



Antusiasme Warga Sambut Paus Fransiskus di Jakarta, Rela Panas-panasan Hingga Tak Kuasa Tahan Tangis
Mereka ingin melihat lebih dekat pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus.
Kemarin, Paus Fransiskus memulai agenda pertamanya di Indonesia dengan bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta Pusat.
Paus berangkat dari Kedutaan Besar (Kedubes) Vatikan di Jalan Medan Merdeka Timur, Gambir pukul 09.22 WIB.
Ia menaiki Innova Zenix warna putih. Seperti saat kedatangan kemarin, Sri Paus duduk di kursi depan sebelah sopir dan tetap membuka jendela mobilnya sambil melambaikan tangan, menyapa masyarakat yang hadir di pinggir jalan.
Setengah jam sebelum Paus beranjak dari Kedubes Vatikan, meski cuaca cerah dan terik, sejumlah warga sudah memadati trotoar Jalan Medan Merdeka Timur.
Ada yang berdiri menanti menyapa Paus dari sisi kiri Kedubes Vatikan, ada juga yang menunggu di sisi seberang, dan juga Jalan Medan Merdeka Selatan.
Rute perjalanan Paus dari Kedubes Vatikan menuju Istana Negara yakni melewati Jalan Medan Merdeka Timur, putar balik di depan Kementerian Perdagangan, lalu mengarah ke Jalan Medan Merdeka Selatan dan menuju Istana Negara lewat kawasan Monumen Nasional (Monas).
Beberapa orang terlihat membawa poster Paus Fransiskus, seraya melambaikan tangan, dengan harapan bisa disapa oleh pemimpin umat Katolik dunia itu.
Sempat ada momen ketika masyarakat yang awalnya menyambut Paus dari sisi Kedubes Vatikan, tiba - tiba menyeberang jalan ke Jalan Medan Merdeka Selatan. Hal ini terjadi setelah kendaraan iring-iringan Sri Paus hendak memutar balik di depan Kemendag.
Sontak, kepolisian langsung memagari ruas jalan dengan jajaran personel berpakaian brimob, seraya mengatur kerumunan agar tak mengganggu jalur kendaraan yang dilintasi Paus menuju Istana Negara.
Salah satu warga yang ditemui di lokasi, Claudia (32) mengajak kawan Katoliknya. Ia sengaja datang melihat langsung Sri Paus dari dekat, berjalan kaki dari kantornya di kawasan Gambir.
"Sengaja mau lihat karena dekat kantor, karena kapan lagi bisa melihat Bapa dari dekat begini," ucapnya.
Claudia dan masyarakat lainnya tampak mengabadikan momen itu dengan gawai masing-masing.
Bahkan ada juga anggota Brimob yang tak mau ketinggalan mengabadikan momen itu.
Adapun kepolisian menerapkan rekayasa lalu lintas berupa pengalihan rute, demi kelancaran perjalanan Paus dan rombongan menuju Istana.

Tak Kuasa Tahan Tangis
Seorang guru asal Buton, Sulawesi Tenggara, Ana Nuraulia tak bisa menahan haru ketika bertemu langsung dengan Paus Fransiskus di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (4/9/2024).
Momen itu terjadi saat Paus melakukan pertemuan dengan gerakan kaum muda global, Scholas Occurrentes.
Ana merupakan salah satu volunter dari Scholas Occurrentes. Kepada Paus, dia memperkenalkan dirinya sebagai dosen, fasilitator anak hingga penyiar radio.
Ana mengatakan, dirinya mengambil peran sebanyak mungkin di setiap lini masa kehidupan agar dapat mengisi dunia pendidikan dan menyebarluaskan pesan tentang pentingnya edukasi untuk menuntaskan kemiskinan.
"Hari ini bukan hanya sekedar pengalaman bagi saya, namun sebuah transformasi luar biasa, kali pertama dalam hidup saya, saya mengunjungi masuk dan menjadi bagian dalam Katedral," kata Ana sambil menangis.
Ana mengaku sangat terharu lantaran dirinya bisa berdiri di depan Paus Fransiskus dan Katedral Jakarta.
"Ajaibnya, tepat di depan saya berdiri pula masjid (Istiqlal) tempat saya biasanya beribadah. Ini merupakan simbol toleransi di mana perbedaan harusnya kita hadapi dan kita jembatan," ujarnya.
Dia menjelaskan, dirinya belajar toleransi melalui agamanya, yakni Islam. Ketika di Scholas, dirinya juga belajar soal toleransi.
"Scholas dalam pedagogicalnya kurikulumnya melatih saya untuk melihat dunia dari pinggir jalan, rakyat miskin kota, anak-anak yang harus sekolah (nangis), dan harusnya disekolahkan," ucap Ana, sembari nangis.
Ana menjelaskan, Scholas mengajarkan bagi orang yang memiliki materi agar hidup tidak hanya memikirkan diri sendiri.
"Sebagai seorang guru saya melihat kurikulum sekolah harus memiliki visi misi yang sama merdeka belajar," tegasnya.
Karenanya, dia menegaskan bahwa Indonesia harus butuh tim kerja seperti Scholas hingga fasilitator untuk menciptakan generasi yang bukan hanya cerdas, tetapi juga bahagia.
Tag: #antusiasme #warga #sambut #paus #fransiskus #jakarta #rela #panas #panasan #hingga #kuasa #tahan #tangis