sektor pendidikan di daerahnya.
Ia tidak mendaftar langsung, tetapi namanya muncul dari sistem pemetaan talenta di Kementerian Sosial berdasarkan kualifikasi pendidikan dan rekam jejaknya.
“Jadi mereka memiliki sistem penyaringan, dan awalnya nama saya masuk 10 besar, lalu 3 besar, dan akhirnya terpilih. Saya siap,” katanya.
Kini, dengan semangat dan pengalaman baru, Jufrianto siap pulang ke Sulawesi Selatan untuk menjadi Kepala Sekolah Rakyat.
“Ini bukan sekolah biasa. Ini tempat membentuk masa depan. Saya merasa terhormat dipercaya menjalankan misi ini,” tutupnya.
Tag: #cerita #jufrianto #kepala #sekolah #rakyat #dari #takalar #ikut #retret #barak