FEB UI Sebut Hilirisasi Tambang Membangun Masa Depan Ekonomi Inklusif di Indonesia
Ilustrasi tambang. (SHUTTERSTOCK/PARILOV)
10:20
3 Februari 2025

FEB UI Sebut Hilirisasi Tambang Membangun Masa Depan Ekonomi Inklusif di Indonesia

– Pemerintah Indonesia terus memperkuat komitmennya dalam mengembangkan hilirisasi tambang sebagai strategi utama untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Riset Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) yang berjudul "Kajian Dampak Hilirisasi Industri Tambang terhadap Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan: Tembaga, Bauksit, dan Pasir Silika" mengungkapkan bahwa dengan fokus pada komoditas mineral, seperti tembaga, bauksit, dan pasir silika, kebijakan hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah komoditas, tetapi juga berpeluang menciptakan dasar yang kuat untuk pembangunan ekonomi inklusif.

Hingga 2024, pembangunan smelter di berbagai wilayah, termasuk di Jawa Timur (Jatim), Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Barat (Kalbar), dan Jawa Tengah (Jateng), telah menunjukkan hasil nyata.

Smelter-smelter tersebut tidak hanya memproses bahan mentah menjadi produk bernilai tambah seperti katoda tembaga dan alumina, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.

“Hilirisasi bukan sekadar transformasi ekonomi. Ini adalah upaya untuk membangun masyarakat yang lebih mandiri, meningkatkan kesejahteraan, dan membuka jalan bagi pembangunan sosial,” kata Wakil Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) FEB UI, Nur Kholis, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (3/2/2025).

Sebagai ketua tim pelaksana riset, Nur Kholis, mengatakan bahwa kebijakan hilirisasi telah memberikan dampak sosial yang signifikan, meskipun masih ada ruang untuk pengembangan lebih lanjut.

Di daerah-daerah hilirisasi, seperti Gresik, Sumbawa Barat, Mempawah, dan Batang, sejumlah indikator sosial menunjukkan perbaikan.

Harapan lama sekolah (HLS) dan rata-rata lama sekolah (RLS) mengalami peningkatan seiring dengan pembangunan infrastruktur pendidikan yang didukung oleh pendapatan daerah dari dana bagi hasil (DBH) dan pendapatan asli daerah (PAD).

Peningkatan di sektor kesehatan juga menjadi perhatian utama. Indikator seperti umur harapan hidup (UHH) dan penurunan angka stunting menunjukkan progres yang menggembirakan.

“Dengan hilirisasi, kami melihat peningkatan kualitas hidup masyarakat lokal. Pendapatan daerah yang dihasilkan digunakan untuk pembangunan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan klinik, yang sangat bermanfaat bagi masyarakat,” imbuh Nur Kholis.

Selain itu, hilirisasi tambang juga memberikan peluang besar bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Di banyak wilayah hilirisasi, seperti Gresik di Jatim, Sumbawa Barat di NTB, Mempawah di Kalbar, dan Batang di Jateng, UMKM mendapat manfaat dari program-program pelatihan dan pendampingan yang diinisiasi oleh perusahaan hilirisasi industri tambang melalui program corporate social responsibility (CSR).

"UMKM mendapatkan peluang besar untuk terlibat dalam rantai pasok industri yang lebih besar. Dengan adanya larangan ekspor mineral mentah dan pembangunan industri hilir, UMKM memiliki kesempatan untuk bekerja sama melalui kemitraan dengan perusahaan smelter," kata Nur Kholis.

Hal tersebut, lanjut dia, diharapkan mendorong pertumbuhan UMKM serta meningkatkan daya saing produk domestik, sekaligus memperkuat ekonomi lokal di berbagai daerah lokasi hilirisasi.

Editor: Dwi NH

Tag:  #sebut #hilirisasi #tambang #membangun #masa #depan #ekonomi #inklusif #indonesia

KOMENTAR