Orang dengan Keterampilan Sosial yang Buruk Biasanya Mengatakan 5 Hal Ini Tanpa Menyadari Dampaknya Terhadap Orang Lain
- Menavigasi interaksi sosial bisa jadi merupakan hal yang rumit. Seringkali, mereka yang memiliki keterampilan sosial yang lebih rendah, secara tidak sengaja mengatakan hal-hal yang dapat membuat orang lain tersinggung, tanpa bermaksud atau menyadari dampaknya.
Keterampilan sosial yang buruk dapat menyebabkan salah langkah dalam komunikasi, menyebabkan ketidaknyamanan, kebingungan, atau bahkan ketersinggungan. Tanpa disadari, beberapa orang mengucapkan kalimat yang dapat disalahartikan atau diterima secara negatif oleh orang lain.
Artikel ini akan menyoroti pernyataan-pernyataan umum yang sering diucapkan oleh individu dengan keterampilan sosial yang buruk. Dkutip dari hackspirit, berikut adalah 5 hal yang sering mereka ucapkan, tanpa memahami dampaknya terhadap lawan bicara mereka.
1) “Saya tahu, kan?”
Kita semua pernah berada dalam percakapan di mana kita berbagi pengalaman atau pemikiran kita, dan lawan bicara kita merespons dengan meremehkan, “Saya tahu, kan?” Meskipun di permukaan mungkin tampak seperti frasa yang menegaskan, namun sering kali kalimat ini terdengar meremehkan atau bahkan sombong.
Frasa “Saya tahu, bukan?” dapat secara halus menyiratkan bahwa pembicara sudah mengetahui apa yang Anda bicarakan, dan masukan Anda mungkin tidak dihargai atau tidak seunik yang Anda kira. Ini seperti mengatakan, “Ya, saya pernah ke sana, melakukan itu” dan secara tidak sengaja dapat meremehkan pengalaman orang lain.
Tanggapan ini juga menutup eksplorasi lebih lanjut dari topik tersebut. Alih-alih mendorong percakapan yang lebih dalam atau meminta untuk mempelajari lebih lanjut tentang perspektif Anda, frasa ini dapat menghentikan diskusi.
Dan inilah masalahnya: kebanyakan orang yang menggunakan frasa ini bahkan tidak menyadari dampak negatif yang mungkin ditimbulkannya. Mereka mungkin berpikir bahwa mereka setuju atau menunjukkan empati, padahal sebenarnya, mereka mungkin memotong pembicaraan atau mengurangi pengalaman orang lain.
2) “Kamu bereaksi secara berlebihan”
Saya ingat suatu ketika, seorang teman saya menceritakan sebuah kejadian yang sangat menyedihkan dari tempat kerjanya. Mereka tampak kesal dan membutuhkan telinga yang mendukung. Tanpa menyadarinya, saya menanggapi dengan, “Tidakkah menurut Anda, Anda sedikit berlebihan?” Perubahan ekspresi mereka langsung terlihat dan saya tahu bahwa saya telah melakukan kesalahan.
Ungkapan “Kamu berlebihan” adalah sesuatu yang sering digunakan oleh orang-orang dengan keterampilan sosial yang buruk, tanpa memahami dampak yang ditimbulkannya. Hal ini dapat dianggap meremehkan atau tidak memvalidasi perasaan atau pengalaman orang lain.
Dalam kasus saya, saya pikir saya membantu dengan menawarkan perspektif. Namun yang tidak saya sadari adalah bahwa teman saya tidak sedang mencari nasihat atau perspektif pada saat itu. Mereka sedang mencari empati dan validasi untuk perasaan mereka.
Dengan mengatakan bahwa mereka bereaksi berlebihan, saya secara tidak sengaja meremehkan perasaan mereka dan membuat mereka merasa kecil. Ini adalah pelajaran yang tidak menyenangkan, tetapi ini mengajarkan saya pentingnya memvalidasi emosi dan pengalaman orang lain alih-alih menghakimi reaksi mereka.
