Sepak Terjang Kiai Imaduddin Utsman: Punya Rekam Jejak Mentereng Dibanding Bahar bin Smith?
Pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Nahdlatul Ulum Banten, KH Imaduddin Utsman (Tangkap layar YouTube/Rhoma Irama Official)
18:12
1 Juli 2024

Sepak Terjang Kiai Imaduddin Utsman: Punya Rekam Jejak Mentereng Dibanding Bahar bin Smith?

Nama Kiai Imaduddin Utsman tengah jadi sorotan. Saat jadi bintang tamu di kanal Youtube Rhoma Irama, ia memaparkan soal nasab habib di Indonesia.

Apa yang ia sampaikan di hadapan Rhoma Irama, merujuk pada penelitiannya sendiri. Dari penelitian itu, Kiai Imaduddin meragukan nasab habib di Indonesia terhubung langsung dengan nabi Muhammad SAW.

Dijelaskan oleh Kiai Imaduddin, nasab habib di Indonesia ditilik secara genetik mustahil terhubungan dengan Rasullah SAW.

“Secara genetik mustahil mereka keturunan Nabi Muhammad SAW, jangankan keturunan nabi, keturunan Arab saja mereka bukan,” jelasnya, seperti dikutip Senin (1/7/2024).

Baca Juga: Momen Berendam di Jacuzzi Sempat Viral, Kini Bahar bin Smith Berseteru dengan Rhoma Irama

Pernyataan dari Kiai Imadiddun ini memanaskan perseteruan antara Rhoma Irama dengan Bahar bin Smith. Seperti diketahui, keduanya berseteru terkait nasab habib.

Perseteruan Rhoma Irama dengan Habib Bahar bin Smith belakangan ini semakin panas hingga menyita perhatian publik. Bahkan Habib Bahar menyebut omongan Rhoma Irama termasuk fitnah dan mengingatkannya untuk tak asal bicara.

Pernyataan Rhoma Irama dinilai Habib Bahar sebagai fitnah. Omongan yang dipersoalkan Habib Bahar adalah ketika Rhoma Irama menyebut bahwa keturunan nabi atau habaib dijamin masuk surga, walau ahli maksiat.

Lantas siapa Kiai Imaduddin Utsman, seperti apa sepak terjangnya? Berikut ulasannya

Kiai Imaduddin lahir di Tangerang pada 15 Agustus 1976. Pria bernama lengkap Imaduddin Utsman al-Bantani ini merupakan pendiri Ponpes Nahdlatul Ulum Banten.

Baca Juga: Pendidikan Mentereng KH Imaduddin Utsman: Pantas Berani Bantah Nasab Habib di Indonesia, Sentil Bahar bin Smith?

Ia memiliki karya tulis berupa buku dengan judul 'Terputusnya Nasab Habib kepada Nabi Muhammad SAW' yang terbit pada 2022. Buku ini diterbitkan Maktabah Nahdlatul Ulum Banten.

Selain itu, ia juga menerbitkan karya lain dengan tema besar sama yakni soal nasab habib. Buku lain itu antara lain, 'Menakar kesahihan Nasab Habib Di Indonesia' dan 'Buku Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi'

Di karya yang terbit pada 2022, Kiai Imad menuliskan bahwa karya tulis itu dipublikasikan untuk menakar kesahihan apakah benar para habib itu sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.

"Urgensi penelitian ini penting karena pengakuan bahwa seseorang sebagai cucu Nabi Muhammad SAW memiliki konsekwensi dalam kehidupan sosial-kegamaan," jelas Kiai Imad.

Buku karya Kiai Imad sempat juga menjadi sorotan khusus oleh salah satu ulama besar Serang, Banten, Kiai Abdul Hay Nasuki. Menurut Kiai Abdul Hay, buku 'Terputusnya Nasab Habib kepada Nabi Muhammad SAW' ditulis dengan metodologi penelitian dengan level tinggi.

"Metodologi Penelitian KH Imaduddin terkait Nasab Habib ini adalah Kuantitatif, dari data menuju teori dan objeknya adalah Kajian Pustaka. Pustaka yang ditelaah adalah menggunakan redaksi bahasa Arab dan untuk bisa memahaminya hanya yang sudah menguasai ilmu gramatika bahasa Arab, yang terutama nahu shorof dan balaghoh setidaknya harus hapal Alfiyah, jawahirul maknun, uqudul juman dan kitab kitab lainnya. Juga harus paham betul ilmu Mantiq, ilmu tarikh dan disiplin ilmu lainnya.

Artinya penelitian ini levelnya sangat tinggi dan hanya bisa dilakukan oleh orang orang yang berilmu tinggi. Jika belum hafal Alfiyah lalu seenaknya saja membantah belum levelnya, atau belum mampu bisa baca kitab kuning apalagi mengarang kitab dengan redaksi bahasa Arab yang sesuai dengan gramatikanya, juga belum kelasnya.

Namun tentu siapapun boleh berpendapat sepanjang argumentasinya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiiah. Hanya saja kualifikasi itu penting untuk menjadi tolak ukur kelilmuan seseorang yang berpendapat," urai Kiai Abdul Hay seperti dikutip dari RMI NU Banten.

Menurut Kiai Abdul Hay, apa yang ditulis oleh Kiai Imad juga bersumber dari pustaka tersebut tidak sembarangan dan jelas sumbernya.

"Bukan tuduhan, halusinasi atau bahkan niat kebencian. Data data kitab pustaka yang otentik beliau baca seluruhnya, lalu dikomparasikan, dicocokkan, disesuaikan, lalu muncullah sebuah konklusi nasab Ubaidillah yang terputus kepada Ahmad Bin Isa," jelas Kiai Abdul Hay.

Nama Kiai Imad menjadi Ketua RMI PWNU Banten hingga penasihat Generasi Muda Nahdlatul Ulama (GMNU) Provinsi Banten. Ia juga pernah menjabat sebagai Rijalul Anshor Kabupaten Tangerang, Banten.

Sejak kecil, Kyai Imad sudah akrab dengan dunia Keislaman. Bahkan sejak umur 7 tahun, Imad kecil sudah belajar di Madrasah Diniyah Al Hikmah.

Selain mendalami soal agama, sosoknya juga menjalani pendidikan formal. Imad adalah alumni dari SD Negeri Kresek III. Ia juga pernah bersekolah di SMP Negeri Kresek, sebelum melanjutkan ke bangku SMA di MA Ashhabul Maimanah, Kabupaten Serang.

Imad memiliki cita-cita mau menjadi seorang cendekiawan Islam. Demi mewujudkan mimpinya, ia mengambil S1 di UIN Banten. Di sana ia berhasil lulus dan meraih gelar Sarjana Agama.

Usai lulus S1, Imad melanjutkan pendidikan S2 di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), Jakarta. Ia berhasil meraih gelar Magister Agama.

Editor: Galih Prasetyo

Tag:  #sepak #terjang #kiai #imaduddin #utsman #punya #rekam #jejak #mentereng #dibanding #bahar #smith

KOMENTAR