3) “Jangan tersinggung, tapi...”
Ini yang menarik: frasa “Jangan tersinggung, tapi...” Ini adalah prekursor umum untuk pernyataan yang berpotensi menyinggung. Banyak orang menggunakannya dengan keyakinan bahwa hal itu akan melunakkan pukulan yang akan datang berikutnya. Namun pada kenyataannya, hal itu sering kali justru sebaliknya.
Penelitian di bidang linguistik dan komunikasi menunjukkan bahwa ketika seseorang mendengar “Jangan tersinggung, tetapi...”, mereka secara otomatis mempersiapkan diri untuk sesuatu yang menyinggung. Ini seperti bendera merah yang menandakan adanya penghinaan atau komentar kritis. Frasa ini bisa langsung membuat pendengar bersikap defensif dan membuat mereka kurang menerima apa yang dikatakan selanjutnya.
Dan bagian terburuknya? Pembicara mungkin tidak menyadari dampak negatif dari penggunaan frasa ini. Mereka mungkin berpikir bahwa mereka sedang bersikap perhatian atau bijaksana, sementara pada kenyataannya, mereka mengasingkan pendengar.
4) “Terserah”
“Terserah” adalah kata yang cukup sering dilontarkan dalam percakapan. Kata ini mungkin terlihat tidak berbahaya, tetapi dapat memiliki dampak yang mengejutkan pada bagaimana orang lain memandang kita.
Ketika digunakan dengan meremehkan, kata ini dapat menyampaikan ketidakpedulian atau bahkan rasa tidak hormat. Anda mungkin terlihat seolah-olah tidak tertarik dengan apa yang dikatakan orang lain atau tidak ingin terlibat dalam percakapan yang bermakna.
“Terserah” dapat menciptakan hambatan komunikasi, membuat orang lain merasa tidak penting atau kurang dihargai. Kata ini dapat memberikan kesan malas atau apatis, yang dapat merusak hubungan pribadi dan profesional.
Sayangnya, banyak orang yang sering menggunakan istilah ini tidak menyadari kesan negatif yang ditimbulkannya. Ini bukan tentang menghindari kata tersebut sama sekali, tetapi lebih kepada memperhatikan konteks dan nada penggunaannya.
Daripada mengatakan “terserah” yang meremehkan, pertimbangkan untuk mengatakan sesuatu seperti “Saya mengerti maksud Anda” atau “Mari kita setuju untuk tidak setuju”. Hal ini menunjukkan bahwa Anda menghargai pendapat orang lain, meskipun Anda tidak setuju dengan pendapat mereka.
5) “Tenanglah”
“Tenang” adalah frasa lain yang sering digunakan oleh orang-orang dengan keterampilan sosial yang buruk tanpa menyadari dampaknya. Ini mungkin tampak seperti permintaan yang masuk akal ketika seseorang tampak kesal atau gelisah, tetapi jarang sekali memiliki efek yang diinginkan.
Menyuruh seseorang untuk “tenang” dapat dianggap meremehkan atau menggurui. Hal ini dapat menyiratkan bahwa perasaan orang tersebut tidak valid atau tidak penting. Alih-alih menenangkan, hal ini justru dapat memperkeruh situasi karena orang tersebut mungkin merasa disalahpahami atau diremehkan.
Selain itu, hal ini mengalihkan fokus dari masalah yang sedang dihadapi ke reaksi orang tersebut terhadap masalah tersebut. Hal ini menyalahkan mereka karena 'terlalu emosional' daripada menangani masalah yang menyebabkan kekesalan pada awalnya.
Pendekatan yang lebih efektif adalah dengan mengakui perasaan mereka dan menunjukkan empati. Ungkapan seperti “Saya tahu kamu kesal” atau “Saya di sini untukmu” dapat membantu meredakan situasi dan membuat mereka merasa didukung dan didengar.
Tag: #orang #dengan #keterampilan #sosial #yang #buruk #biasanya #mengatakan #tanpa #menyadari #dampaknya #terhadap #orang #lain